Feeling of Being an Enemy

AivAtko31
Chapter #8

7. Senja bersamamu 🍁

Ketika kamu tak lagi jadi 'sekadar' orang asing di hidupku.

Saat itu juga, aku menyadari. Betapa besarnya kecerobohanku akan pesonamu.

~New York, 15 Oktober.

Senja di musim gugur. Ditemani secangkir teh, semilir angin dan biasan jingga yang merona di wajah langit.

🍁🍁🍁

Tidur Vira terasa nyenyak sekali hari ini. Sudah 3 hari berlalu semenjak kaki mungilnya menginjak that city never sleeps. Di musim gugur yang sejuk. Hanya berkisar antara sembilan belas hingga dua puluh tiga derajat celcius.

Sore hari. Waktu paling tepat menikmati musim gugur. Ketika cahaya matahari yang berwarna oren menerpa dedaunan kuning di musim gugur. Berdiri menatap pohon-pohon itu laksana menatap emas yang tersiram cahaya yang menyilaukan. Warna keemasan yang menjadikan efek memanjakan mata yang memandang. Vira tak melewatkan hal itu. Sedari tadi matanya tak lepas dari menatap pepohonan yang bersinar keemasan. Seiring langkah kakinya menapak jalan yang ia lewati, bibir Vira tak henti melafadzkan asma Allah.

Vira merasa sangat takjub. Bodo amat dengan sikapnya yang terbilang katrok. Ini benar-benar menakjubkan untuknya. Ini adalah pertama kali di sepanjang usianya kini. Bukankah yang pertama selalu menjadi yang menakjubkan dalam sejarah hidup?

"Berhenti membuka mulutmu seperti itu. Nyamuk yang lewat bisa salah kira kalau mulutmu itu sarangnya" Terdengar suara bass yang membuat Vira mengatupkan segera mulutnya dan mencibir ke arah sosok yang mengeluarkan kalimat tak berperasaan seperti itu.

Vira kembali abai dan melihat semburat senja di hadapannya. Suara kunyahan keripik kentang membuat Vira menoleh ke arah Alen. Disampingnya, Alen dengan santainya memakan kripik kentang itu sembari menatap senja. Vira tanpa sadar mengamati paras Alen yang nampak menawan dengan cover senja di baliknya.

Hidung mancung, alis tebal, mata yang selalu nampak berbinar, kulit putih, dan rambut yang bergerak-gerak tertiup angin musim gugur. Vira memuji dalam hatinya, betapa sempurna paras pria disampingnya ini.

Tiba-tiba, Alen menoleh ke arah Vira. Mata coklat Vira melebar, bertubrukan dengan mata hazel Alen. Sekejap, ada desir aneh merayap di hati Vira. Waktu seakan terhenti begitu saja. Menyisakan kedua insan yang sama-sama terpaku akan keadaan. Semburat senja semakin pekat. Menandakan hari akan berubah menjadi malam sebentar lagi. Rona senja menerpa wajah keduanya. Menambah pesona akan paras masing-masing. 

Mata coklat Vira terlihat semakin bersinar diterpa rona senja. Mata hazel Alen semakin menawan dibawah sinar jingga sore itu. Keduanya larut dalam pesona masing-masing. Keripik kentang yang tadinya menjadi rebutan keduanya tak lagi digubris. 

Mata Alen terlihat sendu. Matanya menatap bibir Vira yang ranum berwarna pink tanpa polesan lipstik. 

Wajah Alan menunduk. Semakin mendekat ke wajah Vira. Hingga terus mengikis jarak dan hanya terpisah beberapa cm saja jarak keduanya. Vira bisa melihat bola mata hazel milik Alen semakin jelas. Napas Alen nampak menderu. Semakin dekat jarak keduanya. Hingga Vira merasakan deru napas Alen yang hangat menerpa wajahnya. Tanpa sadar Vira menutup matanya perlahan. Sedetik lalu kesadaran otaknya menamparnya tanpa ampun. Vira refleks mendorong dada bidang Alen untuk segera menjauh.

Lihat selengkapnya