"Jadilah kekasihku!" Kalimat singkat yang meluncur dari bibir Sooyeol.
Kalimat singkat yang terdiri dari dua kata itu cukup mengejutkan. Seolah bukan suatu bahan candaan, namun lebih suatu bentuk perintah yang tidak akan bisa tertolak. Terlebih tatapan Sooyeol yang tampak tidak sedang bercanda.
Yeolchan mendadak menginjak pedal rem hingga mobil berhenti seketika. Untung saja jalan yang mereka lalui memasuki area yang cukup lengang.
Tidak mungkin hanya karena luka akibat menginjak pecahan vas bunga, mengakibatkan terjadinya korsleting di syaraf otak Sooyeol, pikir Yeolchan.
"Apa maksudmu?"
Bukankah pernyataan itu seharusnya Yeolchan yang mengatakan. Tapi jika ia harus mengatakan hal serupa pada Sooyeol, maka ia harus bersiap dicoret dari pewaris tunggal Loey Fashion Wear, karena tidak menuruti perintah orang tuanya untuk menikahi Yoon Hyesoo, malah memilih gadis yang belum lama ia kenal.
Sooyeol masih menatap Yeolchan dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jadilah kekasihku, setidaknya untuk satu minggu." Sooyeol mengulang kalimatnya sekali lagi dengan lugas
Yeolchan mengerutkan dahinya, sementara jantungnya berdegup tak menentu.
"Kekasih pura-pura. Kau ingat aku pernah mengatakan aku akan dijodohkan, tapi aku belum pernah berpacaran dengan pria manapun. Jadi aku tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan oleh sepasang kekasih"
"Kalau aku mengiyakan, apa imbalan untukku?"
"Pamrih sekali" cibir Sooyeol mengalihkan pandangannya memutus kontak mata dengan Yeolchan.
"Simbiosis mutualisme Nona, jika aku bisa menguntungkanmu setidaknya aku dapat keuntungan juga"
"Aku akan membantumu mencari Hyesoo sampai dapat. Lagipula aku akan kembali ke Paris. Jadi saat kau bersama Hyesoo aku pun akan bersama tunanganku"
Yeolchan sejenak berpikir. "Haruskah aku menerimanya? Haruskah aku senang jika faktanya aku akan bertemu dengan Hyesoo, tapi aku juga akan kehilangan Sooyeol"
"Tawaran yang menarik, baiklah, mari kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih." putus Yeolchan pada akhirnya.
Yeolchan pun kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
**
Antrean pasien tidak cukup panjang, mereka hanya menunggu selama tiga puluh menit hingga giliran mereka tiba.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kaki Nyonya Sooyeol menjadi bengkak karena dipaksa untuk melakukan aktifitas." ujar Dokter Kim Seoyeon yang memeriksa Sooyeol.
"Sebaiknya istirahatkan dulu, Nyonya. Setidaknya dua hari."
"Baik, Dokter Kim" jawab Sooyeol.
"Saya akan memberikan resep anti inflamasi dan vitamin untuk Nyonya Sooyeol. Anda bisa mengambilnya di bagian farmasi Tuan Yeolchan"
"Ehm, Dok, bolehkah saya titip dia sebentar? Saya akan mengambil obat di bagian farmasi"
Dokter Kim Seoyeon itu, mengangguk tanda setuju. " Silakan, Tuan"
"Suamimu sangat baik" ujar Dokter Kim memuji setelah Yeolchan meninggalkan ruang periksa.
"Ye?" Sooyeol terkejut, karena dokter Kim mengira Yeolchan dan Sooyeol sepasang suami istri.
"Apa suamimu yang mengobatinya?"
"N-Ne, dia yang mengobatinya semalam."
"Apa dia perawat?"
"Ah, bukan dia pebisnis"
"Aku pikir dia seorang perawat. Lalu bagaimana bisa bengkak?"
"Tadi pagi saya memaksakan diri untuk menyiapkan keperluan kerja dan sarapan untuk kami, Dok. Karena asisten rumah tangga saya sedang pulang ke kampung halamannya selama satu minggu"
"Mengapa kau tidak meminta tolong saja padanya? Aku yakin dia pasti akan melakukan apapun untukmu?"
Sooyeol tersenyum sipu. "Dia terlalu lelah, saya tidak tega membangunkannya"
Tok tok tok...
"Ayo, kita pulang" Ajak Yeolchan setelah menelusupkan kepalanya ke celah pintu yang baru saja ia buka.
"Ne" Sooyeol menoleh ke arah sumber suara kemudian mengangguk.
"Dokter, saya permisi dulu, terimakasih atas bantuannya" Yeolchan membantu Sooyeol berdiri dengan menggenggam tangan Sooyeol dan sebelah tangannya lagi melingkar di pinggang Sooyeol.
"Ne, sama-sama, semoga kalian bahagia selalu, dan cepat dapat keturunan"
"Eh? I-iya, dokter Kim, terima kasih" Jawab Yeolchan.
"Mengapa dokter itu mendoakan cepat dapat keturunan?" tanya Yeolchan pada Sooyeol setelah meninggalkan ruang periksa dokter Kim Seoyeon.
"Eoh, Dokter Kim mengira kita sepasang suami istri" Jawab Sooyeol santai.
Ada semburat rona merah di pipi Yeolchan yang tidak disadari Sooyeol.
"Daripada harus menjelaskan panjang lebar dan membuatnya semakin salah paham, lebih baik diiyakan saja bukan?"
Yeolchan mengangguk saja. "Apa kau lelah?"
Sooyeol ingin menggeleng namun ragu, karena yang ia rasakan saat ini benar-benar lelah akibat berjalan tertatih meskipun sudah dibantu oleh Yeolchan.
Yeolchan melepas genggaman tangannya lalu berlutut membelakangi Sooyeol.
"Yeol, apa yang kau lakukan?"