Hari ini seperti biasa, beni mengantarkan aku pulang. Beni aku kenalkan dengan ayah dan ibuku. Mereka menyambut beni dengan sangat gembira karena sudah lama anak gadisnya tidak pernah memperkenalkan seorang laki-laki pun kepada mereka. Ayah dan ibu merestui hubungan ku dengan beni. Mereka sudah sangat tidak sabar menunggu aku dan beni ke jenjang yang lebih serius lagi.
Hari pun berganti, pertemuan ku dengan pemilik nomor itu pun datang. Aku ke halte di temani beni setelah pulang kerja. Aku dan beni sampai di halte lebih dulu. Ada seorang anak laki-laki menghampiri ku. Anak itu masih muda sekali mungkin seumuran sama bening.
Anak laki-laki itu menghampiri ku duluan dan menyalamiku. "Assalamualaikum, apa kabar mbk Silvi?"
"Maaf kamu siapa?" tanyaku dengan ekspresi penasaran
"Aku pemilik nomor yang ada di payung mbk Silvi," kata anak laki-laki itu.
"Kamu kok tau namaku?" tanyaku lagi dengan ekspresi penasaran.
"Apa mbk sudah lupa sama aku. Aku damar mbk adiknya mas vino," kata anak laki-laki itu.
"Damar, kamu sekarang sudah tinggi beda dengan dulu makanya aku pangling. Bagaimana kabar kamu?" tanyaku.
"Aku Alhamdulillah baik mbk. Tapi ada yang aku omongin ke mbk sekarang. Apa mbk ada waktu?" Kata damar sambil menoleh ke arah beni karena tidak enak ngomong di depan beni.
"Ayo kita ke taman saja. Di sini ramai banyak lalu lalang kendaraan," kataku.
Kita bertiga pergi ke sebuah taman di dekat halte bus. Kita mencari tempat duduk biar nyaman dibuat bicara. Setelah ketemu tempat duduk. Beni memberikan waktu buat aku dan damar bicara berdua. Beni meninggalkan kita dengan alasan membeli minuman.
"Memangnya ada apa? Apa yang perlu dibicarakan sampai kamu jauh-jauh menemui aku ke sini?" tanya ku.