Find The Culprit

mikaji Al daufan
Chapter #6

#6

"Shin, oi.... Shin!!!"

"H... Hah?!" Mikazuki bangun dengan gelagapan sambil melihat sekeliling yang memang sudah kosong, tinggal dirinya dan Yuya saja.

"Kita sudah sampai, ayo turun" Mikazuki hanya mengangguk sambil mengikuti Yuya turun. Para peserta lain sudah berbaris menunggu instruksi dan penjelasan berikutnya dari panitia.

"Pertama, kita akan berjalan dulu selama sekitar 10 menit, lalu disana nanti kamar kalian sudah dibagi-bagi jadi cari saja nama kalian dan partner kalian, tiap kamar dipasang nama kalian dan partner kalian"jelas Kou.

"Tunggu.... Aku kan sekamar dengan Yuya.... Lalu identitasku bagaimana....." Batin Mikazuki baru sadar. Selama ini ia tak terlalu mengkhawatirkan identitasnya selama sekamar dengan Takahiro karena toh Takahiro itu sangat cuek dan juga seorang heavy sleeper. Jadi saat Mikazuki menyelinap atau mempersiapkan penyamarannya, hampir tidak pernah ketahuan. Tapi bagaimana dengan Yuya? Sepertinya dia adalah seorang yang mudah terbangun karena suara sedikit saja, apalagi ia juga orang yang detail bahkan kadang hal kecil yang kurang penting pun juga diperhatikan olehnya.

"Shin-kun, ayo, jangan melamun" tegur Daichi.

"Benar, bisa-bisa kau diculik oleh setan gunung kalau melamun" celetuk Kou.

"Mana ada yang begitu" balas Takahiro sambil menahan kuap-nya.

"Aku tidak akan seyakin itu kalau jadi dirimu, Taka-kun" sambung Ryo. Mikazuki memandangnya penuh ingin tahu. Ryo yang menyadari hal itu hanya tersenyum.

"Bukan apa-apa kok, Shin-kun"

"Ryo-san sepertinya tahu banyak mengenai hal mistis?" Tanya Mikazuki. Ryo hanya tersenyum misterius.

"Dia memang suka dengan cerita horor dan sejenisnya" celetuk Kou. Mikazuki kemudian memberondong Ryo dengan berbagai pertanyaan. Meskipun tidak percaya dengan hal seperti itu, tapi Mikazuki suka sekali membaca kisah horor atau legenda tempat berhantu dan sejenisnya walau berakhir ketakutan sendiri.

Iya, dia merasa tidak percaya dengan hal mistis seperti itu tapi jika sudah terbawa suasana akan ikut ketakutan juga. Ada-ada saja memang. Untunglah Ryo menghadapinya dengan tenang dan menjawab pertanyaan Mikazuki satu persatu. Tak terasa akhirnya tibalah mereka di penginapan. Penginapan itu tergolong besar untuk ukuran penginapan di dekat gunung. Bangunannya bergaya kebarat-baratan dan walau bersih dan terawat, tetap saja ada kesan horor tersendiri, mungkin karena model bangunannya yang terlihat lawas.

"Penginapan ini adalah salah satu penginapan keluarga Kurose, termasuk salah satu penginapan yang terkenal karena selain tempatnya bersih dan nyaman, pelayanannya juga bagus....." Daichi menjelaskan pada para peserta. Lalu mereka melakukan pembagian kamar. Mikazuki dan Yuya juga para peserta dari kelas 2 mendapatkan kamar di lantai 2, Daichi dan Takahiro, Ryo dan Kou serta para panitia lainnya di lantai 1. Begitu tiba di kamar, Mikazuki langsung merebahkan tubuhnya. Yuya mendengus kesal melihatnya.

"Iya, iya, aku tahu, aku akan membersihkan diri setelah ini, biarkan aku berbaring 15 menit dulu"

"Tidak ada waktu, setelah ini kita pasti akan disuruh berkumpul di depan, lagi pula bukannya kau tidur hampir sepanjang perjalanan tadi?"

"Kuraaang!! Lagi pula Daichi-san tidak bilang apa-apa tadi?!"

"Tunggu saja, sebentar lagi pasti mereka akan memanggil kita" benar saja, tak lama kemudian ada panggilan melalui interkom yang tersambung ke semua kamar. Pemberitahuan bahwa mereka harus berkumpul di halaman penginapan. Para panitia menjelaskan apa saja kegiatan mereka. Untuk hari ini tidak ada kegiatan khusus, jadi peserta dibebaskan untuk berkeliling sendiri di sekitar penginapan atau jika ingin ke desa terdekat, bisa minta ijin ke panitia. Tetapi peserta tidak boleh memasuki wilayah gunung. Karena hari itu mendung, suasana sekitar gunung jadi lebih gelap dari biasanya.

"Untuk menghindari adanya serangan hewan liar seperti ular atau mungkin beruang, sebaiknya kalian tidak pergi ke area gunung" jelas Daichi.

"Di gunung itu ada beruang?" tanya Mikazuki. Yuya hanya mengangguk.

"Jika masih ada yang ingin ditanyakan, langsung saja ke kamar salah satu panitia, sekian dari kami, bubar"

###############

Mikazuki memilih untuk keliling sendiri di sekitar penginapan. Sebenarnya dia penasaran dengan gunung tapi karena cuaca mendung lagi pula hari sudah menjelang sore, dia memilih untuk tidak kesana, akan terlalu beresiko apalagi dia juga lumayan buta arah. Mikazuki sempat berlama-lama di area taman yang terletak di tengah bangunan penginapan. Di sana ia memeriksa kembali catatannya terutama catatan mengenai data para peserta serta panitia yang ikut. Untuk tim pengawas, ia belum berhasil mendapatkan datanya. Berdasarkan informasi yang berhasil ia dapatkan, tim pengawas terdiri dari staff pengajar juga ada petugas penyidik dari kepolisian. Karena acara ini juga sebagai ajang perekrutan, untuk melihat siapa saja yang memiliki potensi untuk menjadi penyidik. Mereka bisa saja menyamar sebagai tamu lain atau staff di penginapan ini.

Mikazuki mengecek jam tangannya, hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu sudah mulai dinyalakan. Jika tidak salah ingat, seharusnya sebentar lagi waktunya makan malam. Mikazuki menyimpan kembali buku catatannya di saku jaketnya, memastikan agar catatannya tidak sampai terjatuh saat dia berjalan, lalu kembali ke kamarnya.

###############

Area makan di penginapan itu tidak terlalu besar, kira-kira hanya bisa menampung hingga 30 tamu saja. Selain para peserta Mystery trip, hanya ada sekitar enam orang tamu lain di penginapan itu. Terdiri dari pasangan paruh baya, seorang lelaki berpenampilan rapi, seperti seorang pebisnis, dan tiga orang wanita muda yang memakai pakaian santai, sepertinya mereka kesini untuk liburan. Mikazuki memperhatikan satu persatu para tamu tersebut. Mengira-ngira apakah diantara mereka ada staff dari kepolisian? Atau memang hanya tamu biasa?

"Ngomong-ngomong, di dekat sini ada air terjun" celetuk Kou. Dia, Mikazuki, Yuya serta Ryo duduk semeja.

"Besok pagi kita akan kesana, untuk latihan" kata Ryo.

"Latihan di air terjun?" Tanya Mikazuki. Ryo mengangguk.

"Ryo-san..... Memangnya kita ninja?" Ryo tertawa kecil mendengarnya.

"Latihan di air terjun itu sudah tradisi, lagipula bagus juga untuk tubuh" jelas Ryo. Mikazuki hanya mengangguk-angguk mengerti. Lalu dia teringat sesuatu, bagaimana cara agar dia ikut tanpa terlihat mencurigakan dan tanpa melepas samarannya? Apakah contact lens aman jika terkena derasnya guyuran air terjun? Lalu bagaimana saat bajunya basah nanti?

"Anoo..... Ryo-san, kalau tidak bisa berenang bagaimana?"

"Kau ini ada-ada saja, kita tidak berenang, lagi pula disana cukup dangkal, kita hanya akan latihan pernapasan dan daya tahan tubuh di air terjun" jelas Ryo lagi. Rasanya Mikazuki jadi kehilangan selera makannya. Dia memutar otak untuk mendapatkan alasan yang bagus.

"Kurasa Taka akan memilih untuk tidak ikut, dia bahkan jarang sekali ikut berenang, dia alergi air atau apa?" Celetuk Kou.

"Oh? Apa boleh tidak ikut?"

"Boleh, tapi khusus untukmu, kau harus ikut ya, Shin-kun, kau juga Hashimoto-kun"

"Tapi kata Kou-san, Taka-san tidak ikut?!" Protes Mikazuki.

"Karena kalian anak kelas satu" kata Ryo santai.

"Tidak adil!!!" Ryo hanya tertawa dan mengacak-acak rambut Mikazuki.

"Sudahlah, tidak akan lama, hanya sekitar 15 menit"

Mikazuki berusaha memutar otak, mencari alasan yang bagus.

"Senpai, apa ada yang perlu disiapkan untuk besok?" Tanya Yuya mengalihkan.

"Tidak ada yang khusus, mungkin cuma jaket karena di sana dingin"

"Juga baju ganti" sambung Ryo. Mikazuki semakin panik, sungguh tidak lucu kalau sampai penyamarannya terbongkar karena latihan di air terjun.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan dari arah taman tengah penginapan. Mereka berempat segera menuju asal suara, begitu juga beberapa siswa lain dan tamu lain. Di taman tengah, sudah ada 2 orang pegawai wanita yang tampak ketakutan. Di pohon terbesar yang ada di taman tersebut, ada sesosok pria yang tergantung di salah satu dahan pohon itu.

"Astaga!!! Hei cepat ambil tangga!!!"seru Kou. Siswa lain beserta staff penginapan bergegas mengambil tangga. Sementara Kou dan Ryo mendekati sosok yang tergantung itu diikuti Mikazuki dan Yuya.

"Jangan sentuh, kau tidak pakai sarung tangan, jangan meninggalkan sidik jari" Mereka berempat terlonjak kaget, ternyata Taka sudah ada disitu, menyandar di pohon sambil mengamati mayat yang tergantung itu.

"Apa kau yang pertama menemukan mayat ini?" Tanya Kou. Taka menggeleng.

"Aku dalam perjalanan ke aula makan saat mendengar teriakan staff hotel itu" jelas Taka, kedua staff wanita yang ketakutan itu berusaha ditenangkan oleh para tamu wanita sementara staff hotel menurunkan mayat itu dibantu Daichi dan Yuya.

Mikazuki mendekat, mengamati mayat tersebut. Sejak pertama melihat mayat yang tergantung itu, dia merasa ada yang aneh pada mayat itu.

"Shin" Mikazuki mengabaikan entah siapapun yang memanggilnya dan mengamati mayat itu lebih dekat. Dengan hati-hati dia menyentuh mayat tersebut dengan punggung tangannya, hanya untuk memastikan suhu tubuh mayat tersebut.

"Kurasa dia sudah mati sekitar 3 jam yang lalu karena tubuhnya mulai dingin" kata Yuya yang tadi membantu menurunkan mayat tersebut.

"Berarti jelas ini pembunuhan" kata Mikazuki pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

"Atas dasar apa kau berkata begitu?" Tanya Taka yang rupanya sejak tadi mendengarkan.

"Aku ada disini saat sebelum waktu makan malam tadi dan itu baru sekitar satu jam yang lalu dan tidak ada apapun saat aku disini. Kalau benar dia mati karena bunuh diri seharusnya suhu tubuhnya masih cukup hangat, kan?" Jelas Mikazuki. Taka hanya mengangguk-angguk mendengarnya.

Lihat selengkapnya