Secara historis istilah attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862. Olehnya attitude diartikan sebagai status mental seseorang.
Sementara secara harfiah attitude diartikan sebagai sikap, perilaku, atau tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Nah, yang menarik adalah kita sering mengaitkan attitude dengan mental yang bisa memengaruhi dan menentukan perbuatan seseorang dalam merespons sebuah objek atau situasi, yang umumnya disertai dengan perasaan positif maupun negatif. Gampangnya, attitude adalah salah satu penentu kehidupan seseorang.
Bagi saya, attitude is everything. Terutama di masa yang serba maju seperti sekarang, attitude harus menjadi materi wajib yang ditanamkan sejak dini. Karena seseorang dengan positive attitude biasanya memiliki kemampuan beradaptasi yang baik terhadap apa yang terjadi di sekitarnya atau lingkungannya. Jangan sampai hal-hal basic seperti ini hilang ditelan zaman.
Saya ambil contoh salah satu attitude masa kini yang maunya serba instan. Belum lagi banyak yang insecure. Hal ini pastinya tidak terlepas dari efek dunia digital. Banyak yang terpengaruh dengan apa yang mereka lihat dari media sosial.
Oh, saya pengin seperti ini. Oh, kurang ini.
Oh, harus punya ini.
Jadi, sering muncul perasaan selalu kurang. Selalu tidak puas dengan diri sendiri, terutama bagi mereka yang masih mencari jati diri dan belum tahu karakteristiknya seperti apa. Jadi, yang muncul bukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan jati diri mereka.