1
“ Fia, aku punya temen yang bisa diajakin jadi aktor di film kita nih!” kata Daya.
Daya itu, orang pertama yang mendukungku soal rencana bikin film. Dayana Putri Juliane, dia yang paling antusias, gadis ini juga yang mencoba meyakinkan teman-teman yang lain. Memang sahabat jempolan, meskipun namanya aneh, Dayana. Apalagi Daya lebih cocok untuk nama lelaki. Hahaha.
“Oh ya Siapa?”
“Anak kampus ini juga, nanti gue kenalin.”
“Perlu casting dulu nggak?”
“Ah, ajak dulu aja, kita harus cepet dapet pemain, kan. Tinggal sebulan lho.”
Ya, tinggal sebulan lagi waktu yang kami punya untuk mengirimkan film pada panitia, dan meyakinkan teman-teman untuk ikut terlibat dalam proyek ini.
Untungnya, keadaan ini bisa lekas disiasati. Daya langsung memilih orang buat jadi kameramen, penata wardrobe, make up, dan lainnya. Dia sendiri mengajukan diri sebagai produser. Aku ditunjuknya sebagai sutradara selain penulis skenario. Ah, gila memang! Kami belum punya pengalaman.
Saat kebingungan mendesak, karena kami memang belum berpengalaman menggarap film, Daya mengusulkan untuk meminta bantuan salah seorang yang sudah berpengalaman. Daya mengajukan nama salah seorang senior kampus yang dia kenal, namanya Roni. Dia bekerja di salah satu PH (Production House, rumah produksi) di Jakarta. Tanpa pikir panjang, akhirnya kami semua setuju, Daya pun segera mencari kontak untuk bisa menghubungi Kak Roni.
Sementara Daya mencari kontak Kak Roni, aku sendiri sibuk merapikan dialog skenario dan mengutak-atik cerita. Hanya butuh waktu sehari semalam, akhirnya Daya kembali dengan senyum paling semringah yang pernah aku lihat. Saat itu, semua tim sedang makan siang di kantin kampus, kemudian dia memberi tahu kalau Kak Roni siap membantu proyek film ini.
Aih, aku gembira bukan main. Aku seperti anak kecil yang baru saja sembuh dari sakit dan bisa makan es krim yang selama ini Bunda larang.
“Oh iya, soal orang yang mau lo ajak gimana?”
“Aduh, ampir gue lupa. Sekarang gue kontak, ya.”
2
Tak menunggu lama, esok harinya, kami bertemu lagi di kantin kampus. Kebetulan hari itu aku hanya ada kuliah pagi, jadi bisa menunggu Daya dan teman- teman yang lain selesai kuliah.