Mia masih tertidur pulas di kamar apartementnya. Nando sedang menyiapkan sarapan sedangkan Indra masih tertidur di sofa, mereka sengaja bermalam di apartement Mia untuk menjaganya tetap merasa aman. Mia telah menceritakan semuanya tentang Haidar pada Nando dan Indra.
Sambil menyiapkan sarapan, Nando mengingat kejadian 3 tahun lalu, ketika kasus pembunuhan yang terjadi pada Klien Yuna yang bernama Albert, yang mana kasus tersebut ditangani Nando, lalu Haidar datang dan memintanya untuk tidak berusaha keras mengungkap siapa pelakunya. Hingga kasus itu ditutup, si pelaku masih belum tertangkap.
“Woy!” Indra menyadarkan Nando yang sedang melamun, “Mau buat kolam renang di apartement ya?” lanjut Indra sambil menunjuk kearah gelas yang sudah terisi penuh air minum.
“Astaga…” gumam Kevin ketika menyadari gelasnya sudah terisi penuh air
Indra yang baru saja bangun dari tidurnya mengambil roti bakar yang sudah disiapkan oleh Nando, “Jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya Indra sambil melahap rotinya
Tidak lama kemudian, Mia keluar dari kamarnya lalu mendatangi mereka yang berada di dapur apartementnya, “Pagi semua..” sapa Mia dengan suara murung
“Ooh, kamu sudah bangun..” ungkap Nando
Mia hanya menganggukan kepalanya lalu duduk di meja makan bersama mereka, “Maaf sudah merepotkan kalian..” ungkap Mia
Nando memberikan sarapan pada Mia dan berkata “Tidakk perlu meminta maaf, kita memang harus bersama..” lalu tersenyum pada Mia
“Nah, betul itu..” Indra membenarkan kata-kata Nando
Lalu Nando menjelaskan pada Mia dan Indra apabila bertemu dengan Haidar nanti “Sekarang kita harus bersikap seperti biasa, seolah-olah kita tidak tahu apa-apa. Namun, kita tetap mengawasinya dan harus berhati-hati..” lalu Indra dan Mia menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju.
“Kita bongkar siapa Haidar..” ungkap Indra
˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜
Pagi ini Haidar pergi meninggalkan apartement tanpa memberitahu Kevin dan Daniel. Haidar akan bertemu dengan Jay In, Dino dan juga Andi. Rupanya pertemuan tersebut telah di ketahui oleh Kevin dan Daniel. Mereka mendapatkannya melalui penyadapan ponsel Haidar malam tadi.
Haidar bergegas pergi, lalu Kevin dan Daniel mulai melakukan taktik.
“Hubungi aku jika terjadi sesuatu..” ungkap Kevin pada Daniel.
“Oke. Aku pergi.” Daniel bergegas mengikuti Haidar
Lalu Kevin menelpon Hwang bahwa Ia telah memulai taktiknya, “Aku akan mulai dari kejaksaan.” sahut Kevin
Kevin, Daniel dan Hwang telah menyusun taktik untuk mengungkap kasus korupsi tersebut. Taktik ini dimulai dari Daniel yang mengikuti Haidar, Kevin yang akan mencari bukti dan mengawasi gerak-gerik Dino di kejaksaan, sementara Hwang yang akan berurusan dengan Jay In.
Kevin bergegas pergi ke kejaksaan. Disana, Ia menyamar menjadi seorang Cleaning Service, “Pagi..” sapa Kevin ke beberapa pegawai di kejaksaan. Lalu, perlahan Kevin mulai memasuki ruang milik Dino.
“Pak Cleaning..”
Kevin menghentikan langkahnya yang sebentar lagi memasuki ruangan Dino. Ia berhenti karena ada seseorang yang memanggilnya, “Iya..” sahut Kevin dan langsung menoleh ke sumber suara.
Rupanya orang yang memanggil Kevin adalah Nando. Mereka akan saling mengenal jika Kevin tidak menyamar.
“Nanti tolong berkas-berkas yang ada disamping meja saya jangan disentuh ya pak, cukup bersihkan yang ada di dekat sofa ruangan saja..” ungkap Nando
Kevin memandang Nando dengan tatapan tidak suka, “Baik pak..” jawab Kevin dengan anggukan.
“Terimakasih..” lalu Nando bergegas pergi untuk makan siang bersama rekan kerja lainnya.
Kevin kembali memasuki ruangan Dino dan mulai mencari bukti dan juga petunjuk. Sayangnya ruangan Dino sangat bersih, tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya membantu dalam kegiatan korupsi, “Dimana bukti itu..” gumam Kevin. Tiba-tiba Ia teringat ruangan Nando lalu bergegas mencarinya di sana.
Di lain tempat, Haidar sudah sampai di tempat tujuan. Haidar mendatangi sebuah rumah yang kumuh dengan halamannya yang tidak terurus. Tempat itu sangat kumuh, memang pantas jika pertemuan rahasia di adakan di tempat seperti ini. Daniel yang sedari tadi mengikutinya kini mulai waspada.
Haidar masuk ke rumah itu, Daniel berkeliling untuk mencari jalan masuk, lalu Ia menemukan sebuah celah dari jendela yang rusak dan masuk melalui celah itu.
Di rumah tersebut sudah terkumpul semua anggota yang terlibat korupsi kecuali Jay In yang masih dalam perjalanan menuju tempat tersebut. Dino, Andi dan juga Haidar, yang merupakan Owl duduk di meja kayu dan mereka sedang membicarakan sesuatu. Daniel mulai mendengarkan percakapan mereka
“Aku fikir rekaman itu sudah menghilang..” jelas Andi
“Rekaman?” gumam Daniel ketika mendengar percakapan mereka
“Rekaman itu ada di tangan putri angkat Hwang Min Sik..” ungkap Haidar
“Bagaimana kau tahu?” tanya Dino
“Aku menemukan CCTV 3 tahun lalu, Yuna menemui Albert yang sedang sekarat itu..” jelas Haidar, “Aku akan menemuinya sendiri..” lanjutnya
Lalu, tiba-tiba seseorang mengayunkan pistol ke kepala Daniel
“Siapa kau?” tanya seseorang yang mengayunkan senjata pada Daniel
Perlahan Daniel membalikkan badannya dan juga mengangkat kedua tangannya. Rupanya seseorang itu dalah Jay In.
Dino, Andi dan juga Haidar bergegas mendatangi sumber suara. Kini Daniel merasa bahwa situasinya sudah tidak menguntungkan. Segera, Daniel menunjukkan keahlian bela dirinya dan langsung pergi. Sayangnya, Daniel terkena tembakan di tangan kirinya, peluru itu benar-benar untuk Daniel. Meskipun tangannya terkena tembakan, hal itu tidak membuat Daniel tertangkap, Ia terlus berlari hingga sampai di mobil, lalu mengendarainya dengan 1 tangan.
Dilain tempat, ketika Kevin akan keluar dari ruangan Dino, Ia melihat rak buku kecil di sisi pintu. Kevin tertarik untuk mendekati rak tersebut, karena Ia melihat amplop yang terselip diantara buku-buku. Kevin membukanya dan melihat identias asli dari Haidar yang telah melakukan operasi pelastik sejak 10 tahun yang lalu. Bersamaan dengan itu, Kevin mendapatkan telpon dari Daniel.
“Halo?” Kevin mengawali perbincangan
“Bantu Aku. Aku terkena tembakan.” ungkap Daniel dengan nada kesakitan
Kevin bergegas pergi dan meninggalkan kejaksaan. Ia menyalakan mobil dan melacak keberadaan Daniel dengan GPS yang sudah terpasang.
Luka tembakan yang didapat Daniel rupanya semakin parah. Ia sudah tidak bisa mengendarai mobilnya. Daniel mungkin saja akan tertangkap oleh Haidar yang mengejarnya.
“Aku harus bergegas pergi..” gumam Daniel, lalu keluar dari mobilnya.
Haidar sampai di tempat mobil Daniel berhenti, Ia melihat kedalam mobil dan kosong. Ia melihat darah yang berceceran di jalanan, “Oh kau tidak akan bisa berlari jauh Daniel..” ungkap Haidar lalu pergi mengikuti ceceran darah di jalanan. Daniel berlari sambil menahan rasa sakit di tangannya dan tanpa sadar Ia memasuki hutan. Sementara Itu Haidar terus mengejar Daniel yang kini keberadaannya sudah mulai terlihat. Kondisi Daniel mulai mengkhawatirkan, Ia kehilangan banyak darah dan membuatnya lemah. Daniel hampir jatuh ke dalam jurang, namun disaat itu juga Kevin datang dan menahan tangan Daniel yang hampir jatuh. Lalu Kevin berhasil menyelamatkan Daniel dan membawanya pergi.
Haidar sampai ditempat Daniel ketika Ia hampir jatuh. Namun Haidar mengira bahwa Daniel benar-benar terjatuh ke dalam jurang, karena sepatu milik Daniel tertinggal disisi jurang. “Sampaikan salamku pada Il Kwon di surga..” gumam Haidar lalu pergi. Rupanya rencana yang dibuat oleh Kevin dengan meninggalkan sepatu milik Daniel di sisi jurang berhasil. Sementara itu Kevin membawa Daniel ke tempat Hwang untuk diobati, karena jika Ia membawa Daniel ke apartement ataupun Rumah Sakit, maka rencananya akan sia-sia.
˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜
“Ahh, kenapa bocah itu tidak masuk kerja..” ungkap Yuri frustasi karena Daniel tidak masuk kantor
“Apa kamu merindukannya?” goda Yuna ketika melihat wajah Yuri yang benar-benar frustasi
Mendengar hal itu dari Yuna, membuat Yuri menghela nafas dalam dan berkata, “PEKERJAANKU SANGAT BANYAK!” teriak Yuri pada Yuna dan malah membuat Yuna tertawa
“Oke..oke..” jawab Yuna yang masih tertawa
“Hufhh..tidak bisa begini terus, ayo kita datangi apartementnya..” Yuri menarik tangan Yuna
“Ahhh, Aku tidak bisa…” jawab Yuna lalu melepaskan genggaman tangan Yuri, “Aku ada janji..” lanjutnya
Yuri melihat pipi Yuna yang tiba-tiba memerah, “Janji dengan siapa?..Oh.. Nando yaa?...” tanya Yuri yang kini berbalik menggoda Yuna
“Bukan Nando dan bukan siapa-siapa..” Yuna mengalihkan matanya kearah lain, Ia tidak ingin terlihat gugup.
“Baiklah..kalau gitu lain kali saja.. Semoga berhasil sahabatku..” ungkap Yuri dan lalu memeluk sahabat kesayangannya itu.
Semburat orange di langit mulai tergantikan oleh langit hitam, seiring matahari yang semakin tenggelam dan Yuna masih di depan kantor menunggu Kevin yang akan menjemputnya.
“Apakah dia lupa?..” gumam Yuna yang kemudian memandang kearah tenggelamnya Matahari.
˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜
Paman Hwang meminta Kevin untuk membawa Daniel ke rumah lamanya, Ia telah menunggunya disana dan telah menyiapkan peralatan medis untuk mengobati luka Daniel.
Akhirnya, Kevin dan Daniel tiba di rumah dengan cat warna biru tua milik Hwang. Kevin memapah Daniel yang kini sudah tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah. Hwang membukakan pintunya dan membantu Kevin memapah Daniel. Peralatan medis dan juga obat-obatan sudah siap, kini mereka melakukan tugasnya sebagai seorang dokter dan juga teman.
Satu jam kini telah terlewati dan Daniel mulai kembali sadar. Perlahan-lahan Daniel membuka matanya. “Ada dimana aku?..” tanya Daniel yang meringis kesakitan.
“Kamu sudah aman..” jawab Hwang sambil memeriksa kecepatan cairan infus Daniel.
“Kamu sudah sadar Daniel?” tanya Kevin yang baru saja datang membawakan makanan
“Aku baik baik saja..” jawab Daniel yang kini merubah posisi tidurnya menjadi setengah duduk.
Daniel mulai mengingat kejadian yang dialaminya sebelum kena tembakan dan lalu mengingat sesuatu,
“YUNA!” ungkap Daniel tiba-tiba, “Dia dalam bahaya.” lanjutnya
“Apa maksudmu?” tanya Hwang khawatir
“Rekaman milik Albert ada di tangannya!” lanjut Daniel
Kevin langsung teringat jika hari ini Ia akan menjemput Yuna di kantornya, “Aku akan menemui Yuna.” jawab Kevin yang lalu bergegas pergi meninggalkan Hwang dan Daniel.
Kevin mengendarai mobil dengan kecepatan 100 km/jam. Ia melaju kencang dengan mobilnya itu. Langit yang semakin gelap membuatnya semakin khawatir pada Yuna. Bahkan kemeja putih yang dipakainya, ada noda darah saat mengobati Daniel, tidak Ia hiraukan.
Sepuluh menit kemudian Kevin sampai di depan kantor Yuna. Kini langit benar-benar sudah menghitam. Kevin memarkirkan mobilnya dan mencari keberadaan Yuna. Ia mencoba menelpon Yuna namun tidak bisa dihubungi. Keresahan benar-benar menyelimuti diri Kevin.
“HEI!”
Kevin menengok kebelakang dan “Yuna..!” ungkap Kevin lalu memeluk erat wanita yang telah membuatnya sangat resah.
“Ini sangat sesak..” ungkap Yuna
Lalu Kevin menyadari hal itu dan buru-buru melepas pelukannya, “Ah..Maaf” ungkp Kevin. Lalu Kevin menggenggam tangan Yuna dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Sudah lima menit mereka di dalam mobil dan belum mengatakan sesuatu. Yuna merasa canggung karena Kevin yang tiba-tiba memeluknya, sedangkan Kevin masih mengatur nafasnya karena Ia bersyukur Yuna baik-baik saja.
“Begini..” ungkap Kevin dan Yuna secara bersamaan
“Kamu dulu..” ungkap Yuna mempersilahkan Kevin untuk berbicara terlebih dulu
“Apa kamu sebodoh itu?” tanya Kevin
“Maksudmu?” tanya Yuna yang sedikit kesal
“Kamu sendirian di tengah gelapnya malam, seharusnya kamu per..”
“Kamu memintaku untuk menunggu.” jawab Yuna tiba-tiba, yang memotong perkataan Kevin
Lalu Kevin terdiam dan teringat akan pesannya, “Aku akan menjemputmu jam 4 sore ketika kantormu selesai, Tunggulah”.
“Kamu memintaku untuk menunggu maka aku akan..” belum sempat Yuna melanjutkan perkataanya Ia melihat kemeja Kevin yang terdapat noda darah, “Tunggu..Apa kamu terluka?” tanya Yuna
“Ini….darah pasien yang gawat….tadi..” jawab Kevin hati-hati, lalu Kevin mengalihkan pembicaraannya lagi, “Meskipun begitu, harusnya kau mengangkat telponku..” lanjut Kevin
“Kamu menelponku?” tanya Yuna, lalu melihat ponselnya yang ada di dalam tas, “Maaf, ponselku ternyata mode silent..” jawab Yuna yang merasa bersalah telah membuat Kevin Khawatir.
Lalu Kevin menyalakan mobil dan pergi mengantarkan Yuna ke rumahnya. Di perjalanan Yuna membuka suaranya
“Maaf” ungkap Yuna pada Kevin
“Tidak, harusnya aku yang minta maaf.. Maafkan aku Yuna.” ungkap Kevin putus asa.
“Tapi karena kejadian tadi, Aku jadi tau jika pulpen ini ternyata tidak memiliki hal yang berguna sedikitpun..” ungkap Yuna sambil mengeluarkan pulpen pemberian Albert, “Sepertinya memang harus dibuang..” lanjut Yuna
Kevin melihat dan menyadari bahwa pulpen itu adalah alat perekam, lalu menginjak rem mobil secara mendadak. Refleks tangan Kevin menahan tubuh Yuna agar tidak terbentur.
Yuna terkejut ketika Kevin menginjak rem secara mendadak, “Ada apa?” tanya Yuna pada Kevin
“Boleh aku melihat pulpen itu..” tanya Kevin
“Astaga..” gumam Yuna lalu memberikannya pada Kevin
Kevin mengamati bentuk pulpen itu dan sesuai perkiraannya pulpen itu adalah alat perekam. “Kamu menemukan ini dimana?” tanya Kevin
“Hmm..itu pulpen pemberian klienku tiga tahun lalu, sekaligus menjadi benda yang membuatku ingin berhenti dari kantor dan malah membuatku menjadi cuti kerja” jelas Yuna,