Setiap ada masalah, “Baperin aja terusss!” Jangan sampai kita termasuk salah satunya, deh.
Nah, kita itu harus pintar mencari apa yang dimau dan juga tahu situasi. Kalau misalnya ngomongin bisnis, kita ngejar orang dan sudah berinvestasi pada banyak hal, misalnya: waktu, membelikan hadiah, dan juga perhatian, lalu tiba-tiba gagal maka wajar kalau terbawa perasaan. Kita kehilangan semua itu karena ada sense of attachment pada investasi yang sudah dilakukan.
Baper itu respons kita dalam menanggapi suatu hal. Tapi, kalau misalnya kita pede bersubstansi ngapain mesti baper. Bisa saja bisnis tersebut enggak deal bukan karena kita yang enggak kompeten, tapi calon partner-nya yang bermasalah.