Ada yang menurut saya lucu lagi, yaitu tentang zona nyaman. Saya juga pernah mendengar ada yang berpendapat kalau kita jangan terjebak di zona nyaman. “Eksplor yang baru dong, jangan stuck di situ-situ aja,” katanya.
Pertanyaannya, kalau sudah nyaman ngapain harus pindah? Banyak yang beranggapan bisa awet kerja karena itu sudah jadi zona nyaman kita. Sementara yang lainnya bilang, “Kalau lo cuma gitu- gitu aja, hidup lo ya bakal gitu-gitu juga.”
Menurut saya, zona nyaman setiap orang itu berbeda. My comfort zone it’s not your comfort zone. My reflection of doing something itu belum tentu sama dengan orang lain. Jawabannya cuma kita yang sendiri tahu.
Ada orang yang bisa kerja sampai belasan bahkan puluhan tahun di tempat yang sama, ada juga yang tidak. Sekarang tinggal sudut pandangnya saja yang kita ubah. Kalau misalnya kita lacak ke belakang, selama belasan atau puluhan tahun tersebut apa yang sudah kita pelajari, apa yang sudah kita dapatkan, apa yang sudah kita bangun. Dan yang enggak kalah penting, apa yang sudah perusahaan berikan untuk kamu, apakah kamu dikasih keleluasaan dalam berkreasi, dikasih kepercayaan, pangkat, fasilitas perusahaan, dan lainnya. Output dan pencapaiannya apa. Kan, itu cuma diri kita sendiri yang bisa jawab.
Setiap orang beda-beda, setiap orang punya tipe- tipe ambisi yang berbeda pula. Situasi pun berbeda. Kenapa saya singgung soal situasi karena kembali lagi pada kondisi setiap orang yang berbeda. Mungkin dia memilih bekerja karena tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga. Seandainya dia pindah kerja, pindah karier, harus adaptasi lagi, harus mulai lagi dari nol, sementara ada kewajibannya yang enggak bisa ditinggalkan. Nah, itu kan pasti beda pemikirannya. Tidak impulsif.
Kita boleh punya zona nyaman, tapi jangan selalu merasa nyaman. Maksudnya, harus selalu cari apa interest kita. Misalnya dalam pekerjaan, zona nyamannya di situ, kita harus terus eksplor apa yang bisa dikembangkan. Pembaruan. Jangan sampai mati rasa karena mengerjakan hal yang sama. Bagaimana membangkitkan interest seperti awal-awal kita mulai kerja. Itu yang harus kita cari tahu sendiri. Supaya kita tetap semangat. Mungkin perusahaan menganggap karier sudah mentok, lalu melihat semangat kita bangkit lagi, tambah membara, punya fight, punya interest, punya energi baru, siapa tahu anggapan mereka berubah dan mau memberikan kesempatan yang lebih besar. Bagaimana mood kita dalam bekerja, progres yang dihasilkan, itu kan bisa kelihatan.