Hari ini adalah hari keduaku menjalani MOS. Hari ini kami memakai baju batik asal SMP masing-masing. Berbagai macam motif batik terlihat di setiap sudut sekolah. Berhubung aku berasal dari SMP negeri, baju batik sekolahku tidak terlalu mencolok dibanding batik SMP swasta. Mereka memakai baju batik yang berwarna mencolok seperti warna hijau, merah, merah muda, ungu, dan lain-lain. Ah, sebaiknya aku masuk ke kelas dulu, siapa tau Nita sudah menungguku di sana.
Pagi ini aku kerajinan. Aku datang 45 menit sebelum kegiatan dimulai. Bisa dibayangkan betapa rajinnya aku saat nanti sudah resmi menjadi siswa di sekolah ini. Sounds great.
Situasi kelas saat ini sangat sunyi, karena hanya ada beberapa orang yang baru datang. Ah, iya. Nita belum datang. Aku mencari-cari Nita ke semua sudut di dalam kelas, ternyata ia memang belum datang. Tumben sekali dia belum datang, kemarin saja ia datang sebelum aku datang. Atau, ia ketiduran? Entahlah, aku tak mau memikirkannya terlalu panjang. Bisa gila kalau terus-terusan memikirkan orang gila.
Tiba-tiba saja aku teringat lagu dari John Legend yang berjudul All Off Me, dan tanpa sadar aku menyanyikannya.
My heads under water but I'm breathing fine
You're crazy and I'm out of my mind
Cause all of me, loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections.
"WOI!" Tiba-tiba terdengar suara bocah idiot mengagetkanku.
"Ih, apaan, sih! Ngagetin aja deh," ucapku pada Nita seraya mengerucutkan bibir.
Nita hanya cengengesan melihatku kesal seperti itu, "Lagian nyanyi-nyanyi sambil bengong, nanti kesambet baru tau rasa!" Cibir Nita sambil menunjukku.
"Iya, kesambet. Kesambet setan kayak lo!" Ucapku sambil mencibir cibirannya.
Yak, sekarang malah Nita yang kesal, "Yeee, enak aja!"
Nita pun duduk dibangku sambil mengeluarkan tempat minum Tupperwear miliknya, aku sedikit melirik ke arah botol hijau tersebut. Wah, dia membawa air dingin ternyata. Tak dapat dipungkiri bahwa aku adalah penggemar minuman dingin. Kalau sudah melihat yang segar-segar, nafsu dahagaku tak dapat ditahan lagi.
"Nitaaa," panggilku dengan suara manja.
"Hm?" Sahutnya seraya menengguk mineral dingin yang ada di botolnya.
"Itu air dingin, ya? Pasti enak, hehe," godaku sambil mengerjapkan mata berkali-kali.
"Nggak usah segala nanya-nanya. Nih, minum!" Sahutnya dengan wajah datarnya seraya memberi botol Tupperwear berwarna hijau tersebut padaku.
"You are the best!!! Makasih, Nitaaa!" Ucapku bahagia seraya memperlihatkan ibu jari di depan mukanya.
"Kalau ada maunya aja, jadi sok-sok baik sok-sok manja," cibir Nita selagi aku meminum airnya.
Bibirnya sewaktu mencibirku itu yang membuatku gemas padanya. Kalian harus tahu, dia memiliki baby face yang bahkan untuk perempuan sepertiku saja sampai menyukai wajah imutnya itu. Apalagi kalau sudah ngambek, so cute.
"Uuu, gitu aja ngambek," ledekku mengerucutkan bibir seperti yang sedari tadi ia lakukan.
Walaupun baru kenal dua hari, kami berdua sudah sangat dekat. Biasanya anak cantik dan manis seperti Nita kebanyakan, pasti mejaga image-nya, namun ia berbeda. Nita tak pernah jaga image, ia selalu menunjukkan apa adanya. Sama sepertiku. Jaga image itu cuma untuk orang-orang yang tak percaya diri. Dan telah aku putuskan, dia layak untuk kujadikan sahabat pertama di SMA. Keputusan yang sangat bijaksana, bukan?
Waktu terus berjalan, tak terasa bel sekolah sudah dibunyikan, pertanda kegiatan akan segara dimulai. Semua peserta MOS sudah memasuki kelasnya masing-masing. Akhirnya kelas ini terisi penuh oleh teman-temanku. Kulihat ke jendela, terlihat Kak Shafara dan Kak Kevin sedang berjalan menuju kelas kami. Seketika kami langsung duduk siap dan rapi ketika tau mereka akan memasuki kelas kami seakan-akan seperti akan ada guru yang masuk ke kelas.
"Assalamualaikum," salam Kak Shafara.
"Waalaikumsalam, Kak," sahut kami serentak.
"Selamat pagi kalian!" Sapa Kak Kevin.
"Selamat pagi juga, Kak!" Jawab kami ceria.
Selanjutnya seperti biasa, mereka berdua akan memberikan sedikit materi tentang sekolah ini dan memberi sedikit tips bagaimana cara mengatur waktu di masa SMA. Katanya, SMA itu bakalan menguras waktu kita. Katanya juga, SMA itu masa-masa di mana kita bisa merasakan kebahagiaan dunia selama 3 tahun lamanya. Kenapa bisa seperti itu, ya? Mungkin nanti aku akan merasakannya jika sudah melewati 3 tahun di sini. Maybe.
💕
Aku memerhatikan jam di dinding. Dengan sangat fokus, mataku intens memandang ke arah jarum kecil itu bergerak memutari angka-angka yang ada.
Bel istirahat lumayan masih lama. Aku lihat yang lain sedang asyik berbicara pada teman sebangkunya. Ada juga yang sudah membuat geng yang kalau mereka bermain ataupun mengobrol, anggotanya hanya itu-itu saja, tak ada anggota lain yang ikut campur. Seperti rasis mungkin? Ah, aku tak tau. Dan tak mau memikirkannya, malas.
"Nita," panggilku pelan.
Nita menghentikan aktivitasnya dengan buku MOS yang kemarin telah diberikan oleh Kak Shafara. Lalu, menoleh ke arahku, "Kenapa, La?"
"Gue laper, nih," ucapku seraya mengelus perut.
"Gue juga. Ya ampun, dari pagi belum sarapan."
"Ini bel masih lama, nggak, sih?" Tanyaku sedikit kesal sambil melirik jam dinding di atas papan tulis.
"Kayaknya lima belas menit lagi deh."
Mendengar ucapan Nita, aku hanya bisa menghela napas.
Benar-benar lapar yang sekarang kurasa. Cacing-cacing diperutku sudah berteriak meminta untuk diberi makan. Bekal yang kubawa dari rumah terlihat sangat menggoda, aromanya saja sudah tercium dari sini. Mama memang jago masak, semua masakan yang mama buat pasti akan berakhir menjadi makanan yang sangat lezat. Walaupun hanya beberapa ikat daun kangkung, mama akan menyulapnya menjadi tumis kangkung yang lezat nan istimewa. Ah, jadi tambah lapar membayangkannya.
Kriiinnggg
Akhirnya bel istirahat berbunyi dan membuat seisi kelas mengucap hamdalah. Aku langsung buru-buru membuka bekal milikku yang menggoda ini. Mama is the best! Aroma masakannya sangat enak. Aku menghirup dalam-dalam bekal makanku, dan menghela napas dengan senang hati. Dari aromanya saja sudah seperti ini, bagaimana rasanya? Tak usah dipertanyakan lagi, aku langsung berdoa sebelum makan dan menyantap bekal ini. Kutengok Nita yang juga sedang bersiap-siap memakan bekal makanannya.
"Nita, bawa apa?" Tanyaku seraya mengintip dari samping kotak makannya.
"Bawa perasaan yang dulu sempat dia berikan, La," Nita pun mulai mengeluarkan candaannya yang agak ngenes.
"Yailaaah, kayak gue dong," pamerku dengan wajah sombong.
"Emang Mala bawa apa?"