"Tolong ya?"
"Tolong ya?"
"Ini, ya?"
"Yang bener. Awas lu!"
Hampir semua murid dalam kelas mendatangi seorang siswa yang duduk sendiri di bangku nomor urut tiga dari depan, untuk menyodorkan buku tugas mereka masing-masing. Ada yang memberikan secara sopan dan ada pula yang melempar begitu saja dengan sengaja. Siswa itu tampak diam mendapat perlakuan dari teman-teman sekelasnya itu.
"Huh!" Siswa itu menghela napasnya yang terdengar lelah. Ia menatap pasrah tumpukan buku yang ada di atas mejanya. Ia juga memungut beberapa buku yang tergeletak di sekitar bawah bangku dan merapikannya. Sebagian, ia masukkan ke dalam tas dan sisanya, ia bawa dengan tangannya.
Bisma. Itulah namanya. Laki-laki berpenampilan cukup rapi dan rambut hitam yang hampir menyerupai mangkuk dengan potongan tipis di kedua sisi. Satu kelas menjulukinya si 'cowok culun'. Hal itu ia dapatkan karena ia tidak pernah bisa menolak ketika dimintai tolong dalam segala hal yang di kelas. Ia bagai 'budak tugas' karena nyaris semua PR dilimpahkan kepadanya. Terkadang, ia juga mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan.
Kini tinggallah Bisma dan salah satu siswa lainnya yang duduk di depan paling ujung, di dalam kelas. Semua murid sudah berhamburan keluar karena sudah jam pulang. Menyadari dirinya tak sendiri, Bisma menoleh, memperhatikan orang yang terlihat murung sambil memandangi foto seorang gadis. Wildan, pikirnya. Bisma hanya menatap iba ke arah laki-laki itu.
***
"Bisma, bangun. Kamu gak sekolah?"
Mendengar suara seseorang menggeser tirai, Bisma perlahan membuka mata. Belum sepenuhnya ia melebarkan penglihatan, Bisma menyipitkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk. Tubuhnya menggeliat. Namun ia tak kunjung mengubah posisi karena ia masih mengantuk. Ya, hampir semalaman, ia harus lembur untuk mengerjakan semua tugas sekolah 'teman-temannya'. Rasa malas juga merundungnya, tak ingin berangkat sekolah. Namun Bisma tak mungkin melakukannya, tak mau membuat keluarganya khawatir. Akhirnya, Bisma bangun dan duduk di tepi tempat tidur.
"Ayo, buruan. Udah siang, lo. Liat, tuh, jam berapa sekarang." Tante Ami menunjuk jam digital yang ada di atas meja samping kasur, agar anaknya itu bergegas.
Dengan kondisi mata yang masih terasa rapat, Bisma mengambil jam mejanya. Seketika, ia membeliakkan mata karena waktu sudah menginjak pukul 06.10 pagi. Tanpa ba bi bu, ia berlari menuju kamar mandi dan membanting keras pintu. Mandi kilat, sepertinya.
"Hmm." Tante Ami hanya menggeleng melihat anaknya tergesa-gesa. Ditambah lagi, ia mendapati tempat tidur Bisma yang berantakan.
***