"Mengapa ceritamu semakin aneh? Ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak mau menerima cerita barumu jika kau tidak segera mengganti bagian ini ini ini ini dan ini sampai ending!" Audryn meletakkan tumpukan kertas yang ia pegang keatas meja.
"Tapi aku sudah menggantinya berkali-kali!" Luna membela diri sambil mengerutkan kening. Perempuan didepannya adalah pemilik penerbitan baru yang sedang naik daun Penerbit Ryn yang juga merupakan sahabatnya sejak SMP.
"Tapi ini lebih buruk dari pada yang terakhir." Audryn menatap tegas Luna dan jelas itu membuat Luna semakin tertekan.
"Baiklah aku akan memperbaikinya, berikan aku waktu beberapa hari lagi." Luna menyerah, karena temannya itu jelas adalah kutu buku yang teliti dan berselera tinggi.
"Bagus, menurut lah jika kau mau membuat bukumu lebih terkenal." Audryn sebelumnya adalah karyawan biasa namun karena kemampuannya berkomentar hingga mengubah buku biasa menjadi luar biasa.
"Huh bagaimana penulis lain bisa bertahan dengan mulutmu?" Gumam Luna yang masih bisa didengar.
"Mereka jelas ku perlakukan berbeda, karena kita sahabat maka akau membuatnya lebih mudah untukmu. Segera bawa hasilnya dua Minggu lagi."
***
Luna terus mencoret naskah ditangannya mengganti bagian-bagian buruk dalam novel yang ia tulis empat bulan terakhir. Tapi sepertinya sejak tadi ia melakukan hal menyebalkan karena setelah mengganti satu bagian ia akan menghancurkan bagian yang lain. Terus seperti itu hingga ia harus mengubah separuh novelnya. Tapi setelah hampir selesai dan membaca ulang, ceritanya justru terasa biasa saja.
"AKU MENYERAAAH!!!" Teriak Luna sambil menggigit bantalnya. Ia selalu mengerjakan tulisannya diatas kasur karena merasa kasurnya adalah tempat ternyaman yang ia miliki. Ia merasa saat ini kepalanya mulai berdenyut, anemianya kambuh lagi.
Hari semakin larut hingga akhirnya Aluna tertidur pulas. Tiba-tiba sebuah cahaya biru muncul dikamarnya tanpa Luna sadari. Cahaya itu kemudian menghilang bersama Luna.
***
"Yang mulia anda tidak bisa menemui Luna sekarang!" Suara seorang lelaki menggema di koridor mansion Castillo.
"Aku ini sahabatnya! Wajar saja jika aku ingin menemuinya!"
Brak!!!
Gadis yang dipanggil 'Yang Mulia' itu membuka pintu kamar sahabatnya. Ia melihat temannya masih tertidur dan berniat untuk membangunkannya. Sebelum hal itu terjadi tangan lelaki dibelakangnya menariknya keluar.
"Hey lepas! Tidak sopan lepaskan aku!" Teriak gadis itu.
"Jangan biarkan siapapun masuk kecuali pelayan yang melayani Luna!" Lelaki itu berkata pada pengawal pribadinya.
"Tapi tuan..."
"Ikuti perintahku!"