Inggris, 2020
"Tuan, pergerakan kita di negara ini sudah diketahui musuh. Kita harus cepat bergerak sebelum mereka menemukan keberadaan, Tuan. Saya sudah menyiapkan semuanya. Kita harus segera berangkat sebelum petang. Dan, kami menemukan ini..."
Pria memakai setelan jas hitam itu memberikan gulungan perkamen yang tampak usang. Sedang seorang lelaki yang terlihat lebih muda - jika dilihat tapilan fisiknya seperti belum genap 27 tahun - yang duduk di seberang meja besar itu menerima gulungan dengan alis berkerut.
Tubuh lelaki itu menegang saat membuka perkamen yang berisi tentang catatan masa lalu. Dengan teliti ia membaca isi perkamen yang diberi tanda EM dengan angka tahun 1915 di belakang catatannya.
Tangan lelaki muda itu gemetar. Inisial EM terasa begitu dekat. Menggugah memori yang selama ini tertidur dalam dirinya. Mungkin melalui catatan-catatan serupa ia bisa memperbaiki apa yang terjadi di masa lalu.
Darah kami menyatu. Musuh tak selamanya seperti yang kita lihat. Mereka juga sama seperti kita. Manusia yang dianugrahi kelebihan dan perasaan. Kami tak lagi menuntut balas ketika seorang dari kami jatuh cinta pada musuh. Namun kekuasaan dan keegoisan justru memicu permusuhan semakin besar.
Perang tak dapat dihindarkan. Kami kalah jumlah dan memang harus mengalah. Menunggu waktu agar semua tuntas. Meski kami tidak yakin harus berapa lama menunggu kejaiban itu.