Butlernya harus ekstra sabar membujuk Putri kebanggaan istana yang masih berkutat dengan ponselnya. Sekedar scrolling foto-foto menggemaskan Ted Jeffrey saja, bisa membuatnya betah menyelami laman Instagram.
Sudah berulang kali Vill memanggilnya, namun tak ada respon. Padahal butlernya itu sudah siap dengan jas hitam berekor khas butler kerajaan.
Beberapa saat kemudian Daphne bangkit dari tidurnya, ia risih dengan sinar matahari yang perlahan masuk melalui jendela besar kediamannya. Menyorot tepat pada wajahnya yang bening. Vill menghembuskan nafas lega.
"Aku bangun. Kau puas?" Daphne selesai mengerjai butlernya itu. Ia terkekeh pelan, mengusap-ngusap kepala Vill. Membuat rambut Vill yang sudah tertata rapi sedemikian rupa menjadi sedikit kusut.
"Tsk, sudah biarkan saja. Mengapa begitu serius dengan rambutmu?" Daphne tertawa "Aku mandi"
Vill menunduk, mempersilahkannya.
Hanya butuh 15 menit untuk Daphne mandi. Entah bagaimana Putri Mahkota itu membersihkan tubuhnya. Ketika Daphne keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat atribut kerajaan sudah terpampang rapih, gaun-gaun bertumpukan diatas ranjang mewahnya. Wajah Daphne merah padam.
"Siapa yang pilihkan?!"
"Queen Beth yang pilihkan, Princess" Salah seorang maid menjawab.
"Kau bercanda? aku tidak mau memakainya!" Daphne mengutuk selera ibunya dalam hati. "Kalian kembali pada ibuku dan bawa barang-barang ini!"
Para maid saling berpandangan ragu.
"Sekarang atau kusobek pakaiannya!"
Sontak 3 maid yang mengantarkan perlengkapan itu menurut dan meninggalkan ruangan pribadi Daphne. Princess menghembuskan nafas lalu menjatuhkan dirinya kasar pada sofa merah ditengah ruangan.
"Vill, bersiaplah"
Sang butler mengangguk. Gilirannya mengambil alih menyiapkan kebutuhan Daphne. Seolah hafal, dengan cekatan ia memilih kemeja terbaik, jas hitam dan heels berwarna senada. Vill kemudian mempersilahkan Daphne untuk berpakaian, sementara ia menyiapkan sarapan untuk Daphne.
Vill menyentuh earpiecenya, mengerahkan para maid di dapur agar menyajikan menu sarapan yang sudah terjadwal.
Hanya perlu lima belas menit sampai Daphne selesai berpakaian.
"Kau tata rambutku ya. Tapi simpel saja"
"Baik" Vill mengangguk. Biasanya Daphne hanya menyisir rambut merah sepundaknya dengan jari. Mungkin karena kali ini Daphne akan menghadiri pertemuan khusus.
Vill mengambil sebagian rambut Daphne di sisi kanan dan kiri kepalanya, memelintirnya dan menyatukan ujung keduanya kebelakang. Vill lalu memakaikan mahkota Princess Daphne dengan berhati-hati.
Didepan meja rias keduanya berinteraksi. Berdiskusi riasan mana yang cocok namun tidak mencolok. Vill memasangkan beberapa lencana pada jas Daphne setelah selesai menyapukan pelembab wajah dan bibir padanya.
Sesekali Vill menyuapi Daphne dengan potongan croissant yang telah dicelup mustard. Sementara Daphne hanya fokus memainkan ponsel menyelesaikan misi survival game-nya sedari tadi.
Dua orang maid lainnya yang berdiam didekat pintu ruangan merasa tak berguna, hanya sebatas memperhatikan keduanya dengan seksama. Seisi istana paham betul Putri Mahkotanya hanya mau didampingi dan diurusi segala kebutuhannya oleh Vill. Menurut Princess Daphne hanya Vill yang mengerti dirinya.
Namun semua sepakat Vill hanyalah butler yang tahan menghadapi satu-satunya putri Red Douglass itu.
Daphne telah siap dengan segala kelengkapannya. Ia segera berdiri lalu menepuk-nepuk celana hitamnya.
"Thanks, Villain"
Daphne menepuk pundak butler kebanggannya itu. Vill lalu berdiri dan membungkuk 90 derajat, mempersilahkan Daphne untuk beranjak terlebih dahulu. Daphne melangkah keluar membawa croissant yang tersisa 2 buah dan pumpkin pie dimeja sarapan paginya.
Vill memandang nanar piring itu, hafal sekali kepada siapa Daphne akan memberikan makanannya.
Daphne antusias begitu iring-iringan Jeffreys melintas didepan kediamannya. Ia lalu mencari-cari sosok yang berperawakan paling besar diantaranya, dan berakhir menyerobot barisan rapih tersebut.
"Ted!"
Daphne menepuk bahu tebal Ted, membuat Ted terlonjak. Sontak semua menghentikan langkah dan menunduk pada Daphne yang sekarang berada ditengah-tengah rombongan. Dari luar barisan Vill memperhatikan dengan resah. Tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya, Daphne membawa Ted keluar barisan.
Pasangan Jeffreys dari barisan depan memerintahkan para bodyguardnya untuk melanjutkan tujuannya menemui Queen Bethany Red. Mereka sudah biasa dengan sambutan nyeleneh Princess Daphne-nya yang hanya peduli pada anak tunggalnya itu.
Vill segera mempercepat langkah menyusul Daphne dan Ted.
👑🍔