Feeling of Being an Enemy

AivAtko31
Chapter #4

3. Downtown Tour dan Nenek Pelupa🍁

Faktanya, hal mengejutkan selalu menjadi hal sulit terlupakan dalam hidup. Dan kamu. Adalah salah 1 kejutan terbaik dihidupku.

~New York, 13 Oktober

On the way mengikuti tur di bus.

🍁🍁🍁

Vira nampak mengeluarkan kacamata hitam dari dalam sakunya. Lalu mengenakannya di atas kepala. Membuatnya nampak stylist namun tanpa mempertontonkan aurat.

Ia duduk di kursi deret ke 3 dari depan. Ia mengintip pemandangan kota New York dari jendela transparan disisi kirinya. Baginya, cara paling simple dan praktis selama jalan-jalan ke New York City adalah dengan ikutan tur di bus. Tinggal duduk manis di dek atas bus, pasang headset lalu dengerin audio guide yang nerangin sejarah dan informasi setiap kawasan dan landmark di New York, sambil melihat setiap skyscrapers dan orang-orang lalu lalang di kota yang dijuluki the city that never sleeps.

Dalam tur yang berdurasi sekitar kurang lebih 2 jam ini ia dibawa berkeliling downtown New York, dari Times Square, Theatre District, Rockefeller center, Empire State building, Chinatown, Koreatown, The Village, SoHo, NoHo, Wall Street, Battery Park, Garment district, sampai balik lagi ke Times Square. Membuatnya lebih tahu dengan kota yang akan didiami nya selama seminggu ini. Yah, anggaplah ini sebuah perkenalan. Sehingga ia bisa evaluasi jadwal agar lebih efisien. Benefitnya, dengan ikutan tur ini ia bisa punya gambaran lebih jelas tentang kemana ia akan pergi setelah ini.

Berhubung ia mengikuti tur saat pagi hari, perjalanan masih bisa dikatakan lancar. Tidak banyak macet yang harus ia lalui saat tur tadi.

Setelah downtown tour selesai, bus kembali ke tempat semula ia naik. Ia membereskan buku-buku dan alat tulisnya. Ia memasukkannya kedalam ransel lalu memakai ranselnya. Ia menoleh ke sekelilingnya. Para peserta sedang bergantian antri untuk turun. Pandangannya menoleh ke kursi 2 deret di belakangnya.

Ada seorang perempuan lansia, terlihat dari rambutnya yang semuanya memutih. Ia menoleh ke sekitarnya.

"Nenek itu nggak turun ya?" -batinnya.

Ia mendekat kearah nenek berambut putih itu. Ia tidak tega sebenarnya untuk membangunkannya karena terlihat betapa lelapnya beliau tidur. Tapi jika nenek ini tertinggal di bus, apa keluarganya tidak akan cemas?

Ia bergerak mendekati nenek itu. Ia sedikit ragu, hingga akhirnya ia menepuk pelan pundak nenek itu untuk membangunkan. Ajaib!

Nenek itu bangun. Sembari mengucek mata, ia mendumel dalam logat inggrisnya yang kental.

"Lisa! Sudah kubilang jangan bangunkan aku. Biar si tampanku yang membangunkanku" ujarnya bersungut-sungut.

Vira yang tak tahu apapun hanya terdiam kikuk.

"Maaf nek, saya... " baru saja Vira membuka mulut, nenek itu memotong kalimatnya.

"Nenek? Hey! Kurang ajar sekali kau Lisa. Aku masih muda. Kau yang nenek-nenek. Enak saja. Aku adukan kau pada si tampanku agar memecatmu!" kali ini, nenek itu berujar dengan lebih keras. Membuat beberapa orang yang di antrian menatap kearah mereka.

Lihat selengkapnya