Suasana hati Yeolchan tampaknya sedang sangat baik. Pria jangkung itu sedang bertopang dagu sambil tersenyum-senyum sendiri di balik meja kerjanya. Bahkan ia akan akan terkikik karena gemas.
Lima hari bersama Sooyeol membuat dunianya seakan penuh warna.
Gadis itu benar-benar sesuatu. Terkadang sangat menyebalkan, tiba-tiba menggemaskan. Lalu tegas namun juga penuh perhatian layaknya seorang istri yang melayani suaminya.
Memiliki sifat yang manja, cuek, apalagi jika sedang kesal entah mengapa bukannya terlihat galak atau menyeramkan atau bahkan menyebalkan, tapi malah sangat imut.
Sejak kembali dari panti asuhan, selalu Sooyeol yang ia pikirkan. Dari cara gadis itu tersenyum, marah, merengek, hingga bertutur kata lembut pada anak-anak panti. Menurut Yeolchan, semua yang ada pada diri Sooyeol, me-na-rik!
Tok tok...
Daeri sampai harus mengetuk meja untuk menyadarkan Yeolchan.
"Kau baik-baik saja, Yeol?" Tanya Daeri yang sejak tadi menunggu Yeolchan yang tengah disibukkan dengan lamunannya.
"E-eh, H-Hyung" Yeolchan tergagap. Ia pun segera mengubah posisi duduknya.
"Bukankah kau bilang akan cuti sampai dua minggu. Kenapa kau datang hari ini?"
Yes, Yeolchan hari ini datang ke perusahaannya sendiri.
"Ne, aku free hari ini"
"Ye?"
"Nona Sooyeol memberiku libur hari ini. Daripada aku menghabiskan dengan hal yang tidak jelas, bukankah lebih baik aku datang ke kantor"
"Bukankah sejak tadi kau memang sedang tidak jelas? Dua belas menit aku menunggumu tapi kau sibuk dengan melamun. Senyum sendiri bahkan terkekeh sendiri, sepertinya kau sudah tidak waras"
"Dua belas menit?"
"Ne, atau mungkin lebih lama lagi, jika mengingat kebiasaanmu yang datang lebih awal"
Yeolchan tersenyum kikuk.
"Kau bilang Nona Sooyeol?"
"Ne, aku bekerja sebagai asistennya"
"Mwo? asisten?" Pekik Daeri tak percaya.
Yeolchan mengangguk. "Supir, sekretaris, bodyguard, partner olahraga, mungkin sebentar lagi chef pribadi. Dia benar-benar menyukai masakanku, Hyung" Ujar Yeolchan bangga.
"Kenapa kau tampak sangat senang saat membicarakan Sooyeol? Apa kau jatuh cinta padanya?"
Yeolchan tersenyum idiot. "Bukan seperti itu, Hyung" Yeolchan menggaruk tengkuknya. "A-aku tidak sedang jatuh cinta. Ehm, mungkin belum"
"Bukankah seharusnya kau sudah bertemu dengan Hyesoo?"
Raut wajah Yeolchan berubah tegang. Yeolchan baru saja diingatkan bahwa seharusnya ia tetap fokus mencari Hyesoo. Kenapa sekarang ia memikirkan Sooyeol.
"Kenapa kau terus membuang waktumu Yeol?"
"Aku tidak membuang waktu, Hyung. Hanya waktunya saja tidak tepat."
"Waktu yang tidak tepat atau kau sudah terpikat pada gadis lain bernama Sooyeol itu?" Daeri menerka sikap Yeolchan terhadap Sooyeol. Meskipun Yeolchan mencoba mengelak tapi tebakan Daeri juga tidak meleset.
"Hyung, tak bisakah perjodohan ini dibatalkan saja?" Tanya Yeolchan seolah memohon.
"Apa maksudmu? Bertemu sekarang atau nanti kau akan tetap menikah dengan Hyesoo, itu sama saja, Yeol"
"Tak bisakah aku memilih jodohku sendiri, Hyung?"
"Kalau begitu mintalah pada Tuan Ko. Yeol, aku yakin pilihan orang tuamu tepat. Yang aku tahu Hyesoo gadis yang cerdas"
"Tapi, Hyung..."
"Kau tahu, perusahaan YOON Jewelry berdiri karena Tuan Yoon lah yang mewujudkan mimpi putri semata wayangnya. Produk-produk YOON Jewelry dirancang sendiri oleh Hyesoo"