Hiro tak langsung pulang ke rumahnya. Dia mampir ke Kawaii Sushi, resto sushi tempat dia biasa nongkrong dengan ketiga karibnya. Kali ini Hiro sendirian. Ada yang mengganggu pikirannya. Hiro punya kebiasaan lucu. Jika hatinya gundah, dia melampiaskannya dengan menyantap inarizushi sebanyakbanyaknya. Hiro doyan sekali makan kepalan sushi yang dibungkus aburage atau lembaran tofu goreng itu. Dia belum akan berhenti sebelum hatinya merasa lebih baik. Entah apa hubungannya. Namun, tiap orang mempunyai cara sendirisendiri untuk mengatasi kegalauannya. Menurut Hiro, tiada cara paling ampuh buat mengusir kegalauan, selain makan enak.
Setelah puas makan inarizushi, dia memesan es krim matcha ukuran jumbo. Dia mengulum es krim rasa teh hijau khas Jepang itu dengan nikmat. Merasakan sensasi dingin menyaput lidahnya. Mencecap sedikit pahit dan wangi teh hijau. Selanjutnya, menikmati eksotisme saat es krim matcha yang lembut itu melumer di lidahnya. Pikiran Hiro akan mengembara di sepanjang ritual makan enak.
Hiro tengah mengenang saatsaat dia diangkat menjadi Dewa Tanah oleh Raja Akita. Hiro sedang berdoa di sebuah kuil. Tidak jelas benar motivasi yang menggerakkan Hiro berdoa di kuil pada tengah malam buta itu. Dia bermimpi buruk dan terbangun dalam keadaan tak tenang. Hiro memutuskan untuk pergi ke kuil.
Saat Hiro tengah khusyuk berdoa, pintu kuil terbuka. Hiro tak menghiraukannya. Dia tetap berlutut dengan mata terpejam. Tulus memohon ketenangan batin. Malam itu sunyi menggigit. Hanya ada embusan angin dan derik serangga. Hawa dingin memudara dingin. Hiro menggigil. Tubuhnya semakin terguncang gemetar. Pucat wajahnya saat di hadapannya muncul sosok berkarisma dan beraura begitu agung.
Hiro yakin sosok itu bukan manusia biasa. Malaikatkah? Atau dewa?
“Hiro ....”
Suara itu begitu berwibawa, menggetarkan setiap sendi dalam tubuh Hiro. Namun, itu belum seberapa.
“Hiro, atas mandat Raja Akita, Dewa tertinggi kami, kau dinobatkan menjadi dewa yang bertugas di bumi. Kau adalah Dewa Tanah.”
Hiro gemetar hebat seperti kerasukan. Dia sampai tak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Hiro trance.
Ketika tubuhnya sudah pulih dan terkendali, Hiro diberi tahu bahwa dia harus mencari tiga dewa lainnya untuk menggenapi. Dewa Api, Dewa Angin, dan Dewa Air. Ciriciri dewa terpilih adalah sebentuk tato. Pada lengan kanan masingmasing dewa, melingkar tato deretan segitiga. Tak terputus bagai gelang. Warna tato tiap dewa berbeda. Hiro mendamencari orang dengan tato yang sama, tetapi berbeda warna. Tato merah pada Dewa Api, biru pada Dewa Air, dan abuabu pada Dewa Angin.
Pertanyaannya, bagaimana cara Hiro menemukan ketiga dewa itu?
Kala itu, Hiro tak mampu memikirkannya. Diangkat menjadi dewa saja sudah membuat dia disorientasi berharihari lamanya.
***
Hiro memang tak tahu bagaimana cara mencari ketiga dewa yang diamanatkan wakil Raja Akita kepadanya. Hiro bertemu ketiganya dengan cara yang tak direncanakan.
Saat itu Hiro tengah melintasi ruang musik di sekolahnya. Musik rock yang gahar menembus dinding ruang musik. Kaki Hiro serta merta berhenti di depan pintu ruang musik. Ada keinginan kuat untuk masuk dan ikut ngeband. Hiro membuka pintu. Take, Masato, dan Kaori tengah berlatih di sana.
“Hai, Hiro!” sapa Masato. “Kamu mau ikut main? Ayo!” serunya ramah.
“Siiip!”