Keruyukkk
Perutnya berbunyi, Shannon sangat lapar tapi untuk pergi makan malam ke bawah ia takut kesasar karena belum hapal dengan mansion ini. Pintu kamar terbuka dan munculah Melvi dengan wajah datarnya.
Shannon malu untuk menghampirinya tapi ia sangat lapar, ah masa bodo hilangkan dulu malunya. Ia menghampiri Melvi dan berdiri dihadapannya, ternyata Melvi sangat tinggi ia bahkan hanya sedadanya. "Eumm Kak, Shannon lapar. Boleh minta antar aku ke bawah? Aku ga tau jalan kesananya." Ujar Shannon menunduk, meskipun dirinya nakal tapi Shannon masih menghormati suaminya.
Melvi mengangkat dagu Shannon dengan telunjuknya. "Disana ada handphone untuk memanggil pelayan, jangan caper." Melvi pergi ke toilet.
Shannon mendengus. "Handphone apa sih? Gue kan ga ngerti." Aih perutnya terus berbunyi ia mengelus ngelus perut ratanya.
Kebetulan saat Melvi keluar dari toilet dirinya melihat Shannon sedang mengelus perutnya, lalu mengetikkan sesuatu di handphonenya. Tak lama bel kamarnya berbunyi, Shannon membuka pintunya dan ternyata seorang pelayan yang mengantarkan makanan.
"Permisi nona, saya membawakan makan malam untuk nona dan tuan muda." Jawab pelayan yang bernama Tuti, lalu masuk menyiapkan makanannya.
"Buat Shannon?" Tanya Shannon masuk dengan antusias dia mengikuti Tuti dari belakang dibalas anggukan oleh Tuti.
"Terimakasih Bibi." Tuti tersentak sedikit, dirinya menemukan nona yang baik hati mau mengucapkan terimakasih kepada bawahannya selain keluarga De Morgan.
Tuti tersenyum, sepertinya nonanya sangat cocok dengan tuan muda pikirnya. "Sama-sama nona, saya permisi." Diangguki oleh Shannon.
"Mari Kak, kita makan." Ajaknya antusias, Melvi tanpa menjawab langsung makan.
Waktunya tidur tiba, tapi anehnya pria itu membawa bantal ke sofa dan tidur disana. Shannon mengangkat bahunya acuh yang penting bukan dirinya yang disuruh pindah.
Melvi POV
Malam itu dirinya melakukannya, menodai seorang gadis yang masih sekolah menengah. Ia melakukannya bukan karena ingin tapi ada seseorang yang memasukkan obat perangsang kedalam minumannya. Tadinya ia sudah melupakannya tapi satu bulan yang lalu saat dirinya menemani Raina ke Mall. Ia melihatnya disana seorang diri.
"Tuan muda, ada berkas yang harus anda tanda tangani." Ucap sekretaris Melvi membuyarkan lamunanku, yang bernama Nathan Abdeelionel. Dia sahabat Melvi.
"Hmm." Sabar Nathan sudah biasa pikir Nathan.
"Saya permisi tuan muda." Pamit Nathan.
"Tunggu."
"Ada yang bisa saya bantu tuan muda?"
"Ck, ga usah formal."
Nathan langsung duduk. "Akhirnya gue bisa duduk juga Mel, kalo kerja jangan terlalu serius ngapa. Atau enggak biarin gue istirahat dulu ke." Keluhnya kepada Melvi sahabatnya.
"Mana data seseorang yang saya minta?" Tanya Melvi tanpa mendengar keluhan Nathan.
"Bukannya udah gue kirim kemarin?"
Kemarin dirinya bersama Riana sang tunangan berjalan-jalan, karena Raina ada pekerjaan di luar negeri selama satu bulan, ini pasti karena ulahnya. "Kirim ulang."