“Oi Yamazaki”Takahiro membangunkan Mikazuki yang masih tertidur lelap. Butuh beberapa kali hingga mikazuki benar-benar terbangun.
“Ada apa, senpai….”tanya Mikazuki dengan suara mengantuk. Takahiro menghela nafas kesal dan mengambil jam weker di samping tempat tidur Mikazuki dan menunjukkannya ke Mikazuki. Awalnya ia tak paham, tapi beberapa menit kemudian ia melompat terbangun dari tempat tidurnya dengan kaget dan berlari ke kamar mandi. Ia hampir saja jatuh saat berlari turun ke kamar mandi. Takahiro hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
Lima menit kemudian Mikazuki sudah selesai bersiap. Takahiro sudah berangkat duluan. Mikazuki hampir lupa untuk mengunci pintu kamar mereka. Untunglah ia ingat dan segera kembali ke kamarnya untuk mengunci pintunya.
“Argh!! Sial aku terlambat!!”seru Mikazuki. Karena buru-buru ia malah menabrak seseorang.
“Ah, go… gomen aku buru-buru….”Mikazuki cepat-cepat berdiri tak memperhatikan siapa yang ditabraknya. Dia kembali berlari ke kelasnya. Orang yang ditabraknya tampak kesal. Mikazuki tiba di kelasnya sambil terengah. Untung saja belum ada staff pengajar yang masuk.
“Kau kenapa Yamazaki?”Tanya Jiro heran. Mikazuki hanya bisa tersenyum garing. Hampir terlambat di hari keduanya sekolah?! Walaupun dia bersekolah disini hanya sebatas penyamaran saja, tapi ia harus tetap profesional dan serius dalam menjalani kegiatan selama di sekolah itu. Sebagai anak laki-laki biasa bernama Yamazaki Shin.
Tak lama kemudian staff pengajar masuk dan pelajaran dimulai. Mikazuki yang memang pada dasarnya tak jauh beda dengan kakaknya, Takahiro, tidak terlalu mempehatikan pelajaran. Telinganya memang menyimak tetapi matanya mengamati satu persatu wajah teman-teman sekelasnya. Pikirannya sibuk berkelana kemana-mana menduga-duga siapa kira-kira diantara teman sekelasnya ini yang mencurigakan. Ekspresi teman-teman sekelasnya sangat beragam, ada yang serius mendengarkan pelajaran, ada yang malah diam-diam membaca komik di balik buku pelajaran, ada yang tidur, ada juga yang diam-diam makan snack yang disimpan di lacinya.
Hashimoto Yuya merupakan salah satu dari beberapa siswa yang benar-benar menyimak pelajaran. Yaaah, sebenarnya Mikazuki juga tidak begitu yakin apakah Yuya benar-benar serius menyimak atau memikirkan hal lain. Yang jelas sikap duduk dan ekspresinya menunjukkan kalau dia tengah berpikir serius. Lalu Maeda Jiro juga, sama seperti Yuya, dia juga tampak serius menyimak pelajaran. Agak aneh juga melihatnya serius begitu kalau mengingat betapa aktif dan berisiknya dia saat jam istirahat atau saat tidak ada staff pengajar.
Tak terasa waktu istirahat tiba, begitu staff pengajar keluar, para siswa langsung berhamburan pergi ke kantin. Hanya tinggal beberapa siswa yang masih ada di kelas termasuk Yuya dan Mikazuki. Yuya tampak membaca di mejanya sedangkan Mikazuki membuat beberapa catatan di buku catatannya lalu menyandarkan dagunya di tangannya yang terlipat di meja. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa pusing. Dia baru ingat kalau pagi tadi tidak sempat sarapan karena terlambat. Sambil merutuki kecerobohannya, Mikazuki beranjak pergi ke kantin. Sampai di sana suasana sangat ramai da nada antrian dimana-mana. Mikazuki sebenarnya sudah sangat lapar dan pusing tapi mau tak mau dia harus ikut antri juga.
“Yamazaki? Kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat?”tegur sebuah suara. Mikazuki menoleh dan mendapati Takahiro menatapnya.
"Ini, makanlah, lain kali jangan lupa sarapan"Takahiro memberikan 2 bungkus roti isi daging dan sekotak susu strawberry pada Mikazuki.
"Eh?! Te... Terima kasih, senpai. Tapi senpai makan apa?"
"Aku sudah makan bento tadi, sudah ya, aku duluan"pamit Takahiro. Mikazuki memandangi roti dan susu di tangannya. Roti isi daging dan susu strawberry, itu menu sarapan yang dia suka. Tapi tidak mungkin penyamarannya ketahuan secepat itu, kan? Atau jangan bilang Takahiro mulai curiga padanya? Mikazuki menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran buruk dan memilih mencari tempat duduk untuk makan.
#####
"Kau jadi ikut mystery trip kan?"Saat ini Maeda Kou tengah mengecek ulang daftar nama siswa yang akan mengikuti kegiatan itu. Takahiro hanya mengangguk, tanpa mengangkat buku yang menutupi wajahnya. Kou lalu kembali ke tempat duduknya.
"Eh, lalu bagaimana dengan anak itu? Teman sekamarmu, Yamazaki"
"Tanyakan saja sendiri"