Fight For Love

Anna Onymus
Chapter #15

Chapter 15

Foto dari acara tunangan Zahra telah selesai dicetak dan dikirim ke rumah, tepat dua minggu setelah acara. Aku, Mama dan Zahra berkumpul di ruang tamu sambil melihat-lihat foto-foto dalam album dan dua foto yang dibingkai. Sambil melihat-lihat, Zahra video call dengan Irfan, memamerkan foto tunangan mereka.

“Bagus-bagus ya, Kak fotonya,” komentar Mama masih membolak-balik album.

“Iya.” Kuakui hasil jepretan fotografer acara tunangan itu memang bagus. “Kayaknya aku bakal pakai jasa dia kalau ada acara,” gumamku.

“Iya, Kak. Dia temannya Irfan. Pasti dikasih harga murah.” Mama membalik album. “Tuh, foto candid kamu aja cantik.”

Di foto itu, aku sedang melirik. Tapi berkat bidikan yang tepat, aku jadi kelihatan cantik.

“Ini juga, Kak.” Mama menunjuk foto saat tangan Mas Tian ada di kepalaku. Di situ Mas Tian tampak tersenyum kecil, sementara sebagian wajahku (yang aku yakin sedang kaget) tertutup tangannya yang besar. “Kayak romantis fotonya.”

Aku mengamatinya. Sepertinya foto ini diambil saat Mas Tian menyingkirkan laba-laba dari rambutku. Foto ini memang tampak seperti Mas Tian sedang mengacak rambutku dengan manja. Gestur khas komedi romantis. Padahal kejadian aslinya sama sekali tidak romantis. Memang tak perlu diragukan lagi kemampuan fotografer itu. Bahkan kejadian konyol saja bisa berubah cerita dalam tangkapan gambarnya.

“Apaan romantis. Itu ada laba-laba di kepalaku, terus Mas Tian singkirin,” aku menjelaskan.

Mama tertawa kecil dan kembali mengamati foto itu. “Tian cakep ya, baik lagi,” komentarnya.

“Iya,” aku setuju.

“Kalau dia nggak beda agama, Mama restui kalian.”

“Ya elah, Ma. Cowok ganteng dan baik bukan cuma Mas Tian aja,” kataku. “Nanti siapa tahu jodohku lebih ganteng daripada Mas Tian.”

“Aamiin…” ucap Mama tulus.

Sesungguhnya itu hanya usahaku membangkitkan optimisme yang beberapa kali hampir mati. Tapi barangkali aku akan berhasil lain kali dalam percintaan. Bisa saja aku gagal mendapatkan Arman dan Mas Tian karena ternyata jodohku lebih baik dibanding mereka.

Tapi dimana aku mencarinya? Aaaarrrrgggghhhh!!!

***

Pagi ini aku berangkat kerja dengan perasaan datar-datar saja. Tak ada lagi euphoria pagi yang kurasakan. Aku bahkan tidak memutar lagu-lagu favoritku dari Apple Music dan menyerahkan lagu-lagu untuk kudengarkan pada penyiar radio.

Mungkin pada akhirnya aku benar-benar menyadari, dengan segenap logika dan hatiku, bahwa aku tidak bisa mencintai Mas Tian. Aku memang merasakan sengatan rasa kecewa, tapi tidak sepedih saat aku patah hati karena Arman, syukurlah.

“Pagi, Mas Tian!” aku menyapanya seperti biasa.

Mas Tian yang sedang asyik dengan ponselnya mengangkat wajah. “Pagi, Nis.”

Alanis menggeser bangkunya mendekat padaku. “Gimana kemarin? Lo baik-baik aja kan?”

Aku memasang senyum sok happy walau pagi ini rasanya agak tidak semangat. "Selow, baik-baik aja gue."

"Gimana acaranya kemarin?"

"Lancar jaya tanpa kendala apapun."

Sepertinya aku akan butuh moodbooster. Semoga saja hari ini pekerjaanku lancar tanpa kendala maupun kesulitan, karena aku tidak menyediakan 'kekuatan' lebih untuk menghadapi masalah. Juga karena aku akan menyetel radio seharian penuh.

Siang hari mulai menjelang. Acara siaran pagi usai, digantikan acara siang. Beberapa lagu diputar, diselingi ocehan penyiar yang membahas topik sekaligus membaca pesan-pesan dari pendengar. Aku baru menyadari bahwa acara radio siang yang akan berlangsung dua jam ini khusus memutar lagu Korea. Pas sekali, kebetulan akhir-akhir ini aku sedang agak demam Korea. Lagu-lagu Korea kebanyakan berirama dan dibawakan dengan tarian energik. Selain mencegah kantuk, lagu-lagu energik seperti itulah yang sedang kubutuhkan agar tetap semangat menghadapi gempuran percintaan yang tak ada habisnya.

Aku tersenyum kecil saat mendengar lagu The Boys yang dibawakan Girls Generation diputar. Lagu itu sangat populer di tahun 2011 saat aku duduk di bangku SMA, dan aku mendengarnya hampir setiap hari di radio. Walau lagunya tak bisa kunyanyikan karena berbahasa Korea, tapi aku menyukai musiknya yang energik. Diam-diam aku menikmati, sambil mengenang kembali masa-masa sekolahku.

Usai lagu The Boys dan satu lagu energik yang dibawakan oleh Twice berjudul What is Love, radio ini kembali memutarkan lagu nostalgia berjudul I am The Best yang dibawakan 2NE1. Lagu itu rilis di tahun yang sama dengan The Boys dan tak kalah populer pada masanya. Kali ini aku dibuat tertawa. Selain energik, lagu itu juga unik bagiku. Aku bahkan sempat mengira lagu itu seperti mantra, hanya karena liriknya terdengar asing dan lagi lagi, aku tak mengerti bahasa Korea.

Lihat selengkapnya