Fender, Bukan Playboy Biasa

Syarif Hidayat
Chapter #9

Pertemuan

Fakultas ekonomi kampus cemara, gedung berlantai lima menjulang tinggi, Freddy jadi kagum untuk melihat tata bangunan dengan seksama, ngapain ya pagi - pagi gini ngamatin itu gedung, emank mo ngukur. hehehehe.

Sebenarnya dia lagi mikirin Dianty, sejak abis ketemu tuh cewek, akhir - akhir ini Freddy sering susah tidur, susah makan, susah kencing end makin banyak susahnya, tapi Freddy seneng ama kesusahannya mikirin wajah manisnya Dianty, itu sih kata dia pas curhat ke Fender dikosan.

Apa itu yang dinamakan kangen, atau jatuh cinta, ahh terlalu dini menyimpulkan kalo itu perasaan cinta, dia masih berdiri tegak mengamati bangunan gedung itu (nganggur amat) tapi pikirannya masih dengan setia menerawang jauh ke Dianty, huuu jatuh cinta emank bikin orang nggak nyambung, bayangin coba bangunan ama Dianty emank nggak ada hubungannya, yang jelas kalo masalah hubungan, kontraktor paling punya hubungan, hehehe istilahnya hubungan bilateral gitu deh, (hehehe kayak kerjasama negara aja.)

Rasa untuk nemuin Dianty begitu kuat, bak sekuat cinta Romeo end Juliet atau Laila ama Majnun, kata hati Freddy waktu itu dag dig dug mau nemuin pantas apa nggak, kan baru ketemu sekali, tapi Freddy bingung dan masih tetep mematung ngeliat gedung itu, ngeliat jam tangannya jarum jam masih pukul delapan pagi, jadwal biasa untuk ngeceng di warkopnya Cak Zul, sampe lupa gara – gara Dianty.

Hingga akhirnya ide untuk menirukan gaya musuhnya Batman Two Face yang biasanya pake uang untuk cari keputusan final mampir juga ke otak sebelah kiri Freddy. Tap...uang logam seratus rupiah meluncur keatas, tangan besar langsung menyambar tuh uang sebelum jatuh ke tanah, tepat dalam gengamannya, "Ehmmmm," desah Freddy nyengir, "kalo garuda berarti harus cari dia, kalo karapan sapi mundur nemuin kamu," Freddy ketawa kecil.

Freddy membuka telapak tangannya perlahan lahan, "Ahaaaa, gambar garuda, berarti jodoh yessss." Freddy jingrak - jingrak, saking senangnya Freddy lupa kalo Dianty tuh ada kuliah apa nggak hari ini, sedangkan no handphonenya lupa nggak minta, dasar blo'on.

Sesampai didalem gedung, Freddy celingak - celinguk, bingung mo cari kemana, yups berusaha itulah kata yang membuat dia harus cari tau dimana keberadaannya, diperpus, dikantin, udah diubek - ubek, tapi nggak ada tanda - tanda mirip ama mukanya Dianty, nyerah deh, Freddy balik ke luar gedung kecewa berat.

Siang itu matahari udah terik dan mungkin udah menusuk sampe ubun - ubun kepala, vespa biru keluaran tahun 90 yang nggak seberapa gaul, meluncur dengan PD dijalanan, gila tuh vespa cepet banget, melewati puluhan mobil dari tingkat mobil angkot sampe sedan mewah mazda RX 8, gila makan sate deh kalo gini, belom lagi ngelewati jutaan motor dari jenis motor Japan sampe motor keluaran Cina.

Wuzz vespa men, cuma vespa bisa ngelewatin segitunya, cepet banget dan pertanyaannya sapa sih yang ngendaraiin tuh vespa, kita liat dengan seksama kayak apa wajahnya, diliat dari kiri sih mirip ama Freddy, tapi masa Freddy yang punya badan besar naikin Vespa yang bisa mempercepat laju vespanya, nggak mungkin dah, tapi masa Freddy, kita pastikan lagi apa benar itu vespa yang ngendarain Freddy, ternyata emank dia, bener itu Freddy, sumpaaaaaa.

Tapi lagi ngapain ya tuh anak bisa naik vespa dengan kecepatan super cepat, ohhhh dia ada janji wawancara ama band Nidji di Radio gaul.

Pas udah sampe di Radio Gaul, Freddy langsung ke ruang siaran studio 2, disitu tempat berlangsungnya sesi prescon ama Nidji, band yang udah naik daun bikin Freddy deg - degan, dia nggak tau kalo didalem studio siaran ada cewek yang lagi talking - talking alias interview sama Nidji, Kebetulan Penyiar itu adalah Dianty.

Kesamber gledek deh, Diantyyyy, cewek kemarin yang bikin hatinya Freddy jatuh cinta dadakan, pucuk di cinta ulam tiba, pas deh, yaelah nih cewek ternyata penyiar, Freddy masih belum sadar juga kalo didalam ruangan studio tuh ada Dianty lagi tersenyum geli ngeliat tingkah blo'onnya freddy.

Freddy terlihat bingung bak korban pencopetan langsung dikagetin ama managernya Nidji, "Mas Freddy."

"Iya bener, mas siapa...?" Freddy membalikan badan.

"Saya managernya Nidji," ujar menajernya berkepala botak.

"Oh sorry mas, atas keterlambatan saya, tadi janji jam dua belas, sekarang dah jam satu, so macet dijalan, kan surabaya sekarang macet kayak jakarta," jelas Freddy sambil nyengir.

"Santai aja, masih ada waktu khusus buat STV." jawabnya tersenyum tipis.

"Thanxxxx," kata Freddy dan membatin nggak sopan sambil nyengir ngeliat botaknya itu orang, "Kilaunya mirip ama piring makanan wakakakak."

"Freddy pun melihat dari kaca, penasaran sapa sih yang interview Nidji, matanya mendekat ke kaca, melihat perlahan – lahan seisi ruangan dalem studio, cuzzz tepat bidikan bola matanya Freddy tertuju ama cewek berambut mirip style Japan gitu deh, dan senyumnya mengembang manis ke arah Freddy, kontan bikin kaget, kayak dia mengenal wajah itu, familiar banget, ohhhhhhh Dianty, ya itu emank Dianty, jodoh emank nggak kemana, senyum balasan Freddy melebar 5 cm ke Dianty, wuzzz seneng coy, bak hujan kembang api deh, tuarrrr - tuarrrr saking bahagianya sampe - sampe diajak ngomong ama managernya Nidji nggak ngerasa.

"Mas Freddy, interviewnya dimana...?"

Freddy langsung gelagapan, "Gimana - gimana...?" ujarnya nggak konect.

"Interviewnya ngambil tempat dimana?" terang managernya Nidji.

"Ehmm," Freddy mikir sejenak, "Di dalem ruang studio aja, biar keliatan natural."

"Oke," jawabnya.

30 menit udah berlalu, live press confers dari pihak radio gaul udah selesai dan Freddy pun masuk ke dalem ruangan studio, lalu menyapa personelnya satu - satu. Dianty langsung menghampiri Freddy.

"Hai gimana kabar kamu" sapa Dianty dengan senyum lebar.

"Baik, kamu gimana..?"

"Aku baik, nggak nyangka kita bisa ketemu disini, mau interview juga..?" tanya Dianty tersenyum tipis.

"Kok tau, kamu dukun ya," Freddy ketawa ngikik.

"Tuh Id pers kamu keliatan," balasnya tertawa juga.

Sedangkan personelnya Nidji hanya melongo.

"Ya udah deh, aku tinggal dulu yaaa, terusin kerja kamu," Dianty langsung ngeloyor pergi, Freddy hanya bisa menarik napas panjang ngeliat paras cantik wajahnya Dianty dengan dibalut kaos hijau dan celana pensi bikin penampilannya mengoda.

"Masssss lagi asik ya, sampe lupa ama kita," terang Giring sang vokalis.

Freddy gelagapan merasa dari tadi nyuekin mereka.

"Sorryyyy suka khilaf kalo ketemu cewek cakep."

Mereka langsung tertawa.

Freddy pun menyiapkan kamera lalu memasang tripot, jrettt setttt, selesai mic dah terpasang bertulisan STV siap merekam, dua puluh menit interview udah selesai, Freddy girang banget, rencana abis ini pastinya PDKT ke Dianty, usaha coy sapa tau berhasil, dan status jomblo good bye, "Aku bisa jadi orang pertama yang dapet pacar ketimbang Kiko ama Fender," Tuh anak membatin ketawa sendiri, Giring pun curiga langsung nyeplos tak diundang, "Kepikir terus ama tuh cewek ya mas."

"Ahhh mas Giring bisa aja," mukanya Freddy memerah.

"Tuh cewek harus dikejar fren," terang Giring ketawa kecil.

"Hanya temen nggak lebih," kilah Freddy malu.

"Pertama sih temen lama - lama pacarannnnn, hahhaha." tambah Ari gitarisnya Nidji.

Freddy malah ketawa.

Seusai interview Freddy keluar dari studio, pandangannya mulai menyisir apa Dianty lagi disitu apa nggak, padahal untuk ketemu dan berlama - lama ama dia, sekuat tali tampar mendorong truk, wow luar biasa.

Setelah disisir di berbagai ruangan dekat situ, Dianty kagak ada, Freddy langsung lemes, duka mendalam kalo gini, ternyata harapan untuk ketemu Dianty pupus sudah, dia pun pergi dari tempat itu, nggak nyangka di depan ruang tamu studio gaul ada Dianty lagi duduk sambil megang handphone, Freddy kaget dan seneng banget.

"Hai Diiii," sapa Freddy.

"Haiii dah selesai interviewnya," balas Dianty.

"Udah, tak kirain kamu dah balik."

"Belum, lagi nunggu jemputan."

"Ohhhh."

"Emank kenapa," tanya Dianty.

"Ehm maunya sih pingin ngajak kamu ke M Cafe, berhubung ada yang jemput ya next time aja."

"Ehmmm gimana yaaaa," Dianty mikir, "Bener nihhh."

Freddy sumringah, "Terus pacar kamu gimana..?"

Lihat selengkapnya