Malam harinya, Mikazuki tengah mempelajari data-data yang berhasil didapatnya. Tadi sore ia berkeliling sekolah untuk mengumpulkan informasi. Saat ini ia tengah membaca profil para siswa Kurose Academy. Mereka semua berasal dari berbagai kalangan, bahkan ada juga yang latar belakangnya tidak dijelaskan. Mikazuki menandai beberapa orang yang dianggapnya mencurigakan.
“Oi Yamazaki”panggil Takahiro, membuat Mikazuki terlonjak kaget. Ia bangun dari posisinya dan melihat ke bawah.
“Doushite, senpai?”
“Kau tidak makan malam?”Mikazuki melihat jam tangannya.
“Ayo, kurasa yang lain sudah berkumpul di kantin”kata Takahiro. Mikazuki segera menyusulnya. Takahiro adalah orang yang dingin, terutama pada orang yang baru dikenalnya. Lalu kenapa dia tidak bersikap dingin pada Mikazuki? Apa ia menyadari penyamaran adiknya itu?
“Yamazaki, oi yamazaki”lamunan Mikazuki terpecah karena Takahiro memanggilnya.
“Kau terus melamun sejak tadi, apa yang kau pikirkan?”Tanya Takahiro. Mikazuki menggeleng. Mereka memesan makanan dan mencari tempat yang kosong untuk duduk. Mikazuki sama sekali tak berani menatap Takahiro. Sebenarnya tak ada masalah dengan penyamaannya. Ia tidak terlihat seperti Okumura Mikazuki, tapi tetap saja Mikazuki punya firasat kalau Takahiro menyadari penyamarannya. Mereka makan dalam diam. Bahkan setelah selesai dan saat mereka kembali pun mereka masih diam.
“Ah, aku ada perlu, kau duluan saja”kata Takahiro, Mikazuki mengangguk. Setelah kepergian Takahiro, Mikazuki pun kembali ke kamar mereka. Di depan asrama ia nyaris menabrak Yuya.
“Hei Yamazaki”Mikazuki tersentak kaget.
“Ah, gomenne Hashimoto-san”kata Mikazuki cepat.
“Jangan melamun saat jalan”kata Yuya, Mikazuki hanya mengangguk dan cepat-cepat ke kemarnya. Ia ingin segera melanjutkan penggalian datanya.
Sesampainya di kamar, ia kembali melanjutkan pengumpulan data. Salah satu orang yang ia tandai adalah Yuya. Walaupun Yuya memiliki latar belakang keluarga yang baik-baik saja, entah kenapa Mikazuki merasakan sedikit kejanggalan. Lalu ia juga menandai beberapa anak kelas dua dan tiga. Anak kelas satu yang ia curigai hanya dua orang, Yuya dan satu lagi adalah Fujita Masato. Di profilnya disebutkan kalau sudah dua minggu ia tidak masuk sekolah karena sakit. Ia agak mencurigakan karena di profilnya juga tertulis kalau dia adalah anggota klub sepak bola, bukankah artinya dia seharusnya memiliki fisik yang cukup kuat?! Lalu mengapa ia dikatakan sakit?! Apa ia benar-benar sakit? Atau jangan-jangan dia cedera atau kecelakaan? Kebetulan baik Yuya maupun Masato sekelas dengannya. Selama mengumpulkan informasi, Mikazuki baru menyadari kalau 80% siswa disini memiliki wajah yang tampan. Entah apa itu suatu kebetulan atau tidak. Ia baru ingat kalau di sekolahnya dulu pernah ada cerita tentang suatu sekolah khusus laki-laki di Tokyo yang rata-rata siswanya memiliki wajah yang tampan.
“Jadi yang mereka maksud adalah Kurose Academy”gumam Mikazuki. Ia segera menghilangkan pikiran-pikiran anehnya dan melanjutkan pekerjaannya. Saat tengah asyik, tiba-tiba ada suara ketukan.
“Takaaaaaaaaaaaaa”Mikazuki cepat-cepat turun dan membukakan pintu.
“Eh?! Siapa kau?! Dimana Taka?’tanya laki-laki itu.
“Ni…. Okumura-senpai sedang keluar, aku baru pindah hari ini, Yamazaki Shin desu”kata Mikazuki seraya memperkenalkan diri. Laki-laki itu memandanginya dari atas ke bawah.
“Hmm… kau lumayan juga~~ Walaupun aku lebih suka dengan yang manly, kurasa tipe shota sepertimu luamayan juga”katanya seraya mengedip genit. Mikazuki tercengang mendengarnya.
“Oi banci mesum, menjauh dari kamarku”kata sebuah suara.
“Taka-kuuuuuuun, aku merindukanmuuuuuu”kata laki-laki itu seraya berusaha memeluk Takahiro yang tentu saja dihindari oleh Takahiro dan memberinya sebuah tonjokan di perut. Mikazuki hanya menonton dengan bingung. Siapa laki-laki yang bertingkah seperti perempuan itu.
“Lain kali jangan bukakan pintu untuknya”kata Takahiro.
“Anoooo….”
“Dia hanya banci mesum”kata Takahiro lagi.
“Ah~~ Bahkan kata-kata kejammu terdengar begitu menggoda~~”Mikazuki merinding mendengarnya dan sepertinya begitu juga dengan Takahiro, walaupun mau tak mau Mikazuki berusaha menahan tawanya juga. Ia memperhatikan penampilan laki-laki itu. Sebenarnya ia lumayan tampan. Dengan tinggi 178 cm dan rambut pirang sepunggung yang diikat serta mata biru yang indah, dan potongan tubuhnya bak seorang model. Kalau bukan karena sikapnya, mungkin saja Mikazuki tertarik padanya.
“Mau apa kau?”Tanya Takahiro.
“Oh ayolah Taka-kuuuun~~~ Apa itu sapaanmu pada sahabat baikmu ini?”Takahiro kembali bersiap memukulnya.
“Oke-oke, aku hanya bercanda!!”katanya cepat. Takahiro menurunkan tinjunya, tapi ia masih bersiaga.
“Anooo……”Mikazuki mencoba memecah aura tidak enak diantara mereka.
"Ah, benar juga aku belum memperkenalkan diri, Namaku Ogawa Satoru, kau bisa memanggilku Sa-chan”katanya ceria.
“Ehm….. Salam kenal…. Ogawa-senpai….”
“Ayolah jangan kaku, panggil saja sa-chan, lalu aku juga akan memanggilmu Shin-chan~~~”kata Satoru seraya mengedip genit.
“A… Ahaha….. kalau begitu, boleh kupanggil Sa-san?”Tanya Mikazuki.