Felis Demon's

Yoru Akira
Chapter #4

#03

"Goblok, ngurus satu cewek aja nggak becus!" Maki seseorang bermantel hitam. Wajahnya tertutup masker hingga sebatas hidung. Sedang lelaki di depan sosok itu mengerang kesakitan.

"Ma... ma... Maafkan saya, Bos. Penjagaan... Hermawan, ter...lalu kuat. Saya..."

Plakk...

Satu tamparan mendarat keras di pipi lelaki yang sudah berlumuran darah. Tubuhnya tersungkur ke lantai. Meninggalkan noda darah. Sepertinya, sebelum tamparan terakhir, lelaki bermantel itu sudah menganiayanya hingga babak belur. Bahkan noda darah merembes dari pakaian yang dipakai.

"Gue udah bilang dari awal kalau ini bukan kerjaan main-main, tolol! Lo kalo nggak bisa kerja, keluar sekarang juga. Jangan ngerusak reputasi gue di depan bos! Lo sendiri yang nyanggupin perintah bos, tapi justru lo sia-siain kesempatan itu."

"Ma...ma...maaf, Bos."

"Lo tahu risikonya kalau gagal selesaikan misi ini 'kan?"

Lelaki itu menggeleng. Matanya berkaca-kaca, mungkin menahan perih dari bekas luka di wajah serta seluruh tubuhnya atau memikirkan nasibnya akan bagaimana setelah ini? Akankah rumor-rumor yang ia dengar tentang kelompok yang diikutinya dengan mudah melenyapkan orang juga akan terjadi padanya?

Ia merangkak di atas lantai dan mencium kaki lelaki bermantel hitam. Suaranya mulai bergetar saat ia memohon ampunan. Sedang tubuhnya seakan tak kuat lagi menahan siksa dari sosok bermantel hitam. Hingga suara tembakan mengakhiri napas yang sudah di ujung keputusasaan.

"Bereskan!" perintah lelaki bermantel hitam pada sosok lain yang sejak tadi hanya bersembunyi dalam gelap dan menyaksikan kejadian di depan matanya dengan tatapan dingin. Ketika membersihkan sisa-sisa kekacauan itu pun, ia tak banyak bicara. "Lo ikut gue. Bagaimanapun kita harus melenyapkan cucu perempuan Hermawan sebelum Bos sadar kalau misi malam ini gagal. Gara-gara orang tolol itu, gue harus turun tangan langsung."

Tak ada jawaban dari lelaki yang mengikuti sosok bermantel hitam. Hanya sorot matanya yang semakin tajam dan dingin. Seperti menumpuk dendam yang entah ditujukan pada siapa.

***

Perjalanan menuju rumah dua kali lebih lambat dari biasanya. Julian yang berada di belakang kemudi bahkan mengumpat berkali-kali akibat jalanan macet menjelang tahun baru. Lelaki itu menyesal menolak tawaran Pak Adam untuk mengantar mereka pulang. Jika bersama Pak Adam, Julian pasti bisa merasakan tidur sejenak untuk mengistirahatkan pikirannya yang penat.

"Teganya lo tidur di saat kayak gini, Al," keluh Julian ketika memperhatikan Allea tertidur di bangku sampingnya. Diperhatikan wajah Allea saat tidur. Begitu damai dan tenang. Julian bahkan tidak tega untuk berbuat iseng seperti biasa.

Lihat selengkapnya