FIREWORK IN THE LAST NIGHT

Meria Agustiana
Chapter #4

PERDULI

Tampak sebuah mobil mewah berwarna hitam lepas kendali. Mobil tersebut hilang keseimbangan dan terdengar klakson mobil berbunyi tampa putus. Teriakan wanita terdengar begitu kencang didalam mobil yang melaju tanpa terkendali. Klakson terus berbunyi nyaring hingga akhirnya mobil menabrak pembatas jalan dan terjun bebas kedasar jurang yang sangat curam. Teriakan wanita semakin kencing mengiringi mobil terjun bebas sebelum akhirnya meledak dan terbakar didasar jurang.

 

Roland membuka matanya dengan cepat dan terduduk diatas ranjang mewah bewarna putih senada dengan selimut yang dipakainya. Rolnad  terdiam sesaat dan mengatur nafasnya agar lebih tenang. “Mimpi buruk lagi ?” Tanya seorang wanita kepada Roland yang sedang berusaha menenangkan diri. Roland langsung menoleh kearah sumber suara karena merasa terkejut. Wanita cantik berkulit putih tengah duduk dimeja rias dengan mengoles beberapa make up tipis diwajahnya. Wanita ini adalah Angel istri Roland. Angel wanita yang sangat cantik, ramputnya coklat, bibirnya merah dan wajahnya blasteran Indonesia Eropa. Badannya tinggi kurus dan langsing mengambarkan wania berkelas dengan barang-barang yang menempel pada tubuhnya.

 

Suasana pagi yang cerah dan matahari pagi yang menerobos jendela kamar Roland mengambarkan hari yang begitu indah. Matahari memeng sudah tinggi, namun Roland baru saja terbagun dari tidurnya. Setelah pertemuannya dengan Nara, Roland selalu memikirkan gadis itu sehingga menjadi tidak fokus bekerja dan hasilnya pekerjaan menjadi terbengkalai. Roland adalah tipe orang yang sangat perfectsionis masalah pekerjaan, semua pekerjaan harus sempurna dan selesai tepat waktu, namun kali ini Roland benar-benar tidak bisa berfikir dengan fokus pada pekerjaan.

 

Roland menarik nafas panjang kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang mewah. “ ayolah Land, kejadian itu sudah 15 tahun lalu. ” ucap wanita tersebut dengan memoles bibirnya dengan lipstik tipis. “ entahlah, kenapa sampai sekarang aku masih selalu ingat kejadian itu. Rasanya sulit untuk melupakan.” Roland terdiam dengan tatapan kosong. Tatapan Roland sangat sulit diartikan dan sulit untuk menebak apa yang sedang dia pikirkan.

 

Angel hanya terdiam memandang cermin meja rias mewah berwarna putih dan memandang dirinya sendiri sambil menghela nafas berat. Roland beranjak dari tempat tidur lalu melangkah mendekati Angel dan berhenti dibelakangnya. Roland memandang Angel dari balik cermin besar dimeja rias dengan rasa bersalah. “Aku minta maaf kalau hal ini membuatmu tidak nyaman“ Setelah mengeucapkan hal tersebut, Roland pergi kekamar mandi dan meninggalkan Angel.

 

Angel hanya terdiam dan menoleh kearah Roland. Tampak terdengar suara pintu menutup. Angel kembali menatap cermin dan menyisir rambutnya. Setelah beberapa saat, terdengar suara gemercik air jatuh kelantai. Air mata Angel mengalir dari balik manik coklat yang ia miliki. Wajah Angel tampak biasa saja menghadapai sikap Roland, namun air mata yang mengalir menyimpan sejuata rasa perih yang orang lain tidak pernah tahu.

 

*****

 

Pagi yang cerah namun macet tetap terlihat. Roland mengendarai mobil mewah hitamnya menuju kantor dengan posisi menyetir hanya menggunakan tangan kiri dan tangan kanannya diletakkan pada jendela. Telapak tangan Roland  memegang dahi membuatnya terlihat frustasi. Tampaknya Roland masih teringat akan mimpinya semalam. Tiba-tiba saja ponsel Roland berbunyi yang kemudian membubarkan lamunannya. Roland menandang layar ponsel yang terletak dikursi sebelahnya yang menanpilkan nama Boby. Roland meraih ponsel yang letaknya lumayan jauh sehingga membuat konsentrasi menyetirnya bubar.

 

 Setelah berhasil mengambil ponselnya Roland kembali menatap jalan dan akan menggeser layar ponsel untuk mengangat panggilan Boby. Namun, Roland tampak terkejut dan mengrem mobilnya seketika. Roland tampak menundukkan kepala dengan posisi kedua tangan memegang setir. Ponsel yang tadi dia pegang juga sudah terpelanting entah kemana. Roland tampak terkejut, wajahnya begitu tegang dan nafasnya tidak berauran. Rolang kemudian melepaskan seatbelt-nya dan dengan cepat membuka mobil untuk melihat siapa orang yang melintas tiba-tiba didepannya.

 

Roland berjalan dengan cepat untuk melihat keadaan orang yang baru saja dia tambrak dan memastikan orang itu tidak terluka. Roland melihat wanita duduk didepan mobilnya dengan ramnut terurai. Untung saja hari ini Roland melewati jalan alternatif untuk menghindari kemacetan dijalan utaman, jadi walaupun mobilnya berhenti lama tidak akan ada penggunan jalan yang tergangu.

 

Rolan duduk menghampiri wanita tersebut. “Anda tidak apa-apa ? maaf saya sangat ceroboh saat berkendara.” Ucap Roland meminta maaf kepada wanita terebut. “Saya baik-baik saja, saya hanya terkejut dan kaki saya terkilir.” Ucap wanita itu dengan sopan dan masih menatap kakinya yang sakit. Baiklah mari saya antar kerumah sakit agar Anda bisa diperiksa.” Ucap Roland yang merasa bersalah telah melukai seseorang. “Tidak perlu pak. Saya baik-baik saja.” Wanita itu menoleh kearah Roland. Terlihat wajah Roland sangat terkejut melihat orang yang baru saja dia tabrak. “Nara”

 

*****

 

           Nara duduk disebuah kursi taman yang terbuat dari besi dan disebelahnya terdapat pohon besar dan rindang. Walaupun itu adalah taman kota yang sejuk dan dipenuhi rumput hijau sehingga terlihat indah, namun hari itu tak banyak orang berada ditaman kota tersebut. Hanya ada beberapa orang berlari-lari untuk sekedar berolahraga serta petugas kebersihan taman yang sedang membersihkan sampah dan kotoran yang ada disekitar taman. Biasanya taman ini ramai saat sore hari dan hari libur. Karena hari ini bukan hari libur, jadi tak banyak orang berada ditaman tersebut.

 

Nara hanya duduk dan memperhatiakan sekeliling taman. Tak lama kemudian, Roland datang dengan membawa dua buah kaleng minuman serta dua bungkus roti. “ Ini makanlah.” Roland memberikan sebungkus roti dan sekaleng minuman kepada Nara.” Nara menerima pemberian Roland dan berkata “Terimakasih“. Roland duduk disebelah Nara.

 

“Bagaimana kakimu ? apakah masih sakit ?”

“Oh… tidak. Hanya sedikit nyeri karena terkilir“ jelas Nara sambil memegang kaki kanannya yang terlihat memar. Keadaan menjadi hening sesaat setelah Nara menjawab pertanyaan Roland. Mereka berdua asik menyantap roti dan minumnya masing-masing.

 

“Kenapa kamu muncul dan menyebrang jalan tiba-tiba ? kamu punya cadangan nyawa ?“ Tanya Roland dengan nada kesal karena ulah Nara pagi ini.

Nara tertawa kecil mendengar ucpan Roland yang terdengar seperti anak kecil yang sedang protes.“Tidak Pak, saya hanya sedang buru-buru.”

Senyum Nara berubah menjadi raut wajah panik karena mengingat sesuatu. “ASTAGA” . Roland tampak terkejut melihat Nara yang sikapnya tiba-tiba saja berubah.

“Ada apa denganmu ?” Tanya Roland sambil memegang kaleng minuman yang baru saja dia minum.  “Saya lupa kalo harus ke ATM mentransfer uang untuk bayar SPP. Soalnya hari ini terakhir dan kalau saya tidak bayar akan dianggap gak kuliah dong.” Jelas Nara dengan nada panik dan buru-buru meraih tas yang ada disebelahnya.

“Apakah kamu tidak punya E-bangking ?”

“Ponsel saya baru saja hilang. Ini adalah ponsel baru dan saya belum sempat mengurus ke Bank.” Jelas Nara kepada Roland .

Lihat selengkapnya