Aku benci denganmu. Yang membuatku tak bisa berkutik dan menyangkal jika rasa ini nyata.
-New York, 18 Oktober
Pagi hari yang suram karenamu.
🍁🍁🍁
Mr.G calling...
Vira menatap layar ponselnya yang menampilkan nama kontak Alen. Ia memandang jengah pada ponselnya yang sedari tadi tak berhenti berdering. Karena kesal, ia menonaktifkan ponselnya dan membuangnya ke dalam laci agar tak mengganggu.
Vira kembali terlentang di atas kasur empuk berwarna putih itu. Ia memejamkan matanya yang masih berat dan terasa bengkak. Yah, semalam ia menangis sampai ketiduran. Vira bangkit dari tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Mencuci wajahnya di wastafel dan berkaca di depan cermin.
Benar-benar buruk. Very bad Vira!
Mata sembab dengan kantung mata. Belum lagi hidung memerah karena semalam ingusnya juga ikut andil keluar saat mewek.
Vira nengguyur tubuhnya di shower dengan air dingin. Dengan pakaian yang masih lengkap. Lalu hal itu berlanjut sekaligus mandi.
Vira keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang membungkus tubuhnya. Ia mencari baju di dalam lemari. Sejenak ia hanya memandanginya. Ah, Vira lupa. Ini hari terakhirnya di New York. Ia harus keluar hari ini. Mendekam di kamar saat liburan itu sangat merugikan.
Semangat Vira kembali bangkit. Ia meraih jumpsuit longgar berwarna navy. Lalu meraih jaket jeans dan hijab berwarna senada. Ia segera berganti pakaian lalu menghadap cermin dan mengoleskan sunscreen dan pelembab di wajahnya. Seperti biasa.