Fight For Love

Anna Onymus
Chapter #19

Chapter 19

Hari-hariku kembali berjalan seperti biasa. Bangun tidur, berdesakan di Transjakarta, mengerjakan voucher-voucher pembayaran di kantor, bercengkrama dengan teman-temanku sesekali, menyetel radio saat mengantuk, pulang kantor, tidur, dan mengulangi kegiatan yang sama kesokan harinya.

"Nisa, gedein dong radionya," pinta Alanis. "Buruaaan... lagunya Suju!"

Aku buru-buru membesarkan volume radio. Dengan tampang riang, Alanis ikut menyanyikan lagu No Other. Hmm aku jadi teringat Adit. Dia pasti sudah di Jakarta sekarang.

"Ciyeee yang lagi keinget Ongeekkk...." Alanis meledekku.

Dahiku mengernyit. "Ongek?" Siapa lagi dia?

"Ituuu si mirip Oppa Donghae. Gimana lo sama dia? Masih kontakan?"

Aku tertawa kecil. "Astagaaa Ongek nggak tuh?Ya gitu, kita temenan di IG."

Alanis tertawa. "Asiikkkk... DM-DM an dong? Atau udah tukeran kontak Whatsapp lagi?"

"Enggak. Cuma temenan aja," kataku. Adit tidak pernah mengirim DM dan aku tak berniat mengirim DM duluan. Komunikasi kami hanya sebatas saling lihat Instagram story saja. Tak pernah lebih.

"Hiih gimana sih?!" Alanis gemas. "Cowok ganteng gitu jangan sampai lolos! Lo DM duluan laah!"

"Jangan lah, ngapain?" Mas Tian menyahut. "Harga diri cuy, lo kan juga baru kenal sama dia. Belum tau-tau banget tentang dia. Kalau dia berniat, biarin aja dia yang nyari lo duluan."

Adit mencariku duluan? Terdengar seperti sebuah keniscayaan. Mungkin saja dia bahkan sudah melupakan teman-sesaat-di-Bandungnya itu.

"Eh Tian, hari gini cewek kalau nggak gercep susah. Lagian nggak masalah kok cewek mulai duluan. Cowok gue aja gue duluan yang ngejar, jadi," tukas Alanis.

Mas Tian menggeleng. "Jangan dengerin si Alanis. Nggak semua cowok suka dikejar duluan. Cowok tuh suka tantangan, Nisa," balas Mas Tian.

Kali ini aku setuju dengan pendapat Mas Tian. Toh aku pernah mengejar cowok saat sama Arman dulu, dan hasilnya seratus persen GAGAL. Dan ya, aku memang belum kenal-kenal amat sama Adit. Bahkan kalaupun misalnya detik ini Adit menembakku, aku akan tetap pikir-pikir dulu walau dia begitu menarik. Terlihat agak picky memang, tapi nggak salah kan jadi perempuan juga harus hati-hati?

***

Lagu 'Lucky' yang sedang mengalun di ponselku menghilang sejenak disela oleh bunyi notifikasi. Agak kesal rasanya sedang enak-enak menikmati lagu sambil bengong menatap jendela bus, tiba-ada ada gangguan. Notifikasi apa sih ini? Biar saja lah. Bus sedang penuh sesak dan aku tak bisa mengambil ponsel. Jangankan mengambil ponsel, bergerak saja susah.

Ketika bus keluar tol dan berhenti di halte, barulah akhirnya aku bisa bergerak. Aku segera mengambil ponsel dan melihat notifikasi. Seharusnya tadi aku mengatur mode bergetar supaya playlist-ku tidak terganggu bunyi notifikasi.

Mataku melebar, terkejut saat membaca notifikasi yang kupikir mengganggu itu. Ternyata notifikasi itu berasal dari aplikasi Instagram, dari direct message alias DM yang dikirim Adit! Seketika aku berdebar, tak menyangka lelaki itu menghubungiku. Kukira dia akan menghilang begitu saja.

Lelaki itu membalas Instagram story yang kubagikan sore tadi, repost foto bersama dari Instagram Alanis.

Adit : "Jadi kantor kamu di Mega Kuningan? Dekat dong ya."

Foto itu memang menyertakan lokasi dan sekarang Adit jadi tahu kantorku di mana.

Nisa : "Hai Adit. Iya, kantorku di Mega Kuningan."

Setelahnya, aku menghentikan musikku dan ganti menyetel radio. Bosan juga dengerin lagu itu lagi itu lagi. Lalu aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan kembali menikmati perjalanan.

***

Entah sudah kali keberapa aku membuka aplikasi Instagram dan membaca DM. Balasan yang kukirimkan pada Adit belum dibaca, padahal dia baru aktif lima menit yang lalu. Kok dia slow respon ya? Kukira dia mengirim DM mau mulai obrolan atau apa gitu.

Ah, sudahlah kenapa juga aku jadi menunggu-nunggu balasan DM dari Adit dan kecewa karena dia slow respon begini? Barangkali Adit hanya basa-basi dan aku tak perlu terlalu memikirkannya. Hanya karena Adit mengirim DM, bukan berarti apa-apa kan?

Sebaiknya aku segera mengisi daya ponselku yang sekarat dan tidur. Karena aku harus menyiapkan tenaga untuk menghadapi hari esok yang 'normal'.

***

Mataku yang sudah sepat dan agak mengantuk, membelalak saat melihat ada dua pesan DM Instagram masuk.

Adit : "Nisa, kamu pulang jam berapa?"

Pesan pertama itu masuk setengah jam yang lalu. Kemudian disusul dengan pesan kedua yang masuk lima belas menit kemudian.

Adit : "Aku udah di lobi kantor kamu. Kamu belum pulang kan?"

Gila, berarti Adit udah nungguin di lobi dong? Masih ada nggak ya dia? Mana lumayan lama lagi.

"Eh, kok udah beres aja? Katanya lo balik agak malam?" tanya Alanis.

"Nggak jadi," balasku sambil menutup resleting tas.

Sebenarnya pekerjaanku sudah selesai bahkan sebelum jam pulang kantor tiba. Hanya saja aku sedang malas berdesak-desakan di dalam bus Transjakarta dan memilih pulang agak lambat dengan harapan bus agak longgar.

Lihat selengkapnya