Vira memoles lipcream di bibirnya. Lalu dengan tergesa menghapusnya. Untuk apa?
Ia hanya menghabiskan waktu dengan Alen. Siapa dia?
'Ah ini hari terakhirmu. Tak salah kan jika ia meninggalkan kesan yang baik'
Tapi apa iya sampai mengurusi penampilan seperti ini?
Dan tunggulah aku di sana memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang
Hingga kejamnya--
Vira mematikan alarmnya. Sudah jadi kebiasaan, ia memasang jadwal jika ada janji. Prinsipnya, hargai orang dengan tidak membuatnya menunggu terlalu lama. Tepat waktu itu penting, apalagi di negara-negara sibuk yang menganut prinsip times is money. Maka telat adalah kesialan di sana. Ketinggalan kereta, bus, kehilangan peluang, dianggap ceroboh dan tidak layak, dsb. Bukankah islam mengajarkan umatnya untuk tepat waktu dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Islam mengajarkan kita untuk tepat waktu, mungkin kitanya yang tidak sadar. Contoh simplenya, shalat. Hayo yang ngakunya islam tapi shalatnya masih mengqodo' atau telat-telat. Parahnya lagi yang gak shalat. Islam bukan sih? Hmm #selfreminder
Vira segera meraih tas selempangnya dan keluar dari kamarnya tepat saat Alen hendak mengetuk pintunya.
"Hai, sudah siap?" tanya Alen.
Vira mengangguk. Dan mereka berjalan beriringan.
"Kita ke mana?" tanya Vira saat mobil mulai berjalan.
"Brooklyn Bridge. Aku yakin bagi seorang penulis sepertimu, kau sudah tau pesonanya lewat berita yang tersebar. Penulis sangat update dengan perkembangan dunia"
"Ah kau berlebihan. Banyak yang tidak ku ketahui. Aku hanya sedikit tahu. Dan itupun untuk bahan tulisan. Tidak lebih"
"Rendah hati sekali, btw you're so georgeous" puji Alen.
"Perayu ulung" desis Vira. Alen hanya tertawa menanggapinya. Membuat Vira, lagi-lagi terpana untuk kesekian kalinya. Vira mengalihkan tatapannya keluar jendela. Jalanan New York dipenuhi lampu saat malam hari.
Gedung-gedung pencakar langit terlihat terang dengan lampu yang tetap menyala. Ia melihat ke sekitar jalan yang banyak orang lalu-lalang seperti kesibukannya itu tiada habis.
"Lihat di depan sana" ujar Alen membuat Vira refleks melihat ke depan.
Woaaahh..
Tatapan Vira tak lepas dari menatap jembatan yang tersohor itu. Mobil Alen bergerak seperti menjauhi jembatan itu. Padahal jembatannya sudah lewat ke belakang. Vira hampir protes saat Alen tiba-tiba berbelok.
'Oh putar balik' batinnya dengan mulut membeo.
Mobil mewah Alen berbelok dan terhenti di depan sebuah hotel. Vira menatap Alen tajam.
"Apa maksudmu? Karena aku mau menghabiskan malam ini denganmu, bukan berarti kau bisa berlaku apapun padaku!" Vira berbicara penuh penekanan. Alen menatapnya dengan tenang.