Setelah menelepon orang yang meninggalkan sebuah kertas berisikan nomor telepon di payung ku. Aku tidak bisa melupakan suaranya. Sepertinya aku kenal dengan suara itu. Suara seseorang yang pernah dekat dengan ku dahulu. Aku berbicara dalam hati. " Kok seperti suaranya vino."
"Ada apa Vi. Kok kamu bingung begitu," tanya beni dengan ekspresi penasaran.
"Tidak apa-apa Ben. Ayo kita pulang. Nanti keburu magrib,"kataku dengan mengandeng tangan Beni.
"Iya ayo sayang," kata beni
"Beni...," kataku dengan ekspresi cemberut.
Aku sampai di rumah diantar beni. Setelah sampai aku mandi trus mager di atas kasur lihat Drakor. Aku tidak bisa fokus nonton Drakor. Aku masih memikirkan dan masih bisa mendengar suara itu. Aku sangat familiar sekali dengan suara itu.
Apakah seseorang orang tadi vino. Kenapa yang telpon suaranya persis vino. Tapi tidak mungkin, mungkin suaranya saja yang mirip bukan orangnya. Kalau memang benar vino kenapa kamu muncul sekarang. Kamu dulu pergi meninggalkan aku. Disaat aku bisa bahagia dengan hidup baruku kau muncul lagi.
Setelah itu aku berangkat tidur. Aku menutup mataku dan mematikan lampu kamarku supaya bisa tidur dengan lelap.
Aku mencoba menutup mataku berkali-kali tapi aku tidak bisa tidur. Suara itu selalu mengingatkan ku tentang vino. Pikiran ku bertanya-tanya kenapa di saat aku mulai bahagia nama Vino hadir kembali dalam hidup dan pikiranku.