Karena penginapan itu cukup terpencil, polisi baru tiba sekitar satu jam kemudian. Semua staff serta tamu penginapan itu diperiksa termasuk dilakukan penggeledahan di kamar mereka termasuk juga kamar para staff. Tentu saja para siswa Kurose Academy pun tak luput dari pemeriksaan terutama mereka yang pertama tiba di TKP. Takahiro, Yuya, serta Mikazuki juga ketiga orang yang menjadi bagian dari panitia acara itu yaitu Daichi, Kou dan Ryo harus menjalani proses interogasi. Tentu saja mereka semua memiliki alibi walau bukan berarti mereka langsung dilepas dari pengawasan begitu saja.
"Apa kalian mengenal korban? Kudengar kalian sempat menyentuh mayat korban dan merupakan yang pertama tiba di TKP selain kedua staff wanita yang menemukan mayat itu?" Tanya petugas yang menginterogasi mereka. Untuk menghemat waktu, mereka dipanggil sekaligus dan dibagi menjadi dua kelompok, Mikazuki bersama Yuya dan Daichi sementara Takahiro dengan Kou dan Ryo.
"Tidak, kami hanya siswa yang kebetulan berada di sini" jawab Mikazuki tenang.
"Kami hanya bantu menurunkan mayat dan menyentuhnya untuk memeriksa suhu tubuhnya" jawab Yuya.
"Dan sayang sekali pak polisi, kami semua punya alibi, anda bisa mengecek kamera pengawas di penginapan ini atau pun bertanya pada staff dan siswa lain" jawab Daichi. Petugas itu tampak kesal.
"Sampai kapanpun siswa Kurose selalu menyebalkan" desisnya pelan tapi cukup jelas untuk didengar ketiga siswa Kurose di ruangan itu. Tak lama kemudian akhirnya mereka sudah boleh kembali ke kamar mereka masing-masing dan penjagaan di sekitar penginapan itu di perketat, tidak ada yang boleh keluar dari penginapan tersebut sampai seluruh penyelidikan selesai. Bahkan beberapa staff pengajar dari Kurose Academy yang baru tiba pun mendapat kesulitan untuk masuk karena dikhawatirkan akan membuka celah bagi si pelaku untuk kabur.
"Hei, Yuya-kun"
"Hmm?"
"Apa kita benar-benar tidak boleh keluar?"
"Kurasa jika keluar kamar saja tidak masalah, kudengar kita hanya dilarang untuk keluar penginapan..... Hei kau mau kemana?!" Mikazuki keburu melesat keluar kamar.
"Anak itu mau apa..." Gumam Yuya.
##################
Mikazuki menyelinap kembali ke TKP. Mayat yang sudah diturunkan tadi sudah dibawa oleh petugas forensik untuk dilakukan autopsi. Ia menunggu sampai tiba waktunya pergantian petugas yang berjaga di TKP untuk melihat lebih dekat kondisi TKP. Tentu saja ia tak punya banyak waktu, paling lama hanya sekitar 3 menit. Mikazuki berusaha menemukan petunjuk apapun yang mungkin tertinggal di TKP dan mungkin luput dari pemeriksaan petugas.
"Sedang apa kau?" Mikazuki terlonjak kaget. Ia tak sadar kalau ternyata Takahiro juga ada di situ. Dia mendekati Mikazuki yg tengah berjongkok di bawah pohon mencari barang bukti yang tersisa.
"Tidak ada apa-apa lagi, aku sudah mengecek"
"Kapan Taka-san mengeceknya?"
"Sebelum kau kesini, saat pergantian petugas sebelumnya"
"Lalu Taka-san terus menunggu sampai pergantian penjaga berikutnya?" Takahiro tak menjawab, ia hanya mengecek jam tangannya.
"Ayo, kita tidak boleh ada disini" Mikazuki juga mengecek jamnya, benar saja seharusnya sebentar lagi petugas jaga berikutnya tiba. Ia mengikuti Takahiro menyelinap pergi.
Mereka tidak kembali ke kamar mereka masing-masing, tapi pergi ke aula makan. Waktu makan malam memang sudah berakhir tapi disediakan tempat cemilan yang oleh diambil oleh tamu penginapan disana. Takahiro langsung mengambil beberapa cemilan dan duduk di sofa yang berada di sudut diikuti Mikazuki. Selama beberapa saat tak ada suara diantara mereka.
"Hei"
"Ya?"
"Kau memakai contact lens?"
"Apa?"
"Kau memakai contact lens?"
"Kenapa Taka-san bertanya seperti itu?"
"Matamu merah"
"Oh, mungkin iritasi, memang sedikit gatal, sih...."
Lalu keduanya kembali diam. Mikazuki memikirkan penemuan mayat tadi dan juga Takahiro yang sepertinya lebih sigap mencari petunjuk dibandingkan dirinya.
"Aku tidak kenal dengan korban, tidak perlu mencurigaiku"
"Aku tidak bilang apa-apa..."
"Kau pikir aku tidak menyadari tatapanmu?" Mikazuki hanya tertawa garing dan meminum kopi yang ia ambil dari tempat cemilan tadi untuk mengalihkan perhatian. Ada satu hal lagi yang mengganggunya, anggota kepolisian yang seharusmya bertugas dengannya, dia belum bertemu dengannya. Dia juga belum tahu staff Kurose atau pun orang dari kepolisian yang menyamar di penginapan ini siapa saja dan apakah kasus ini benar bukan bagian dari Mystery Trip seperti dugaan Takahiro?
"Mika....." Mikazuki hampir menyemburkan minumannya karena kaget.
"Adikku, Mika juga sering mengalami iritasi di mata kirinya sepertimu karena ia menggunakan contact lens untuk menyembunyikan matanya yang heterochromia"
"O.... Oh ya?"
"Tinggi dan posturnya juga sepertimu" kata Takahiro lagi. Mikazuki mulai merasa tidak enak, dia tidak ingin membohongi kakaknya sendiri tapi dia juga harus profesional. Lagipula jika Takahiro mengetahui identitas aslinya, bisa-bisa ia akan langsung disuruh kembali ke sekolahnya. Satu sisi dia juga merasakan firasat buruk kalau Takahiro sebenarnya mulai menyadari penyamarannya.
Takahiro menatapnya tajam.
"Yamazaki Shin..... Apa benar itu namamu?" Mikazuki menelan ludah gugup.
"A.... ahaha Taka-san ada-ada saja, aku kembali ya, Yuya pasti mencariku, tadi dia mengajak bermain kartu, bye Taka-san" Mikazuki langsung berlari pergi. Takahiro memutar matanya sebal.