FIGURAN

Agung Satriawan
Chapter #8

Setan

Oji sudah menentukan pilihan, mengambil keputusan, membuat dirinya menjadi setan. Sebuah peran yang tak ia buka kepada emaknya. Oji berangkat ke lokasi pagi-pagi sekali tanpa meminta antar Rudi. Ia memilih naik angkot, bus, kereta, kemudian ojek untuk sampai di lokasi suting yang berada di wilayah Parung, Bogor. Sebuah hutan karet yang jauh dari jalan raya.

           Meski sudah sampai sejak siang, Oji baru kebagian scene malam hari pukul 20. Selama satu jam sebelumnya ia beserta figuran-figuran lain dimake-up, dipasangi kostum, dan diberi arahan melalui skenario yang dibacakan.

“Oke ini scene tersuKi ya. Jadi gue minta semua konsentrasi.” kata sutradara yang Oji merasa familiar dengan wajahnya. “Kamera bakal tracking! Nggak ada cut! Kalau salah kita ulang semua dari awal dan itu akan cape banget! Coba mana setan-setan suruh kumpul!”

           “Setan-setan, kumpul!” kata asisten sutradara. “Bang Joko Anwar mau ngebrief!”

Perintah itu membuat Oji dan empat figuran lain yang menjadi setan merapat. Crew makeup pu menghentikan kerjanya walaupun seharusnya masih lima kali tacap bedak lagi ke muka Oji.

“Gini.” kata Joko Anwar dengan lembar scenario di tangan. “Di scene ini sebenarnya pocongnya cuma satu. Berhubung tracking, dan nggak mungkin satu pocong pindah-pindah, jadi kalian mencar di jalur pelarian pemeran utama kita, wich is Prilly. Kalian ngerti?”

“Ngerti, Om.”

“Ngerti, Bang.”

“Ngerti, Pak.”

Joko Anwar menerukan kening. “Om, Bang, Pak! Nggak kompak amat kalian jadi pocong! Ketauan banget beda agensinya! Ya udah, semua standby di titik masing-masing!” perintahnya kemudian masih ada lanjutan dumelan “Nggak ada satupun yang nyebut gue Mas?” katanya sambil menggeleng.

“Unit!Anter nih pocong satu-satu!” teriak astrada yang sejak tadi megang hate.

“Unit, berangkat, unit!” sahut crew lainnya. “Jangan lupa bawa hate!”

           Suara deru mesin motor kemudian terdengar bersahutan. Tak lama lima motor mendekati kerumunan pocong termasuk Oji. Tiga di antaranya matic, satu bebek manual, dan RX King yang knalpotnya dibobok. Kelimanya diangkut naik motor setelah dua orang crew mengangkat mereka satu-persatu ke jok belakang degan posisi duku menyamping.

Motor pengangkut pocong pun melaju satu-persatu. Membentuk konvoi teraneh yang pernah Oji lihat. Oji berada di motor ketiga. Ia berusaha menahan goncangan jalan tanah yang bergelombang dan berkelok mengikuti jalan setapak. Ia tak bisa pegangan karena tangannya tertahan kain kafan yang menjadi kostumnya. Oji bisa mendengar kesusahan yang sama dari para figuran lain, baik yang di depan ataupun yang di belakangnya.

“Bang, bang, pelan-pelan, bang!” keluh Oji berusaha menyeimbangkan tubuh agar tidak terguling.

Crew pembonceng tidak mengurangi kecepatannya dan malah berucap, “Ngeri gue bro ngebonceng elu!” sahutnya dengan suara bergetar yang sangat menampakan ketakutan.

“Ya elah, bang! Kita kan setan bohongan!” seru Oji lagi.

“Iya, sih. Mirip banget, anjir!” kata crew pembonceng tanpa mengurangi kecepatan. Untungnya motor berhenti di satu titik yang sudah ditandai dengan tiang bamboo berkain.

           “Turun, bro!” perintah crew pembonceng. Oji turun dengan sedikit melompat dengan tumpuan bokongnya. Sebuha lompatan yang sangat tidak berwibawa sekali, pikirnya.

“Inget, bro, aba-aba nggak bakal kedengeran. Jadi, kalau Prilly dan crew pada datang, elu mesti siap!” pesan crew pembonceng.

“Siap, bang!” sahut Oji seraya mengangguk. Membuat pucuk kain kafan di atas kepalanya bergoyang-goyang, dan itu membuat crew pembonceng langsung merinding Dengan cepat crew itu mengeluarkan hate dari sakunya lalu berkata, “Pocong empat ready di lokasi, ganti.”.

“Dicopy.” sahut suara dari hate.

           Crew itu kembali memasukan hate ke sakunya. “Udah ya, gue ngeri lama-lama liat elu. Hiiiy!”

“Ya udah, bang, hati-hati.” ujar Oji.

Sebelum crew motor tancap gas, ia melihat dulu ke arah Oji, membuat Oji dan crew bertemu pandang.

“Setaaaan!” lalu tancap gas.

“Lah?” Oji melongo. Ia berdiri sendiri dalam gelap. Hanya sepi yang menemani, anjay. Tatapannya beralih pada motor lain yang berjarak 100 meter di sampingnya. Pocong lima turun dari motor itu lalu. Oji mendengar sayup-sayup perbincangan. Tak lama motor melaju dan pocong lima ditinggal sendirian. Setidaknya Oji tahu ada orang lain bernasib sama. Senasib sepenanggungan.

Lihat selengkapnya