Fight For Love

Anna Onymus
Chapter #14

Chapter 14

Dengan kemampuan berdandan ala Korean look karena akhir-akhir ini aku sedang demam Korea, aku berdandan mempersiapkan diri untuk acara lamaran Zahra. Acara lamaran ini memang digelar agak besar-besaran. Kami bahkan menyewa tenda karena mengundang cukup banyak tamu dari pihak Zahra maupun Irfan. Itulah kenapa aku harus berdandan cantik dan membawa gandengan. 

Ponselku bergetar dan berpendar saat sebuah pesan masuk. Aku menjulurkan kepala membaca pesan. Rupanya dari Mas Tian. 

Mas Tian : "Gue otw ya."

Pesan itu membuatku begitu gembira hingga melonjak-lonjak di meja rias. Iya, Pangeranku!! Can't wait to see you! Tapi aku hanya mengetik, "Ok, hati-hati ya". Berusaha mempertahankan citraku yang cool.

Kembali melanjutkan sesi berdandan, aku memulaskan perona pipi tipis-tipis. Sebagai sentuhan terakhir, aku memulaskan lipcream ombre pink dan melapisinya dengan lipgloss agar tampak segar dan plumpy. Aku memandang hasil karyaku dengan perasaan puas.

Setelah selesai dengan penampilanku, aku berdiri di depan kaca meja rias yang lumayan besar. Menatap bayanganku yang tampak berbeda. Gaun abu-abu kebiruan sewarna awan membalut tubuhku dengan sempurna, sepatu hak tinggi bertali terpasang di kakiku, make up sempurna dan rambut panjang lurusku yang kuubah jadi keriting gantung dan kuikat sebagian lalu dihias pita sewarna gaunku. Setelah memastikan tak ada yang kurang, aku menjinjing clutch-ku dan keluar kamar. Mulai menampilkan diri di depan umum. 

Semoga saja aku sanggup menghadapi hari ini, dengan semua kekuatan dan mental yang sudah kupersiapkan. Jangan sampai pertahananku jebol, apalagi menangis. Aku tak mau tampak iri dan lemah. Dan lagi, aku tak mau riasan mata ala Korea yang kubuat sepagian dengan susah payah luntur berantakan karena air mata.

***

Aku menghampiri Mas Tian saat lelaki itu tiba di ujung gang kompleks rumahku. Cukup mengejutkan ia mengenakan kemeja berwarna senada dengan gaun yang kukenakan, abu-abu kebiruan. Rambut Mas Tian juga tampak rapi seperti baru dipangkas. Aku jadi bertanya-tanya dan merasa GR, apakah ia segitu niatnya mempersiapkan diri bertemu dengan keluargaku? Cambang dan kumis tipisnya tidak dicukur, yang justru membuatnya tampan dan maskulin. Belum lagi, ya Tuhan, aroma parfumnya yang segar membuatku terlena.

"Nggak telat kan gue?" tanyanya seraya melangkah ke rumahku.

"Nggak kok, belum mulai acaranya."

Mas Tian mengamatiku. "Lo kayak mau cosplay bidadari," komentarnya.

Cosplay katanya? "Yah berlebihan ya dandanan gue?" Aku jadi khawatir.

"Nggak kok, lo cantik. Keren malah baju lo, gue suka."

Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang mungkin sekarang sudah merona. Mas Tian, tak sadarkah pujianmu membuatku melayang dan akan membekas di pikiranku berhari-hari, atau mungkin lebih lama lagi?

Seperti dugaanku, semua perhatian tertuju padaku saat melangkah di samping Mas Tian hingga kami duduk bersebelahan. Beberapa bahkan tampak berkasak-kusuk, mungkin bertanya-tanya siapa gerangan lelaki tampan yang sedang bersamaku itu. Aku jadi percaya diri, dan malah menikmatinya. Biar saja mereka sibuk menerka-nerka.

Hanya Zahra yang kudapati menatapku kaget bercampur tak percaya. Dan pasti ia akan menuntut penjelasan setelan ini. Aku tahu Zahra tak suka melihatnya. Peduli amat, memang dia pikir gampang jadi anak pertama yang dilangkahi dan pura-pura bahagia sendirian?

Irfan dan keluarganya telah tiba. Acara pun dimulai dan suasana yang semula damai mendadak berubah khidmat. Wajah Zahra maupun Irfan tampak berseri-seri, menampakkan kebahagiaan tiada tara yang bercampur dengan kegugupan. Di kanan-kiri Irfan, berdiri kedua orang tuanya. Lalu di belakang Irfan, orang berbaris dengan barang-barang bawaan di tangan mereka masing-masing. Mungkin mereka semua saudara Irfan, dan beberapa mungkin tetangga dan teman-temannya.

Lihat selengkapnya