“Figuran jangan kaku! Ngobrol seolah kalian benar-benar mahasiswa! Sekali-kali makan minum! Tapi jangan dihabisin takut ngulang!”. Begitu pesan Fajar Bustomi pada para figuran di sekitarnya.
“Kameraaaa?”
“Rolliiing!”
“Action!”
Pemeran utama dan pemeran pembantu mulai akting berjalan mendekati kantin lalu duduk di meja kosongkhas adegan gerombolan mahasiswa yang baru bubar kelas kuliah. Oji dan Anita termasuk rombongan itu. Keduanya duduk di meja di belakang meja peran utama dan peran pembantu yang sudah ada makanan dan minuman.
“Senang, deh, bisa ketemu lagi sama kamu.”
Anita hanya tersenyum lalu menyedot minumandari sedotan logam yang tersandar di gelas berisi es jeruknya.
“Kamu boleh kok merasakan kesenangan yang sama.” sambung Oji. Anita tersedak sambil menahan tawa lalu batuk kecil berkali-kali tanpa kehilangan aura imutnya.
“Batuk, Bu Haji?” ujar Oji bercanda.
“Ya ampun, bercandaan om gue banget itu.”
Oji tertawa. “Ya, setidaknya kamu ngerti.” ucapnya. “Sori yah kalau bikin kamu keselek. Habis kita nggak dikasih scenario sih. Jadi, bebas-bebas aja, dong?”
“Iya, iya. Nggak apa-apa.” ujar Anita lalu mengusap bibir dengan tisu.
Oji melihat itu dengan tatapan memendam rencana. “Suatu saat bibirku akan menggantikan fungsi tisu itu.” katanya.
Kali ini Anita batuk lebih keras dari sebelumnya.
“Apaan sih kamu?”
Oji malah nyengir tanpa paras merasa bersalah. “Aku tau seharusnya kamu menanggapi itu dengan kesel atau marah. Tapi mumpung kamu nggak bisa, jadi aku sembarangan aja ngomongnya. Maksud aku, bukan sembarangan sih, tapi terbuka aja.”
“Itu vulgar, bukan terbuka!”
“Emang iya, ya?” bantah Oji lewat tanya. “Maksud aku menggantikan peran tisu dalam membersihkan hal-hal kotor dalam hidup kamu.”
“Ih, kaya kamu suci aja.”
“Bukan suci, dong lawannya kotor, tapi bersih.” kata Oji berargumen. “Kalau suci lawannya najis tralala.”
Anita malah cemberut memandang Oji. “Untung cuma akting.” gumamnya.
“Kamu harus tetap professional, kan?”
“Mau nggak mau.” jawab Anita mulai sedikit tersenyum.
“Oiya, kita mau punya anak berapa nanti?” tanya Oji tiba-tiba.
“Oh, my God!” seru Anita menegakan tubuhnya.
Oji tertawa tanpa rasa bersalah. “Oke, oke. Kamu mau punya anak berapa setelah menikah nanti?”
Anita tampak berpikir lalu menjawab, “Tiga. Kembar.”