"Sya liat Keenan ga?" Gio tiada angin tiada hujan bertanya padaku keberadaan Keenan yang aku sendiri bahkan tak tau dimana ia berada.
"Lah kok nanya gue. Mana gue tau" ujarku sedikit sewot pasalnya akhir-akhir ini banyak sekali orang yang menanyakan keberadaan Keenan padaku.
"Biasanya juga nempel berduaan mulu lo sama dia. Ya wajar lah gue nanya ke lo" memang benar adanya akhir-akhir ini aku dan Keenan nampak terlihat bersama namun itu pun kami hanya mengobrol biasa yang biasanya membuat kami tak tau waktu.
"Hayooo lagi ngomongin gue ya?" yang dicari-cari datang juga.
"Iya nih tuh si Gio nyariin lo tapi malah nanya gue" ucapku sedikit sewot lelah ditanya mengenai keberadaannya terus.
"BTW Syaaaaa gue liat PR Jerman dong" rajuk Keenan yang baru saja duduk disebelahku. Aku menyipitkan mata kemudian menggeleng. Ini sudah dua kali ia menyontek pekerjaan rumahku dalam satu minggu.
"Sekarang gak ngerjain PR gara-gara latihan lagi? Lo main basket udah gak sehat deh masa lebih mentingin latihan basket daripada ngerjain PR" aku mencoba memberi petuah sambil memberikan buku pekerjaan rumahku padanya. Meski awalnya tak ingin memberinya contekan melihat wajahnya yang memelas membuatku mengurungkan niat awalku.
"Makasih banyak Syaaaa kesayangan gue" ujarnya sembari mengacak rambutku membuatku cemberut namun dalam hati bahagia.
"Yey lo bilang masa muda gak boleh disia-siain, lo tuh yang menyia-nyiakan masa muda. Lo kan jarang ngerjain tugas" cibirku melihat Keenan kini tengah menyalin tugasku.
"Lo latihan mulu sampe tugas" omelku yang kesal karena ia selalu saja fokus pada basket dibandingkan dengan tugas-tugas sekolah.
"Inget apa yang pernah gue bilang?" tanyanya dan jawabannya tentu aku selalu mengingatnya.
"Jangan terlalu serius dan kali-kali mari bertingkah bodoh" ujar kami berbarengan, bedanya aku mengatakan dengan nada mengejek sementara Keenan mengatakan dengan serius meski ada senyum di baliknya.