FILANTROPI Putih-Abu

Nada Lingga Afrili
Chapter #6

5. Nightmare in My Life

Mala

Dua tahun yang lalu, aku sedang berada di Bogor, di rumah saudaraku. Mama mengizinkanku untuk menghabiskan waktu liburan sekolahku di rumah saudara sepupuku. Itu adalah alasanku yang paling kuat agar aku bisa pergi ke salah satu mall di Jakarta tanpa sepengetahuan mama.

Sebenarnya, aku ke sana untuk mengikuti kontes menyanyi. Karena tanggal pelaksanaan kontes tersebut kebetulan berada di tengah-tengah tanggal liburanku di rumah saudara, aku jadi lebih tenang karena tak memikirkan celotehan mama. Kalau mama tahu bahwa aku ke Bogor hanya untuk membuat alibi, pasti mama akan murka.

Ditemani dengan saudara perempuanku yang bernama Sarah, kami berdua pun pergi menuju Jakarta, ke tempat di mana kontes menyanyi tersebut berada.

Sarah adalah satu-satunya saudara sepupu terdekatku. Ia rela menemaniku ke manapun aku pergi. Dan sebaliknya, aku juga selalu menemaninya ke manapun ia pergi. Sarah sangat mendukungku saat tahu aku ingin mengikuti kontes ini. Bahkan reaksinya di luar dugaanku. Ia sangat senang. Karena itu, ia dengan senang hati mau mengantarkanku ke Jakarta dan dengan senang hati pula ia mau berbohong pada orang tuaku dan orang tuanya.

Aku dan Sarah tak membiarkan siapapun tahu tentang kontes menyanyi ini. Bukan karena keluarga besarku tak suka jika aku mengikuti kegiatan seni seperti itu. Mama tahu jika aku sedang niat mengikuti sebuah perlombaan atau kontes menyanyi seperti itu, pasti aku akan melakukan latihan yang sangat banyak dan menguras tenaga. Karena itu, mama dan papa seringkali tak mengizinkanku mengikuti berbagai macam kontes menyanyi dikarenakan takut aku kelelahan lalu jatuh sakit. Terkadang juga mama berlebihan, makanya aku sering tak bilang jika ada kontes seperti itu.

Kontes menyanyi ini adalah kontes yang ke sekian kalinya aku ikuti, tentu saja tanpa sepengetahuan mama dan papa. Aku sangat suka bernyanyi. Jadi, kubela datang jauh-jauh ke Jakarta dari rumah Sarah yang ada di Bogor demi mewujudkan keinginanku.

Setelah sampai tujuan, kami berdua memutuskan untuk berjalan-jalan dulu di mall tersebut. Puas telah berjalan mengelilingi tiap sudut mall megah itu dan memasuki beberapa toko yang ada di situ, aku dan Sarah memutuskan untuk beristirahat sejenak di Starbucks.

Kami berdua memesan minuman kesukaan masing-masing. Sarah memesan chocolate chip cream, sedangkan aku memesan green tea latte dengan extra whipped creamGreen tea or matcha will always be my favorite.

Di sela menunggu minuman kami datang, tiba-tiba aku merasa tumitku sakit. Makin lama makin sakit. Sudah kupijat berkali-kali, namun tetap saja tak kunjung reda rasa sakitnya.

Melihatku yang sibuk memegangi tumit, Sarah akhirnya berkata padaku dengan wajah khawatir, "Kamu nggak apa-apa, La?"

"Nggak apa-apa, kok," sahutku tersenyum tipis seraya membenarkan posisi dudukku.

Sebenarnya masih ingin kupijat beberapa kali lagi tumitku itu, namun Sarah mulai curiga padaku. Daripada dia membawaku pulang ke rumahnya karena merasa khawatir, lebih baik aku cari aman saja. Aku takkan mungkin melewati kontes ini. Aku sangat mencintai dunia musik, sulit untukku tak mengikuti kontes semacam ini. Ini adalah kesempatanku. Kesempatan tak datang dua kali, bukan?

Lihat selengkapnya