Pagi-pagi sekali, Yeolchan sudah sampai di rumah Sooyeol. Jika kemarin dia datang satu jam lebih awal, hari ini ia datang dua jam lebih awal.
"Selamat pagi, Bibi Kang" Sapa Yeolchan pada asisten rumah tangga yang membukakan pintu.
"Ne, selamat pagi Tuan Yeolchan" balas Bibi Kang ramah.
"Nona, sudah siap?"
"Siap untuk apa?"
"Biasanya dia akan lari pagi"
"Oh, Nona Soo masih tidur sepertinya"
"Oh, begitu"
"Tuan, bisa tolong bangunkan Nona Soo? Bibi mau ke pasar membeli beberapa bahan masakan untuk Nona Soo."
"Eh, memangnya boleh saya masuk kamar Nona?"
"Tidak apa-apa, jika Tuan Yeolchan tidak punya niat tidak baik pada Nona Soo, benar bukan?"
"Maksud Bibi Kang apa dengan niat tidak baik itu?"
"Melakukan tindakan pelecehan atau perampokan misalnya" tukas Bibi Kang.
"Tentu tidak, aku tidak pernah punya niat buruk. Lagi pula aku masih menghormati Nona Soo sebagai orang yang mempekerjakanku."
"Ya sudah, sekarang apa masalahnya? Saya minta tolong ya Tuan"
Bibi Kang mempersilakan Yeolchan masuk dan menunjukkan letak kamar nona mudanya. Kemudian meninggalkan Yeolchan yang masih bingung harus melakukan apa di sana.
**
Beberapa menit Yeolchan habiskan dengan mondar-mandir di depan pintu kamar Sooyeol.
"Apa aku harus masuk? Aku dan gadis tengil ini tidak punya hubungan apa-apa selain atasan dan asisten" gumam Yeolchan.
"Apa pantas aku masuk ke kamar seorang gadis? Bagaimana jika ada orang lain yang melihatku masuk ke dalam kamar Nona Sooyeol? Mereka pasti akan salah paham" Yeolchan mengusak rambutnya dengan kasar.
"Tapi jika tidak dibangunkan, kapan dia akan bangun?" Tanya Yeolchan pada dirinya sendiri sambil terus menatap daun pintu kamar Sooyeol yang masih tertutup rapat.
"Ah, sudahlah. Aku bangunkan saja. Tuhan tolong jauhkan aku dari pikiran yang kotor" Tak lupa Yeolchan merapal doa sebelum mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok...
"Nona" Yeolchan dengan sopan mengetuk pintu kamar Sooyeol, namun tidak ada jawaban. Yeolchan kembali mengetuk pintu kamar Sooyeol hingga sebanyak tiga kali.
"Apa mungkin Nona Sooyeol memang sudah tidak ada di dalam kamar?" gumam Yeolchan seraya meraih handle pintu. Oops, pintu tidak dikunci!
"Nona, aku masuk ya?" Yeolchan meminta ijin. "Iya, Yeol masuk saja" Jawab Yeolchan sendiri dengan suara yang dibuat - buat seperti suara perempuan.
Yeolchan berjalan pelan memasuki kamar Hyesoo, tak lupa ia membuka pintu lebar-lebar.
Yeolchan tak menemukan Sooyeol di sana, pun tidak terdengar suara gemericik air dari toilet.
Yeolchan mendekati ranjang yang di atasnya terbentang selimut tebar warna putih. Tiba-tiba selimut itu bergerak, dari balik selimut menyembul beberapa helaian rambut.
"Kamjagiya" Seru Yeolchan memejamkan matanya tangan kanannya menepuk pelan dadanya.
Yeolchan berjalan pelan ke arah jendela, sehingga tidak terdengar suara langkah kakinya. Lalu ia meraih tirai yang menutupi jendela dan membukanya sehingga sinar matahari pagi masuk agar mengusik sang putri tidur.
"Nona, bangunlah!" Yeolchan berdiri tepat di samping Sooyeol.
"Lima menit lagi, Bi?" Jawab Sooyeol mengira bibi Kang yang sedang membangunkannya.
"Yya, jangan jadi gadis pemalas" Yeolchan memberanikan diri mengguncang - guncang bahu Sooyeol dari balik selimut.
"Aish, siapa kau berani masuk ke kamarku?" Bentak Sooyeol menepis tangan Yeolchan dari bahunya, dengan masih setia memejamkan matanya.
"Ayo lari pagi, Nona" Ajak Yeolchan bersemangat.
Sooyeol memicingkan matanya, berusaha membuka matanya yang masih sangat berat.
"Eoh, kau sudah datang" Mata Sooyeol kembali terpejam.
Namun satu detik kemudian ia membuka matanya lebar, langsung duduk bersandar pada headboard, tak lupa ia kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuh hingga lehernya yang sempat melorot saat ia bergerak tadi.
Padahal piyama yang dipakai Sooyeol bukan gaun tipis atau sejenisnya. Piyama ya, pi-ya-ma berwarna biru muda dengan gambar plushie jerapah.
"K-kenapa k-kau di sini? Di mana Bibi Kang?"
"Bibi Kang ke pasar, dia memintaku membangunkanmu"
Sooyeol menganggukkan kepalanya. Gadis menatap Yeolchan, matanya memindai pria jangkung itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kenapa kau memakai pakaian olahraga?"
"Bukankah kau memintaku menemanimu lari pagi?"
"Kapan?"
"Kemarin"
"Tapi aku tidak memintamu hari ini."
"Ya sudah sama saja, aku sudah di sini dan ini masih pagi, ayo"
"Aku sedang malas lari pagi" tolak Sooyeol lalu kembali berbaring.
"Jika kau bermalas-malasan bagaimana kau bisa sehat?"
"Aku baru saja tidur pukul empat pagi, aku masih mengantuk, Yeol"
"Ayo, jangan malas" Yeolchan menarik paksa Sooyeol.
"Aku malas bertemu dengan gadis-gadis di sepanjang jalan"
"Memang apa salah mereka?"
"Mereka tidak salah, tapi kau yang tebar pesona" Tukas Sooyeol.
"Alasan saja, ayo" Yeolchan menyibak selimut hendak mengangkat paksa nonanya.
Tampaklah beberapa lembar kertas yang terserak di samping Sooyeol berisi gambar sketsa perhiasan.
Yeolchan urung mengangkat tubuh mungil Sooyeol, perhatiannya teralihkan pada kertas-kertas bergambar di sebelah Sooyeol.
Sooyeol menyadarinya, segera ia menarik selimutnya untuk menutupi kertas-kertas tersebut tepat sesaat sebelum ujung jari Yeolchan menyentuh salah satu lembark kertas yang paling dekat.
Sooyeol mendorong tubuh Yeolchan untuk sedikit menjauh agar Sooyeol bisa turun dari ranjangnya.
"Sebaiknya kita keluar" Ajak Sooyeol mendahului Yeolchan, tapi ternyata Yeolchan tidak mengikutinya.