Sering kali apa inginnya kita harus terbentur dengan apa inginnya “hidup.” Idealis vs realistis. Saya pernah mendengar, “Kalau belum punya apa-apa, enggak usah sok nurutin idealisme, deh. Harus kerja sesuai passion segala. Realistis aja lah, yang penting cari duit dulu. Kalau udah punya duit baru mikirin passion.”
Atau gini, “Daripada lo mengejar passion, tapi enggak menghasilkan duit … mening cari duit aja meskipun enggak passionate. Udah telan aja, pahit- pahitnya bakal berhasil juga.”
Ini sebenarnya lucu, tapi ada benarnya juga. Kadang-kadang kita perlu itu, lho. Yang jadi pertanyaan selanjutnya bagaimana kita menyeimbangkan kedua hal tersebut? Apakah kita harus rela meninggalkan passion demi tuntutan kebutuhan hidup?
Sadar enggak sih, kalau kebanyakan orang pekerjaan pertama dan keduanya bukanlah yang benar-benar sesuai dengan passion-nya. Sebagai fresh graduate kita pasti akan senang dapat kerja meskipun enggak berhubungan dengan passion, bahkan tanpa background pendidikan kuliah sekalipun. Kuliahnya ngambil jurusan apa, kerjanya di bidang apa. Iya, kan? Itu adalah pekerjaan di mana kita cuma tahu cara bekerjanya seperti apa, niatnya cuma cari duit, dan bagaimana kita berjuang di dunia nyata. Nah, pekerjaan pertama dan kedua tersebut biasanya enggak lama. Karena yang dicari adalah experience, selain penghasilan tentu saja. Dari kita enggak mengerti apa-apa, sampai punya wawasan tentang dunia kerja. Kan, lumayan untuk nambah-nambahin