***
Perkelahian satu lawan tiga yang terjadi tanpa direncanakan, tepat setelah keluar dari kantor polisi, berakhir dalam lima menit dengan ketiga lawan terkapar di bawah kaki Kai yang berdiri angkuh. Kai kemudian berjalan menghampiri Shera yang meringkuk ketakutan dipojok sambil melepas blazer, lalu menyampirkannya ke bahu Shera. Kai berjongkok, menatap khawatir sambil bertanya. "Apa kamu bisa berdiri? Apa ada yang terluka?" Shera tidak menjawab. Akan tetapi segera dimengerti Kai bahwa cewek ini sedang syok berat.
Kai menundukkan kepala sejenak lalu kembali menatap sosok Shera. "Apa yang harus kulakukan untukmu?" Kai pikir Shera tidak akan sudi disentuh lawan jenis setelah kejadian ini, jadi dia bersikap hati-hati terhadap keadaan Shera. "Aku enggak tahu rumahmu, apa perlu kupanggilkan taksi?" Pertanyaan Kai kali ini direspon. Shera menggeleng. "Bawa aku pulang..." lirih Shera.
"Hah?" Kai yakin telinganya salah dengar pada suara kecil nyaris berbisik itu. "Bawa aku pulang, Kai!" ulang Shera dengan nada sedikit ditinggikan yang membuat Kai merasa lega karena pendengarannya masih berfungsi bagus.
Lantas dengan inisiatif Kai, ia berbalik memungungi Shera. "Naik lah," ujar Kai menawarkan punggungnya untuk menggendong Shera. Shera beranjak, mengalungkan lengannya ke leher Kai dengan cowok itu yang mengapit lutut belakang Shera. Kemudian Kai mulai berdiri, melangkah demi selangkah menggendong Shera pergi dari gang gelap itu.
"Rumahmu di mana?" tanya Kai. Kondisi di sekitar jalanan nampak begitu sepi.
"Belok kanan. Sekitar lima ratus meter dari sini." Ungkapan Shera tentang jarak menuju rumah sontak mengejutkan Kai.
"Kenapa kamu jauh-jauh ke luar rumah sendirian?" Ada nada protes dalam ucapan Kai. Ia tak habis pikir seorang cewek keluar sendirian di tempat sepi. Andai kata ia tidak ada di sana, entah bagaimana nasib cewek ini.
"Aku mau beli camilan. Minimarketnya cuma ada di daerah sini." Alasannya terdengar sepele, tapi kejadian seperti tadi siapa yang mengira? Shera pun tidak pernah membayangkan dirinya berada di posisi terpojok dengan preman setempat. Sebab, ia sering bolak-balik ke minimarket entah sore atau malam dan tidak pernah mengalami hal tersebut sebelumnya. Malam ini hanya sebuah kesialan yang beruntung.