Malam tampak murung. Sebagian wajah bulan tersaput awan, sementara bintangbintang enggan menampakkan kelip genit mereka. Seorang cewek berwajah manis berdiri gamang, matanya menatap kosong ke depan, ke lintasan besi nan panjang berketiak ular. Angin kencang menerpa, mempermainkan helaihelai rambut lurusnya yang hitam. Beberapa helai menempel di matanya yang berair.
“Orang yang sudah tak memiliki harapan sama saja dengan orang mati,” gumamnya geram. Dadanya naik turun. Ada kemarahan dan luka di getar suaranya. “Aku tak pantas hidup. Takdirku berhenti pinggiran rel kereta api gemetar. Terlebih saat suara laju kereta api di kejauhan terkirim angin dan menyusup ke telinganya.
Bulatan cahaya menyorot tajam. Deru dan lengkingan kereta api malam semakin jelas terdengar. Cewek itu memejamkan mata, bersiap menyongsong maut.
“AWAAAS KERETA!”