Sebelum memulai bisnis baru saya selalu mengawalinya dengan why. Kita harus mengerti why-nya, mengerti kenapanya. Kenapa saya melakukan bisnis ini, value dari perusahaan ini bakal seperti apa.
Setiap bisnis dan owner memiliki value yang berbeda-beda. Dan ingat yang namanya bisnis itu pasti semua ada prosesnya. Kalau misalnya kita buka restoran jangan semua dihajar di depan. Kita mau buka restoran supaya ramainya enggak cuma di pembukaan saja, kan. Banyak yang bilang kalau umur produk itu paling cuma tiga bulan di awal, habis itu dilupakan, atau restorannya sepi.
Nah, itu namanya kompetisi. Kalau kita enggak mengerti why-nya maka akan sulit untuk bertahan. Hidup itu memang kompetitif, kok. Jangan cuma ngikutin orang. Ngikutin tren boleh, tapi harus mengadaptasinya ke karakteristik kita sendiri. Supaya ada jiwanya, ada nilai, ada value-nya yang bisa membedakan kita dengan orang lain.
Perlu strategi yang tepat. Harus dihitung algoritmanya, proyeksinya, harus siap juga untuk cut off supaya nilai yang kita investasikan enggak terbuang percuma. Karena kadang-kadang kita hanya mengikuti ego. Maunya ini ya harus diikuti. Persis kayak saya dulu yang enggak mau mendengarkan advice. Pertama kali jualan masakan sendiri langsung baper setiap ada kritik yang masuk. Kritik itu bonus supaya kita bisa melakukan improvisasi sehingga hasilnya tambah bagus, masakannya tambah enak, dan sebagainya.
Wajar sebagai manusia berharap untuk sukses, tapi dengan adanya perhitungan yang tepat di awal kita akan tahu risiko gagalnya ada di mana. Begitupun setiap langkah yang akan kita ambil dalam hidup. Pahami dulu kenapa kita mengambil langkah tersebut. Jangan sampai kita salah langkah, apalagi mati langkah.