Luna menyadari ada yang aneh pada tubuhnya saat bercermin tadi. Lalu ia merasa ada yang salah dengan bentuk tubuhnya. "Sial! Aku kembali menjadi gadis empat belas tahun?"
Jiwanya yang sebenarnya sudah memasuki usia dua puluh tujuh tahun dan memiliki tubuh yang indah. Meskipun ia tak pernah memakai gaun cantik tapi ia akan terlihat sangat cantik.
"Apa dulu aku sedatar ini? Gaun ini jadi sia-sia." Luna menatap cermin dan mendengus. Sepertinya ia harus mengulangi masa-masa pubertas ya di dunia ini. Ia kemudian melihat kearah luar jendela. Kedua kakaknya tengah berlatih pedang.
"Percuma kalian hebat jika tidak mau berkorban untuk adik kandung sendiri."
Dalam cerita ini, Luna akan dihukum penggal karena mencelakakan calon wanita suci, Fiona. Tidak ada yang berniat membelanya, orang tuanya sudah tiada saat itu dan kedua kakaknya tak peduli. Semua itu karena tindakan jahat Luna dalam ceritanya.
Aku akan berubah menjadi lebih baik sedikit demi sedikit. Agar tidak ada yang curiga dan menganggap hal itu 'hanya' sebagai proses menuju kedewasaan. -Pikir Luna
Tentu tidak akan ada yang percaya jika dirinya tiba-tiba berubah baik.
Luna berhenti didepan kalender besar dan membaca satu per satu jadwal yang telah 'Luna' buat. Ternyata banyak hal tentang Luna yang tidak ia tulis namun sebenarnya ada.
"Huh aku harus menerima kenyataan, ini ceritaku yang memiliki cerita."
"Ya ini memang ceritamu. Hai teman apa kamu tidak merindukanku?" Luna terkejut mendengar suara seseorang dibelakangnya.
"Ryn bagaimana kau bisa masuk?" Luna langsung mengenali perempuan berambut pirang dengan mata biru yang cantik seperti langit. Sesuai gambaran yang ada dipikirannya saat menulis sosok Ryn yang merupakan putri kekaisaran sekaligus sahabatnya yang akan berpaling menjadi sahabat Fiona beberapa tahun lagi.
"Teleportasi." Luna melihat sekelilingnya, tidak ada air yang bisa menjadi media teleportasi Ryn disekitar sini.
"Tapi..."
"Hmm aku meminjam kekuatan Alfian dan kebetulan perapianmu menyala." Alfian adalah kesatria yang memiliki kekuatan sihir api. Tapi Luna tidak pernah menulis soal teleportasi api milik Alfian.
"Kau tidak sopan." Luna berbicara santai karena dalam cerita ia dan Putri kekaisaran ini sudah lama berteman.
"Kakakmu mempersulit keadaanku." Ryn membela diri dan berbaring di kasurnya. "Aku sudah disini sejak pagi dan ia tidak mengizinkanku menemuimu."
"Apa Alfian sedang di istana?" Aku penasaran dengan sosok Alfian, apa sesuai yang aku bayangkan atau jauh lebih tampan. Semua yang kulihat sampai saat ini persis seperti bayanganku kecuali diriku sendiri.
"Tidak, dia disini. Aku bertemu dan memaksanya membantuku saat kami bertemu di ruang perjamuan." Luna mengernyit.
"Untuk apa?" Yang Luna ingat hubungan Alfian dan kedua kakak kembarnya tidak dekat. Keduanya bahkan pernah menolak undangan ulang tahun Alfian yang ke sepuluh.
"Entahlah, ku dengar ayahnya sakit dan dirinya yang menggantikan pekerjaan ayahnya sementara waktu. Bahkan ia sudah terpilih menjadi pewaris dan melaksanakan tugas sebagai Marquess junior." Putri menggendikkan bahu tak peduli.
Luna bingung, seingatnya Alfian akan menjadi pewaris setelah ulang tahunnya yang ke delapan belas. Bahkan saat itu keadaan Marquess masih sangat sehat.