Waktu pulang sekolah akhirnya tiba. Mikazuki menuju ruang klub panahan untuk memulai kegiatan klubnya. Seharusnya dia pergi bersama Yuya, tapi Yuya harus menyerahkan laporan ke ruang staff pengajar dulu. Sebenarnya dia tidak terlalu tertarik mengikuti kegiatan klub mengingat dia disitu hanya untuk penyelidikan. Tetapi ia harus tetap profesional dan bersikap layaknya siswa pindahan biasa termasuk mengikuti kegiatan klub. Dia sengaja memilih klub panahan yang memiliki anggota sedikit karena menurutnya, seharusnya tidak akan banyak kegiatan jika anggotanya sedikit.
"Permisi....." Mikazuki mengetuk pintu ruang klub panahan. Tidak terlalu sulit menemukannya karena tiap ruang klub diberi label nama dan lambang klub masing-masing.
"Ya? Oh... Kau teman sekamar Taka, kan? Yamazaki-kun?" Mikazuki mengangguk, yang membukakan pintu adalah Daichi.
"Panggil Shin saja, senpai."
"Baiklah, Shin-kun. Kalau begitu panggil saja aku Daichi, oke? Lalu apa Yuya-kun yang merekomendasikan klub ini padamu?" tanya Daichi sambil mempersilahkan Mikazuki untuk duduk. Mikazuki memandang sekeliling. Ruang klub panahan itu jadi satu dengan area untuk berlatih panahan. Panjangnya mungkin sekitar 20 meter. Hanya sekitar 5 meter persegi ruangan yang diberi atap sedangkan sisanya digunakan untuk tempat berlatih memanah sehingga tidak diberi atap. Peralatan memanah disimpan di sudut ruangan.
"Tidak, senpai--- eh- maksudku Daichi-san. Aku sendiri yang ingin masuk sini, kedengarannya menarik" jawab Mikazuki.
"Atau kau tertarik masuk sini karena Taka juga disini?" Atanya Daichi lagi. Mikazuki menggeleng, tidak mungkin ia mengatakan kalau ia masuk klub ini karena kelihatannya kegiatan klub ini tidak terlalu padat, itu kasar.
"Tidak, senpai. Aku memang tertarik ikut panahan, kebetulan saat kecil aku pernah belajar sedikit" jelas Mikazuki.
Yaaah, dia tidak berbohong, dulu saat masih kecil, ia dan kedua kakak laki-lakinya memang diajari memanah dan berkuda oleh kakek mereka. Bahkan kakek mereka memberi mereka bertiga seekor kuda untuk masing-masing anak.
"Oh? Taka juga begitu, dan... Kau tahu? Saat pertama bertemu denganmu entah kenapa aku merasa kau sedikit mirip dengan Taka"
"A... Ahaha.... Mungkin karena saat itu malam hari dan aku datang bersama Okumura-senpai, jadi sekilas kami terlihat mirip?" Mikazuki berusaha memberi alasan yang terdengar logis.
"Mungkin saja.... Oh iya, apa kau mau mencoba memanah?" tawar Daichi.
"Apa kita tidak menunggu anggota lainnya datang dulu, Daichi-san?"
"Tidak perlu, anggota klub ini hanya tiga orang dan sekarang empat jika ditambah dirimu. Jadi kita hampir tidak ada jadwal latihan tetap. Tapi masing-masing dari kami rata-rata berlatih sendiri setidaknya 3 kali dalam seminggu" jelas Daichi. Mikazuki mengangguk-angguk mendengarnya dan dengan dibantu Daichi, dia mencoba memanah.
"Whooopss.... Bagus juga, Shin-kun. Sayang sekali karena anggota kita sangat sedikit, jadi tidak ada turnamen panahan" komentar Daichi.
"Tapi bukankah bisa diadakan antar sekolah, senpai?"
"Ya, tapi sepertinya karena sejak dulu anggota klub ini sedikit, jadi hampir tidak pernah diadakan turnamen panahan melawan sekolah lain" jelas Daichi. Mikazuki kembali mengangguk-angguk dan lanjut berlatih. Sementara Daichi tampak kembali membaca di kursinya. Sesekali Mikazuki melirik Daichi dengan ekor matanya. Entah kenapa dia merasakan kesan serupa antara Daichi dengan kakak tertuanya Akihiro. Mungkin karena keduanya sama-sama terlihat tenang dan kalem? Walau sebenarnya kalau benar Daichi itu seperti kakaknya, maka itu artinya dibalik ke kalemannya itu, Daichi adalah orang yang menyeramkan. Mikazuki merinding sendiri dengan pikiran anehnya.
"Shin-kun, aku harus segera kembali, kali ini giliranku piket membersihkan lorong asrama. Sampai besok ya...." pamit Daichi sambil membereskan tasnya. Ia juga memberitahu Mikazuki untuk jangan lupa mengunci pintu ruang klub dengan kunci cadangan dan kuncinya dibawa saja karena semua anggota memiliki kunci sendiri.
Mikazuki mengecek arlojinya. Saat ini pukul 5 sore, ia kemudian memutuskan untuk menyudahi latihan memanahnya ini dan mengelilingi sekolah lagi. Berharap menemukan petunjuk atau apapun yang berhubungan dengan penyelidikannya.
"Kurasa penyelidikan ini tidak akan makan waktu sedikit..." gumam Mikazuki. Untung saja soal sekolahnya sudah diurus oleh pamannya. Secara teknis ia memang pindah sekolah ke sini walau dengan identitas yang berbeda.
"Yosh!! Tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu, ayo berjuang!!" kata Mikazuki menyemangati diri sendiri.
######
Takahiro menguap dan bangkit dari posisinya. Setelah pulang sekolah tadi dia malah ke halaman belakang sekolah dan tidur di bawah pohon paling besar disana. Halaman belakang sekolah itu memang tidak terlalu sering didatangi siswa lainnya. Sebenarnya tempatnya terawat dan juga teduh, sangat cocok untuk istirahat atau bersantai saat jam istirahat tapi jarang siswa menghabiskan waktu disana.
Sebenarnya alasan utamanya adalah karena ada Takahiro. Tidak ada siswa yang berani mengusiknya. Takahiro memang tidak terlalu pandai bersosialisasi dan tatapannya dingin serta mengintimidasi. Membuat siswa lain segan untuk mendekat. Bahkan siswa seangkatannya pun segan padanya. Saat masih menjadi siswa baru, dia sering bermasalah dengan para seniornya. Karena tatapannya yang dingin dan ekspresinya yang memang kurang ramah, membuat para seniornya merasa kalau dia anak yang arogan, apalagi ditambah rambutnya yang putih dan mata hijaunya. Para seniornya mengira kalau Takahiro mengecat rambutnya dan memakai contact lens berwarna untuk menarik perhatian hingga akhirnya ia dibully oleh para seniornya. Walaupun Takahiro sudah berkali-kali menjelaskan kalau itu rambut dan warna matanya yang asli, tetap saja mereka membully Takahiro. Takahiro memang berhasil melawan para pembully-nya itu, tetapi satu sisi hal itu membuat dirinya jadi ditakuti oleh para siswa lain terutama teman-teman seangkatannya. Bahkan ada beberapa rumor kalau di luar sekolah ia adalah seorang berandalan yang pernah ditahan di kantor polisi karena membuat onar. Takahiro mengecat rambutnya menjadi hitam secara keseluruhan di tahun keduanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi ia tidak memakai contact lens atau semacamnya karena menurutnya itu merepotkan. Lalu di tahun ketiganya ini dia memutuskan untuk tidak mengecat rambutnya lagi. Lagipula kebanyakan siswa menjauhinya karena segan dan tidak ingin terlibat dengannya, jadi buat apa dia bersusah payah mengubah penampilannya. Bahkan beberapa staff pengajar juga kurang suka padanya karena dianggap kurang sopan. Sebenarnya bukan kurang sopan, tapi Takahiro memang kurang ramah, sehingga menimbulkan kesan kalau sikapnya kurang sopan. Tetapi karena nilai-nilainya selalu bagus, dan bahkan ia selalu masuk 3 besar ranking di sekolah itu, membuat para staff pengajar tak bisa berbuat apa-apa.
"Hmmmm.... Sudah jam segini... Aku lapar...." gumam Takahiro sambil beranjak dari posisinya dan menuju gedung asrama.