Finchickup

Bentang Pustaka
Chapter #3

Prakata

Ada banyak komentar serupa lainnya yang gue dapat setiap kali reuni sama teman-teman dari SMP hingga kuliah. Gue, sih, enggak bisa marah dengar komentar itu keluar dari teman-teman terdekat gue. Harus gue akui, dulu gue emang BOROS parah tingkat KRONIS. Kalau pakai istilah kanker, mungkin keborosan gue itu sudah stadium empat dan tinggal nunggu waktu aja buat sekarat.

Dulu kalau ada duit dan pengin beli baju, gue tinggal beli aja, enggak pakai mikir-mikir. Pengin ngafe, nonton, atau whatever, tinggal pergi aja. Tiap ada bazar baju atau sejenis­nya, gue pasti tahu! Ada restoran baru? Hayuk dah pergi! Ada mal baru? Yuk mareee (padahal kalau dipikir-pikir, isi mal juga sama semua, ye)!!!

Teman SMA gue, Mikey, sampai bilang, “You never wear the same outfit everytime we go out.” Padahal, gue jalan sama dia hampir tiap hari.

Cowok gue, Eja, harus narik tangan gue supaya enggak dekat-dekat pintu masuk toko baju favorit gue.

Teman-teman kuliah gue tercinta pun manggil gue de­ngan sebutan “SETAN”! Soalnya, gue selalu berhasil menggoda mereka buat nemenin gue shopping, dan yang tadinya enggak mau belanja akhirnya mereka jadi belanja! Wakakaka! *hushhh! Gitu aja bangga*.

Guru olahraga gue aja, setiap kali gue main futsal, selalu teriak, “DINI!!! DON’T RUN LIKE A SHOPPING GIRL!” -____-

Kayaknya gue dan shopping sudah menjadi satu kesatuan yang utuh dan susah dipisahkan.

So, what happened, Dini? What changed you?

Yah, seperti kata orang-orang, life is like a rollercoaster. Kadang kamu berada di atas, kadang kamu berada di bawah.

Lihat selengkapnya