Find The Culprit

mikaji Al daufan
Chapter #8

#8

Mikazuki kembali ke kamarnya dengan lemas, bisa-bisanya ia tidak menanyakan identitas korban saat interogasi tadi. Tapi jika dipikirkan kembali, sebenarnya ada yang aneh. Berdasarkan pengalamannya selama ini, dalam kasus-kasus sebelumnya yang pernah ia ikuti, petugas akan langsung menyebutkan dan menjelaskan identitas korban. Tapi kenapa tadi petugas tidak menyebutkan identitas korban? Bukankah sebagai saksi, mereka juga berhak mengetahui identitas korban? Atau apakah korban adalah orang penting sampai identitasnya ditutupi? Atau mungkin korban malah seorang buronan sehingga identitasnya disembunyikan? Atau petugas itu tidak percaya pada siswa Kurose? Berbagai kemungkinan berkecamuk di pikiran Mikazuki. Rasanya ia ingin keluar lagi untuk mengumpulkan informasi, tapi dengan situasi seperti ini sepertinya sulit kecuali jika ia melibatkan Yuya karena jika ia ketahuan melewati jam malam maka Yuya akan ikut dihukum juga. Lalu ada satu hal lagi yang ia pikirkan, mengenai Takahiro yang sudah mengetahui identitas aslinya. Apakah setelah ini dia terpaksa menghentikan penyelidikannya dan harus pindah kembali ke sekolah asalnya? Atau jangan-jangan ia malah dipindahkan ke sekolah yang berada tak jauh dari rumahnya agar kakak pertamanya, Akihiro dapat mengawasinya? Lalu apakah Takahiro akan mengatakan hal ini pada kakak mereka? Ayolah, belum lama ia di Kurose Academy dan bahkan petunjuk yang ia kumpulkan masih sangat sedikit dan penyamarannya malah ketahuan oleh kakaknya sendiri? Mikazuki kesal pada dirinya sendiri, bisa-bisanya ia lalai dan membiarkan buku catatannya jatuh sehingga dibaca Takahiro. Setelah ini bagaimana? Apa dia terus terang saja pada Takahiro? Tapi bagaimana kalau Takahiro malah terbawa emosi dan merusak rencana pengumpulan informasi ini? Mikazuki mulai merasa pusing, dia tidak yakin karena apa tapi sejak kembali tadi dia merasa matanya berat. Apa dia sudah mengantuk? Rasanya tidak mungkin karena sejak kematian orang tuanya dia jarang sekali tidur dibawah pukul 12 malam. Biasanya hanya saat dia benar-benar lelah atau memang sedang tidak enak badan atau saat dia meminum obat tidur. Jika tidak minum obat tidur biasanya ia akan terbangun saat dini hari dan tidak tidur lagi. Tapi ini baru pukul setengah 11 malam kenapa rasanya ia sudah mengantuk sekali? Rasanya seperti ia minum obat tidur, tapi bahkan ia tak mebawa obat tidurnya kesini.

"Kau belum tidur?" Mikazuki tidak menjawab, ia hanya berguling menghadap ke Yuya. Ranjang di kamar mereka adalah tipe double bed. Memang ada juga kamar yang menggunakan futon, tapi mereka mendapatkan kamar dengan ranjang tipe double-bed.

"Apa kau mengetahui identitas korban?" Tanya Mikazuki sambil menahan kuapnya. Walau ia mengkhawatirkan identitasnya dan bagaimana sikap Takahiro kedepannya, ia tetap harus fokus pada kasus di hadapannya. Ia tetap harus profesional.

Yuya tidak menjawab.

"Yuya-kun?"

"Aku hanya tahu namanya, kalau tidak salah Sato Hikaru"

"Sato Hikaru... Tunggu... Dia bukannya pengusaha muda di bidang IT itu? Yang katanya berhasil menemukan sistem pengawasan untuk anak kecil yang sering ditinggal oleh orang tuanya untuk bekerja?"

"Ya, tapi sempat beredar rumor kalau Sato Hikaru mengklaim sistem tersebut atas hasil pekerjaannya sendiri, padahal sebenarnya itu adalah hasil karya anak buahnya dan Sato Hikaru hampir tidak terlibat dalam pembuatan sistem tersebut, bahkan biaya pembuatannya pun adalah biaya pribadi anak buahnya" jelas Yuya. Mikazuki hanya diam, jika benar Sato Hikaru mengklaim hasil karya orang lain, maka tidak terlalu mengherankan jika kemudian pembuat aslinya marah atau dendam dan sampai membunuh Sato Hikaru.

"Aku sempat mendengar pembicaraan para penyidik, katanya para anak buah yang dicurigai itu, semua memiliki alibi dan alibi mereka pun dapat dibuktikan" kata Yuya lagi. Mikazuki hanya diam, walau benar ada kemungkinan bahwa pelakunya bisa jadi adalah anak buah Sato Hikaru, tapi kemungkinan bahwa pelakunya adalah orang lain dan berniat melimpahkan kesalahan pada mereka berdua juga bukannya tidak mungkin.

"Sebenarnya aku juga kepikiran, apakah kegiatan kita benar-benar akan tetap berlangsung? Setahuku, di kegiatan sebelumnya, dari yang kudengar saat benar-benar terjadi pembunuhan seperti ini, para siswa dilarang meninggalkan penginapan untuk melakukan kegiatan dan tetap di penginapan sampai semua penyelidikan di penginapan selesai. Tapi kudengar dari Ryo-senpai, kegiatan kita akan tetap berlangsung" Mikazuki masih diam. Dilarang meninggalkan TKP hingga semua penyelidikan disana selesai memang hal yang wajar, tapi kenapa hingga saat ini kebenaran kasus itu masih abu-abu? Lalu sekarang tiba-tiba terjadi kasus lagi. Apa ini kebetulan semata atau jangan-jangan kasus ini ada hubungannya dengan kasus 2 tahun yang lalu? Matanya terasa semakin berat dan entah sejak kapan Mikazuki tertidur. Sama halnya dengan Yuya yang tak lama setelah bicara tadi ia juga tertidur. Yuya juga bukan tipe yang akan tidur cepat di malam hari tapi hari ini pun entah kenapa rasanya matanya berat sekali.

"Apa aku kelelahan?" batin Yuya sebelum benar-benar tertidur.

###

Pagi harinya, Mikazuki terbangun dengan seluruh tubuh yang terasa pegal. Ia mengecek jam yang ada di nakas dan ternyata sudah pukul 9 pagi. Ini benar-benar aneh karena jika ia tidur selama itu seharusnya tubuhnya segar, kan? Lalu kenapa rasanya malah pegal?

"Shin..."

"Apa kita tanpa sengaja meminum obat tidur?" tanya Mikazuki sebelum Yuya sempat berkata sesuatu.

"Jadi kau juga merasa aneh?" Mikazuki hanya mengangguk. Selain itu juga kenapa tidak ada yang membangunkan mereka? Bukankah seharusnya panitia membangunkan mereka karena ada kegiatan pagi?

"Shin.... Matamu...." Mikazuki tersentak kaget, ia baru ingat kalau belum memakai contact lens-nya. Tapi sudah terlambat juga. Ia akhirnya terpaksa beralasan pada Yuya kalau warna matanya akan mencolok sehingga ia memakai contact lens. Untunglah Yuya juga tak bertanya lebih jauh. Yuya sedikit terseok-seok menuju kamar mandi untuk cuci muka agar lebih segar.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar mereka. Mikazuki masih merasa agak pegal tapi segera bangun untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah Takahiro dan tanpa dipersilahkan masuk, ia menyelonong saja dan berbaring di ranjang Mikazuki.

"Taka-san!!"

Lihat selengkapnya