FATE

Fero P.
Chapter #2

Pertemuan

Istana Kerajaan Chang An

Di taman istana, Pangeran Wei Guang sedang melukis bunga sakura yang tampak bermekaran. Wei Guang sangat menggemari pelajaran melukis dibanding pelajaran-pelajaran lainnya. Wei Guang pernah berpikir pergi keluar istana untuk menikmati keindahan alam sambil melukis apa yang dilihatnya. Namun pemikiran itu ditepisnya karena Ia yakin ayahnya tidak akan menyetujui pemikirannya itu. Ia merupakan satu-satunya pewaris tahta dan masa depan kerajaan ada di tangannya. Terkadang Ia merasa bahwa beban yang Ia pikul terlalu berat. Sebagai seorang putra mahkota, Pangeran Wei Guang dituntut agar dapat mahir dalam berkuda, menggunakan pedang, memanah dan bela diri. Di usianya yang masih muda, Ia telah dilibatkan dalam beberapa urusan kerajaan. Ia tak pernah berharap lahir di keluarga kerajaan, tetapi inilah takdir yang Ia peroleh. Di saat anak-anak lain berharap ada di posisinya, Ia justru berharap sebaliknya. 

Sebelum matahari terbenam, Wei Guang telah menyelesaikan lukisannya. Lukisan bunga sakura yang dibuatnya terlihat sangat nyata. Nampak pohon sakura yang rimbun dan kelopak bunga sakura yang berjatuhan di danau istana serta burung-burung yang beterbangan di langit sore. Wei Guang memutuskan untuk menyimpan lukisan itu dan bergegas menuju ke kediamannya.

* * *

Di kediaman ratu, terlihat Raja dan Ratu Liu sedang berbicara. Sepertinya sang ratu meminta sesuatu yang tak dapat disanggupi oleh Raja. Dapat terlihat dari ekspresi Raja Liu bahwa permintaan istrinya itu sangat berat tetapi raja pun tak sanggup untuk menolaknya.

“Raja, Saya mohon agar Anda dapat mengangkat seorang selir yang dapat menemani dan merawat Anda. Saya sebagai seorang ratu sudah tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik, bahkan akhir-akhir ini penyakit saya sering membuat Anda khawatir. Selama ini saya tidak pernah memohon apapun, tetapi saya mohon agar kali ini Anda dapat mengabulkan permintaan saya.” Raja Liu tidak dapat berkata apa-apa. Beliau meminta ratu untuk segera beristirahat dan Ia pun pergi meninggalkan kediaman ratu tanpa sepatah kata pun.

Akhir-akhir ini kondisi kesehatan ratu cukup buruk, bahkan ramuan yang diberikan oleh tabib istana pun tidak dapat meringankan sakit yang diderita ratu. Raja Liu sudah memerintahkan pasukan-pasukannya untuk mengumpulkan tabib terbaik di kerajaan ini, siapapun yang dapat menyembuhkan sakit sang ratu akan diberi hadiah 1 peti uang emas.

Raja Liu duduk termenung memikirkan permintaan sang ratu. Beliau sangat mencintai ratu, selama ini Beliau tak pernah berpikir untuk mengangkat seorang selir. Hidupnya terasa lengkap dengan ratu dan putra mahkota. Raja Liu merasa bimbang, Ia ingin menolak karena menurutnya mengambil seorang selir berarti harus siap membagi hatinya kepada orang lain, tetapi mengingat wajah memohon sang istri, raja pun tak tega jika tidak memenuhi keinginan ratu yang dicintainya itu.

Keesokan harinya, Pangeran Wei Guang datang menemui ayahnya di perpustakaan istana. “Ayah, apa Ayah memanggilku?”

“Anakku, ayah rasa usiamu sudah cukup dewasa untuk memahami masalah kerajaan. Tetapi saat ini ayah ingin bertanya kepadamu sebagai ayah dan anak, bukan sebagai raja dan putra mahkota.”

“Ada apa Ayah? Mengapa tiba-tiba bertanya seperti ini?”

“Kemarin ayah bertemu ibumu di kediamannya. Ibumu memohon kepada ayah untuk mengangkat seorang selir yang dapat menemani dan merawat ayah. Selama ini ayah merasa kehadiran kalian berdua sudah membuat hidup ayah terasa lengkap. Ayah memiliki seorang ratu yang cantik dan bijaksana serta seorang putra mahkota yang tampan dan pandai. Ayah tidak pernah berpikir untuk mengangkat seorang selir dan membagi hati ayah. Tetapi mengingat raut wajah ibumu, ayah tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu, ayah meminta pendapatmu.”

Wei Guang tampak berpikir sejenak, “Ayah, sebagai seorang anak saya tentu saja menolak kehadiran selir di tengah keluarga kita. Karena dengan begitu, perhatian ayah kepada Ibu akan terbagi ke selir ayah. Tetapi sebagai putra mahkota, saya setuju dengan permintaan Ibu karena ayah masih akan meneruskan kerajaan ini hingga saya benar-benar dewasa. Selama ayah memimpin negeri ini, ayah membutuhkan seseorang yang bisa merawat dan mendampingi ayah dalam tugas-tugas kerajaan. Meskipun ibu akan sembuh, tetapi melihat kondisi ibu saat ini, akan sulit baginya untuk selalu mendampingi ayah.”

Lihat selengkapnya