Hujan turun lagi di pertengahan bulan Desember. Aku yang tak membawa payung, ralat aku sebenarnya memang tak suka membawa benda kecil itu harus rela meneduh di lorong sekolah yang nampak sepi. Tentu sekolah sudah sepi karena ini sudah lewat tiga jam setelah bel pulang sekolah berkumandang.
Suara riuh hujan terdengar bagai irama di kedua telinga ku, membuat kantuk. Wangi tanah yang disiram hujan pun tercium, petrichor orang-orang puitis bilang menusuk hidung. Katanya hujan itu romantis tapi bagi ku hujan sedikit menjengkelkan meski aku tak punya kenangan buruk bersama hujan. Entah kenapa hujan memberi kesan sendu bagiku. Ketika hujan turun rasanya hati ku tiba-tiba membiru, mellow kalo kata teman-teman ku
"Gak bawa payung?" suara laki-laki mengagetkan ku yang tengah sibuk memandangi hujan deras dengan tatapan kosong. Hampir saja aku mengumpat dan aku bisa melihat laki-laki itu nampak menahan senyumnya mungkin karena wajah kaget ku terlihat konyol. Laki-laki berseragam basket itu kini tertawa seperti tak bisa menahan.
"Sorry sorry muka Lo lucu banget" ia tertawa sambil melempar bola di tangannya sesekali ke lantai membuat suara dengungan pantulan bola dan hujan bersautan.
"Eh ga apa-apa" ungkap ku canggung pasalnya laki-laki ini sebelumnya tak pernah berbicara padaku. Kami hanya sering bertukar senyum dan sapa jika bertemu. Meski kami satu kelas intensitas pembicaraan kami hanya seputar pekerjaan rumah dan ulangan harian, tak pernah lebih dari itu.
"Sama dong gue juga ga bawa payung" ia tersenyum padaku merasa mempunyai teman senasib seperjuangan. Aku hanya diam tak tau harus harus memberi respon apa setelah kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"Hmm lo habis rapat OSIS?" kentara sekali laki-laki di samping ku ini tengah mencari bahan pembicaraan untuk mengisi kekosongan yang tercipta. Aku pun mengiyakan bahwa aku memang baru saja pulang untuk rapat OSIS. Melihat ia yang sudah berusaha membangun pembicaraan membuat ku bertanya balik padanya agar pembicaraan ini semakin panjang dan bukan hanya suara hujan yang terdengar di kedua telinga kami.
"Temen-temen lo mana? Kalo lo latihan kan harusnya ada yang lain" aku celingukan melihat lapangan basket yang tak jauh dari tempat kami berteduh dari hujan deras.