FIND THE SPOT !

Vika Rahelia
Chapter #4

Kattia = Karra

Tiba di terminal Bogor, Kattia dijemput oleh ayah angkat dan ibunya.

”Karra!” panggil ayah angkatnya dibalik jendela mobilnya.

Kattia selama perjalanan sempat tertidur dan baru bangun saat tiba di Bogor, saat kernet meneriakkan ‘Bogor’. Sehingga saat ada yang memanggil dirinya Karra, ia sempat lupa akan perannya.

”Karra!!” teriak ibunya.

”Eh, Mama!” setelah mengenali suara yang menyerukan ’Karra’ ia baru teringat kembali akan perannya sekarang ini.

”Kenapa bengong? Dipanggil-panggil kok tidak dengar, tadi.” Ujar Pak Sonny, ayah angkatnya sambil turun dari mobilnya mengangkat tas duffel Kattia dan menaruhnya di bagasi.

”Iya, kenapa kamu Kar?” tanya Ibunya dari tempat duduk di sebelah kursi penyetir mobil.

”Nggak kenapa-kenapa Ma, tadi sempat ketiduran di bus.” Jawab Kattia ketika masuk ke mobil.

“Oooh, jetlag!” canda Pak Sonny.

”Iya, Om.” jawab Kattia ringan.

”Hei, Mama kan sudah bilang berkali-kali, panggil suami Mama ini dengan sebutan Papa Sonny.”

”Eh, iya. Maaf kelupaan Om, eh Papa Sonny.” jawab Kattia kikuk karena belum terbiasa memanggil Pak Sonny dengan sebutan papa.

”Sudahlah, Manira. Mungkin Karra masih kangen sama Kattia, jadi sedikit linglung.” Ujarnya meredakan suasana canggung yang terjadi dan ia berkata lagi, ”Nggak usah dipikirkan Kar, Papa nggak masalah mau kamu panggil apa. Yang penting kamu tahu aku ini papamu juga.”

”Iya, Pa. Maaf, Ma.”

Semua tersenyum dan Kattia menghela nafas lega.

”Kamu lapar, Kar?” tanya ibunya menandai redanya amarah karena kesalahan dalam memanggil Pak Sonny tadi.

”Sedikit.” Jawab Kattia.

”Mamamu masak makanan kesukaanmu, ia sengaja mau menyambut kepulangan kamu hari ini.” Timpal Pak Sonny.

”Oh, terima kasih Ma.”

Sesuai cerita Karra, memang Pak Sonny itu sangat sabar dan baik hati, sehingga memikat ibunya untuk memutuskan menikah lagi. Berbeda dengan istri ayahnya yang selalu sentimen dengannya.

Baru kali ini ia memiliki kesempatan duduk berdampingan di sisi suami baru ibunya, yang menikah beberapa bulan yang lalu. Setiap kali ia berkunjung ke rumah ibunya, Pak Sonny biasanya sedang ke luar kota bahkan terkadang ibunya pun ikut bersamanya sepanjang akhir pekan, jadi hanya bertemu di hari kedatangannya saja.

Setibanya di rumah, Bu Manira menyiapkan meja makan dengan lauk pauk kesukaan Karra. Kattia terharu, karena ia hanya sebulan sekali makan masakan ibunya. Lalu ia membayangkan akan makan enak selama satu bulan di rumah ibunya itu, dibanding ibu tirinya yang tak pernah memasak.

”Kenapa kamu jadi cengeng gitu, anak mama yang tomboy kok meneteskan air mata...”

”Eh, tidak ma. Sudah kangen masakan mama. Istri papa kan jarang masak. ”

Bu Manira langsung mengecup kening Kattia yang ia anggap adalah Karra. Tak lama Pak Sonny tiba dari kamar mandi setelah selesai mencuci tangannya.

”Ayo kita makan, Karra! Mamamu kan masakannya selalu lezat, jadi kamu harus cepat kalau tidak kehabisan sama Papa.”

”Ayo, siapa takut!”

Kattia dan Pak Sonny makan dengan lahap, membuat Bu Manira merasa tersanjung.

”Jangan terburu-buru, nanti tersedak! Lauknya masih banyak kok, jangan takut kehabisan!”

Selesai makan, Kattia langsung ke kamar dan chatting dengan Karra. Walau kali ini ponsel milik mereka pun saling ditukar, demi mengetahui siapa yang menelepon mereka, jadi tak perlu mengganti phone book mereka di ponsel masing-masing.

[Kattia]

Karra, kamu sedang apa? Papa Sonny tuh baik, yah? Enakkan kamu ternyata, papa tiri jauh lebih baik daripada mama tiri.

[Karra]

Yah, Papa Sonny memang baik. Kamu kan tahu mama, ia sulit jatuh cinta dan percaya sama laki-laki lagi sejak perselingkuhan papa.

Lihat selengkapnya