Jam istirahat, Bisma mengajak Icha untuk berkeliling, menyusuri tiap bagian sekolah. Dalam arti sebenarnya, itu adalah tugas. Ia menunjukkan satu per satu ruangan beserta fasilitasnya. Walau sadar, sedari awal Icha tidak mempedulikan penjelasannya dan memilih memperhatikan hal lain. Rasanya, ingin segera mengakhirinya saja.
Gadis ceria, hal pertama yang Bisma tangkap dari gelagat Icha. Ia dapat melihat gerak lincah dari gadis berbando merah itu yang berjalan lebih sedikit di depan. Bahkan ia mulai terbiasa dengan suara Icha yang lembut dan nyaring memenuhi telinga. Ia tak tahu, akankah dirinya bisa sedikit akrab dengan Icha?
"Ke sana, yuk!" Icha menghampiri dan menarik lengan Bisma agar ikut dengannya menuju ke suatu tempat.
"Ngapain?" tanya Bisma menahan pijakan. "Masih banyak tempat yang belum gue tunjukin," lanjutnya. Tapi Icha sama sekali tidak menggubrisnya. Kalah, lagi.
"Santai aja, kali. Kita main-main dulu di sana." Icha bersemangat dan membawa Bisma ke taman yang tak terlalu jauh dari tempat mereka sebelumnya.
"Tapi ..." Belum selesai Bisma berbicara, ia malah melihat Icha berlari dan duduk di salah satu ayunan gantung besi.
"Di sini juga masih termasuk bagian dari sekolah, kan? Gak usah buru-buru." Icha mendorong dudukan ke belakang. Kemudian, ia juga mengangkat kaki dan membiarkan ayunan bergerak secara beraturan, ke depan dan belakang. Si gadis periang.
"Lagi pula, kita kan sebangku," ucap Laras yang bergelayutan dengan ayunan. Ia menengadahkan kepala sambil memejamkan mata, menikmati sayup-sayup udara yang bertabrakan dengan dirinya.
***
"Syukurlah." Bisma bernapas lega. Hingga jam pulang tiba, tak ada satu pun PR dari semua mata pelajaran hari ini. Itu berarti tidak ada tugas yang harus ia dikerjakan nanti malam. Bisma tak akan menyia-nyiakan waktu agar bisa beristirahat dengan cukup.
"Bisma!" teriak Icha tepat di sebelah telinga Bisma. Icha tersenyum puas mendapati Bisma yang mengusap-usap kuping karena akibat dari bisikannya yang keras.