FIGURAN

Agung Satriawan
Chapter #10

Tangis Adik

Malam sepulang suting Dilan: Suara Bi E’em Oji buru-buru masuk ke rumah dan langsung mendekati Emak yang sedang menonton tivi di ruang tengah.

“Assalamualaikum!” salam Oji ketika sudah dekat dengan tempat Emak duduk. Mengucapkannya agak nyaring karena kuping Emak sedang terbuai dialog sinetron ‘Ikatan Rindu’.

Meski tak langsung, akhirnya Emak menjawab, “Walaikumussalam.” balasnya.

Mumpung Emaknya belum menoleh lagi ke tivi Oji buru-buru nanya, “Mak, ada chat buat Oji, nggak?”

“Hah”, Emak bingung mau lihat vivi atau muka Oji. “Nggak tau, dari tadi hape sama adek lu.” tunjuk Emak dengan mulutnya, membuat Oji langsung berjalan cepat ke kamar Ical. Ia melihat Ical sedang tengkurap dengan hape di pegang di depan mukanya. Cahaya hape tampak memantul dari wajahnya yang sedikit basah oleh keringat.

“Cal, sini hape!” segah Oji cepat.

“Bentar, bang, nanggung.” jawab Oji tanpa menoleh.

“Wah, lu nggak ada kapoknya ya! Penting, nih!” kata Oji meninggi

“Tunggu, bang, nanggung lagi war!”

           Tanggapan itu membuat Oji hilang kesabaran. Badannya membungkuk dengan tangan langsung merebut hape di tangan Ical seketika dan berkata “Nggak penting!”.

Ical terkejut dengan wajah mengikuti gerak tangan Oji yang sudah memegang hapenya.

“Ah! Orang nanggung juga!”, ucap Ical dengan suara serak seketika. Rautnya menampilkan marah menyala namun tertekan rasa tak berdaya. Ical langsung bangun sambil meledakan persaannya dengan teriak, “Orang udah mau menang!”, ucapnya berjalan melewati Oji lalu menendang pintu kamar sebelum keluar.

Suara tendangan Ical pada pintu kamar membuat Emak meninggalkan tontongannya dan menghampiri pusat suara.

“Kenapa sih lo pada?” tanya Emak dengan arah pandang bergantian ke Oji lalu Ical yang baru saja melewatinya sambil menangis.

“Mau liat hape, Mak.” jawab Oji, tak mau Ical keburu play victim dengan tangisannya. “Urusan Oji kan lebih penting!”. Oji menjawab itu tanpa memalingkan tatapannya pada layar hape.

“Urusan ape?” tanya Emak dengan nada meninggi.

“Suting, Mak.” jawab Oji. “Takut ada tawaran lagi.”

Emak merautkan kecewa lalu balik badan mengikuti arah jalan Ical yang masuk ke kamarnya. Ical sudah nangis telungkup sambil memukul-mukul bantal di atas kasur berdi[an reot milik Emak. Setiap pukulannya disertai nada tangisan yang bergelombang.

“Udah, Cal, abang lu lagi ada perlu.” ucapnya setelah duduk di pinggiran kasur. “Urusan suting.”

           Ical menghentak dulu tangisannya lalu berucap, “Ical bilang nanggung, sebentar lagi! Itu udah mau menang!”

Lihat selengkapnya