Setelah acara akikah Selvia selesai, Pak Hadian menyuruh Radit mengajak anak dan istrinya ke Jakarta.
“Benar, Pah? Papah menyuruh Lina berkunjung ke Jakarta? Dia pasti senang sekali. Sudah lama dia mendambakan hal ini.” seru Radit.
Beberapa minggu setelah digelarnya acara syukuran akikah itu, Radit memperhatikan istrinya yang tampak lelah. Radit ingin menghibur bidadarinya. Setelah berolahraga berlari-lari kecil mengelilingi lapangan basket di kompleks rumahnya, Radit mandi dan sarapan. Setelah itu, ia mulai melancarkan niatnya, membahagiakan istrinya.
“Sayang, papah dan mamah menyuruh keluarga kecil kita main ke Jakarta. Kamu mau, kan?”, tanya Radit sambil mengelus pundak Lina yang sedang menyusui putrinya.
“Benarkah? Tentu saja saya mau, Bang!”, Lina tampak girang. Suasana hatinya yang selalu bahagia membuat ASI nya mengalir deras dan putri cantiknya makin gembil.
Radit kemudian mengajak Lina bersiap-siap karena mereka akan berangkat sore nanti. Lina seperti mendapat kejutan hari itu. Ketika Selvia tertidur, Lina mempersiapkan semuanya. Rencananya, mereka akan menginap selama dua hari.
Sesampainya di rumah Radit, Lina terpana. Baru kali ini Lina melihat rumah sebesar itu. Benar-benar seperti istana bagi Lina. Lina juga heran melihat gerbang rumah Radit terbuka secara otomatis. Ada juga security yang menjaga di depan rumah mewah itu. Baru bagian depan rumah sudah membuat Lina tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Lina kemudian mulai memasuki rumah itu. Lina melihat ruang tamu yang tertata rapi, dihiasi pernak-pernik dari luar negeri di meja dan lemari kacanya. Di plafonnya menempel lampu hias besar dan indah sehingga membuat ruangan itu makin elegan.
Saat ke ruang makan dan dapur, Lina kembali dibuat terpana. Meja makan besar, meja bar, dan kitchen set yang bergaya modern menghiasi rumah itu. Belum lagi toiletnya. Jika dibandingkan besar rumahnya di perkebunan, hanya seperempatnya dari garasi rumah Radit.
“Bang, saya seperti mimpi ada di rumah sebesar ini”, Lina berbisik kepada Radit.
Radit hanya tersenyum menanggapi kata-kata istrinya. Esok harinya, keluarga kecil Radit bercengkerama di sekitar kolam renang. Radit yang mengenakan kimono handuknya berjalan ke arah kolam renang.
“Sayang, aku berenang dulu, ya. Tolong pegang kimono ini dan simpan saja di gantungan itu, ya”, ucap Radit kepada istrinya yang sedang mendorong kereta bayi.
Lina tampak tak berkedip saat memandang tubuh Radit yang atletis menceburkan diri ke kolam renang. Lina tak henti-hentinya mengucap syukur.
“Terima kasih ya Allah atas semua anugerah indah ini. Suami yang rupawan dan kaya raya, putri yang cantik dan lucu. Tanpa rahmat darimu, wanita kampung seperti saya yang sudah ternoda tidak mungkin mendapat kenikmatan ini”,