Awal pertama kali memasuki dunia abu-abu, aku dihadapkan oleh seminar nasional mencegah kekerasan seksual di Lingkungan Sekolah saat menjalani hari terakhir MPLS. Menurut Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016, istilah MOS (Masa Orientasi Siswa) kini diganti dengan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Adanya perubahan nama tersebut agar menjamin perubahan aktivitas yang akan dilakukan siswa senior kepada siswa baru. Bentuk kekerasan dan perpeloncoan pun sudah dilarang dan digantikan dengan kegiatan yang lebih edukatif, kreatif serta menyenangkan. Hari itu yang menjadi pemateri adalah Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo yang datang ke sekolahku.
Banyak materi yang disampaikan yang membuka isi kepalaku sampai jam MPLS selesai. Kepalaku mendadak pusing tak karuan, telingaku berdengung kencang dan pikiranku melebar kemana-mana. Isi materi tersebut kebanyakan; hindari cat calling yang terjadi antara teman, kakak kelas bahkan guru, hindari pergi ke toilet berdua dengan lawan jenis dan hindari bertatapan secara mendalam yang membuat siswa terjerumus ke dalam perbuatan tercela. Semua itu dibahas yang berkenaan dengan lingkungan sekolah. Tanpa sadar, aku telah mengalaminya di luar sekolah. Jadi aku harus lapor kepada siapa? Kepala sekolah? Tapi kejadian itu sudah setahun yang lalu. Kalau begitu, apakah aku harus lapor kepada kepala sekolah di SMP-ku?